~Part 22~

1.4K 64 4
                                    

Arley yang mendengar Suara Arish segera turun dari Ruang kerjanya yang berada di Lantai dua.

"Cepat ganti perban Adikmu!" Perintah Arley saat dihadapan Arish.

Arish hanya menatap Arley bingung, 'Siapa? Bukankah Alen sudah sembuh, hanya masa pemulihan' Pikirnya.

"Siapa yang harus aku ganti perbannya?" Tanya Arish bingung seraya melihat Daddy nya yang duduk di sofa.

"Lala. lengannya terluka akibat melindungi Harold dari tembakan ku." Ucap Arley menjelaskan dengan tenang.

Arish yang mendengarnya membelalakkan matanya seketika.

"Apa?!" Tanyanya terkejut, mengapa ia baru diberi tau, Batinnya.

Tanpa berpikir Panjang Arish langsung saja pergi ke kamarnya untuk mengambil peralatan Kemudian menuju kamar Lala.

"Lala... Ganti perban dulu ya sayang." Ucap Arish lembut seraya mengangkat Lala ke pangkuannya, yang sedang bermain boneka dengan Alen.

Lala hanya menurut, dan melempar boneka yang di peluknya ke Lantai, dan beralih memeluk Arish.

"Alen!, Bukankah aku menyuruh mu untuk istirahat tadi, mengapa kau disini?" Tanya Arish ngomel seraya membuka perlahan perban Lala.

Alen hanya nyengir kuda ke arah Arish,
"Alen kangen sama Lala, jadi Alen kesini." Jawab Alen Seadanya.

"Sekarang kembali ke kamar mu!" Perintah Arish yang langsung diikuti oleh Alen.

Arish mengganti perban Lala dengan hati-hati, yang mendapat sedikit Ringisan dari Lala saat Arish tak sengaja menekan lukanya.

Setelah mengganti perban, Arish membaringkan Lala di kasurnya dan menyuruh Lala untuk tidur, karena mata Lala terlihat menahan kantuk.

Arish pun ikut berbaring di samping Lala, sudah lama ia tidak menemani Lala tidur.
Arish membawa Lala ke pelukannya dan mengelus rambut Lala dengan sayang, hingga mereka sama-sama terlelap dalam tidurnya.

_________

Jam telah menunjukkan jam 2 Sore, Arish yang terbangun duluan membangunkan Lala dan menyuruhnya untuk mandi, sedangkan Arish juga kembali ke kamarnya.

Setelah selesai mandi dan berpakaian Lala yang ingin membereskan bonekanya tidak jadi karena mendengar suara bising dari bawah.

Lala keluar dari kamarnya dengan sedikit berlari, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Harold dan Arley yang hendak baku hantam.

"Papa!!" Teriak Lala dari arah lift dengan berlari ke pelukan Harold.

Harold langsung menangkap dan membawa ke gendongan nya.

"Bagaimana lenganmu? Apa sudah sembuh?" Tanya Harold khawatir segera mengecek lengan Lala.

" Lengan Lala sudah tidak apa-apa. Papa kapan sampai di Indonesia?" Tanya Lala antusias sampai lupa menyuruh Harold untuk duduk terlebih dahulu.

"Tadi pagi. Papa tidak langsung kesini karena harus menyelesaikan sesuatu." Jelas Harold lembut pada Lala.

Berbeda dengan Arley yang hanya menatap Harold dengan Sinis.

"Sudahlah Arley, Lupakan masalalu. Aku ingin berdamai dengan mu. Dan tolong jangan pisahkan aku dari putri ku." Ucap Harold tulus seraya mengelus rambut Lala lembut.

"Apa kau bilang?! Putri mu?! Dia Putri ku Harold!!" Bentak Arley tak terima.

"Ya ya, tapi Lala juga Putri Papa kan?" Tanya Harold pada Lala.

Lala hanya tersenyum menatap wajah Harold,
"Iya Papa." Jawab Lala riang, seraya berusaha turun dari gendongan Harold dan berbalik menatap Arley.

"Pokoknya Daddy harus maafin Papa, Kalo nggak, Lala bakal ikut Papa tinggal London." Ancam Lala dengan garang yang membuat Arley menggeram marah.

"Ayolah Arley, Kita berdamai saja." Ucap Harold tulus seraya mengulurkan tangannya pada Arley bermaksud mengajaknya bersalaman.

"Aku janji tidak akan membawa Lala tanpa seizin mu, tapi Biarkan aku menemui Lala kapanpun aku mau." Ucap Harold lagi.

Akhirnya mau tak mau Arley menerima Uluran tangan Harold, mereka bersalaman dengan Harold yang terlihat bahagia dan Arley yang terlihat kesal.

"Yey... Daddy sama Papa udah baikan. Ayo Papa kita main Boneka di kamar Lala." Ajak Lala menarik tangan Harold dengan semangat.

"Tidak Lala!!, Orang asing tidak boleh masuk ke kamar mu." Ucap Arley dengan tegas menatap Lala tajam.

"Tapi kan Papa Harold Papanya Lala Daddy." Ucap Lala dengan santainya membuat Harold tersenyum kemenangan ke arah Arley.

Arley hanya menghela nafas gusar di buatnya.

"Kau harus pulang jam 4 Sore nanti!!" Perintah Arley mutlak pada Harold seraya pergi menuju Ruang kerjanya.

"Ayo Papa." Ajak Lala kembali, Harold hanya tersenyum dan mengikuti Lala.

Tanpa Arley dan Lala sadari, Sebelum Pulang, Harold telah memasangkan beberapa kamera cctv kecil di belakang lukisan, yang berada di Ruang tengah, Dapur, tangga, lift dan Kamar Lala. Harold menaruhnya dengan sangat rapi, hingga tidak akan di ketahui oleh siapapun.

Harold melakukan hal itu, karena ia ingin tetap memantau Lala walaupun dari Jauh, ia tidak ingin suatu hal yang tidak di inginkan terjadi pada Lala.

☘️☘️☘️

_ _ _ _ _ E _

Auristela Allisya S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang