Pagi ini Arley dan kedua putranya, yaitu Alshon dan Axell berangkat menuju London.
Arish tidak ikut karena harus menemani Alen yang koma di rumah sakit. Semalam Kondisi Alen dikabarkan kritis, oleh karena itu Arish turun tangan sendiri untuk menangani Alen.
Beruntung pagi ini kondisi Alen sudah mulai membaik dan kemungkinan besar ia akan sadar hari ini, menurut prediksi Arish.
Dan benar saja Tangan Alen tiba-tiba saja bergerak dan mulai membuka matanya.
"Dimana Lala?" Tanya dengan suara yang serak dan lemas, ketika membuka matanya.
"Kau tidak usah khawatir, biar Daddy yang menangani masalah Lala." Ucap Arish yang mulai mendekat dengan nampan di tangannya.
Ia juga merasa tak tega kepada Alen yang sering di salahkan jika ada apa-apa dengan Lala, padahal itu bukan salah Alen.
"Andai saja aku tidak membawa Lala tinggal di Villa, mungkin saat ini Lala tidak akan di culik." Ucapnya dengan nada serak seperti menahan tangis, Ia mengingat Ucapan Axell kepada dirinya, ia merasa bersalah akan hal itu.
"Sudahlah ini semua bukan salahmu, Namun setelah Lala di temukan nanti, Kalian harus kembali ke mansion." Ucap Arish menatap Alen tegas.
Alen hanya menghela nafas pasrah seraya menganggukkan kepalanya.
"Sekarang makan, Supaya lekas sembuh." Ucap Arish seraya membantu Alen untuk duduk.
Alen hendak menolak namun ia urungkan akibat ancaman Arish.
"Makan secara normal atau menggunakan selang?" Tanya Arish mengancam.
Akhirnya mau tak mau Alen tetap memakan bubur yang di sediakan oleh Rumah sakit yang terasa sangat hambar baginya.
Setelah selesai Arish juga membantu Alen untuk meminum obat.
"Sekarang kau istirahat. Aku akan pergi ke kantin sebentar untuk membeli Sarapan." Ucap Arish sebelum keluar dari kamar rawat Alen, Alen hanya mengangguk sebagai jawaban.
_________
Saat ini, Di mansion utama Narendra tengah di hebohkan oleh Harold yang teriak-teriak seperti emak-emak.
Ia tengah mengajari Lala naik sepeda, Namun setelah beberapa kali mencoba, Lala merasa telah bisa mengendarainya.
Lala meminta Harold untuk melepaskan pegangannya, Namun saat ia mulai menggayuh pedalnya, tangannya malah gemetar.
"Papa ini gimana beloknya?!" Tanya Lala panik saat di depannya banyak tanaman dan pohon mangga Besar, ia takut jatuh jika membelokkan setirnya.
"Cepat tekan Remnya Lala!, di tangan sebelah kiri!." Teriak Harold ikut Panik seraya bergegas menghampiri Lala.
Lala yang sudah panik tidak sempat berpikir, Ia menerobos tanaman dan berakhir menabrak pohon.
Brak..
"Huaa.. PAPA... Hiks hiks..." Tangisnya pecah saat merasakan perih pada lutut dan keningnya.
"Astaga Lala!!! Lihat!, Ini sebabnya jika kau belajar sepeda. Lain kali kau tidak boleh mencobanya lagi!" Omel Harold seraya membawa Lala ke gendongan nya lalu berjalan menuju ke dalam Rumah.
"Papa jangan marah.. hiks hiks.." ucap Lala yang tak di hiraukan oleh Harold.
Harold sibuk mengambil obat merah untuk mengobati lutut dan kening Lala yang tergores, Lala hanya menangis saat Harold mengoleskan obat merah pada lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela Allisya S.
Ação"Lala, Lo apain buku gue!!!" Teriak Alen marah seraya melihat buku catatannya yang hancur tak berbentuk. Lala hanya mengernyit. "Itu karena Abang gak ngizinin Lala buat sekolah di luar." Jawab Lala santai, "Jadi yang rusakin buku gue itu beneran Lo...