Setelah kepergian Arish, Alen yang awalnya berniat untuk kembali tidur, tidak jadi, karena ia mendengar suara Rusuh dari Luar, dan ternyata itu adalah para sahabatnya.
Ceklek...
Terlihat lah ke empat sahabat nya, dengan Faiz yang membawa keranjang berisi buah-buahan, yang kemudian ia taruh di nakas samping Brankar Alen.
"Alen!!! Lo kok bisa kek gini?! Siapa yang buat jadi begini, hah?!, Kasih tau gue, nanti gw Bales tuh orang nya!!," Ujar Daffa dengan hebohnya setelah melihat kondisi Alen.
Alen hanya terkekeh mendengarnya, apa katanya? Membalas? Memangnya dia berani dengan Axell?, Pikirnya.
Sedangkan sahabat nya yang lain hanya memandang Remeh Daffa.
"Kenapa kalian diem?! Kalian gak percaya sama gue?!" Tanya nya dengan sok.
Plak..
Aqeel memberikan jitakan nya pada Daffa karena ia merasa risih akan ocehan Daffa yang tak bermutu.
"Heh Lo punya dendam ya Ama gue?, Kenapa Lo sering jitak kepala gue Set-" Teriakan nya pada Daffa terpotong saat Faiz mencubit kuat lengannya.
"Awws.. Sakit Bang!!" Ucapnya dengan mengusap usap lengannya.
"Jangan ngerusuh di Rumah Sakit Daffa, tau tempat!" Ujar Faiz menatap Daffa tajam.
"Kan Yang mulai duluan si Aqeel Anjing," Jawabnya lagi menatap Aqeel kesal.
Plak...
"Siapa yang menyuruh mu mengumpat?!" Bentak Rayyan setelah memberi jitakan.
Daffa terisak dibuatnya seraya berhambur ke pelukan Alen.
" Salah Mulu gue Al.. hiks hiks..." Isaknya mengadu pada Alen.
Alen kembali terkekeh di buatnya.
"Kek gini yang mau ngelawan Abang gue?" Tanya Alen menatap Daffa Remeh.
Daffa yang kesal memukul dada Alen pelan, membuat Alen meringis karena terdapat luka memar di dadanya.
Rayyan segera menarik Hoodie belakang Daffa dengan kasar.
"Gak usah cengeng!!, Diem!!, Kalo nggak gue balikin Lo ke Papi Dave!" Bentak Rayyan mengancam pada Daffa.
Daffa menghentikan tangisnya, dengan badan yang bergetar serta nafas yang memburu menahan tangis.
Rayyan yang Paham segera membawa Daffa ke gendongan, Daffa hanya diam tak menolak.Daffa bisa bolos hari ini sebab Rayyan yang meminta izin pada Dave, yang merupakan adik dari Papanya.
"Al, Lo gak papa?" Tanya Aqeel memastikan kondisi Alen yang baru saja meringis.
"Gue gak papa kok, kalian kepada disini? Emang gak sekolah?" Tanya Alen dengan sedikit mengusap Dadanya.
"Gak papa lah sekali-kali kita bolos buat jengukin sahabat, lagian kita udah izin kok sama guru-guru." Ucap Aqeel menjelaskan.
Alen terharu mendengar nya, ia tersenyum lebar.
"Makasih kalian udah mau jenguk gue." Ucap Alen dengan tulus.
"Kek sama siapa aja Lu Al." Ucap Aqeel bercanda.
"Yaudah Lo istirahat lagi, biar cepet sembuh dan kembali sekolah. Kita mau balik lagi nih ke sekolah." Ucap Faiz yang hanya di angguki oleh Rayyan dan Aqeel.
Namun mereka merasa aneh, kenapa si biang rusuh itu hanya diam, biasanya sering memotong pembicaraan orang.
Aqeel mengeceknya, Dan ternyata Daffa telah tertidur di gendongan Rayyan.
"Dasar Bocah!" Ucapnya menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat Daffa yang telah tertidur, dirinya dan Daffa hanya berbeda 10 bulan.
"Yaudah Al kita pamit dulu." Ucap Aqeel berpamitan, kemudian keluar dari ruang Rawat Alen, diikuti oleh Faiz.
"Cepet sembuh Al, Maaf Waktu itu gue gak bisa nolongin Lo." Ucap Rayyan setelah Aqeel dan Faiz keluar.
"Gak papa Bang, itu emang salah gue kok." Jawab Alen tersenyum pada Rayyan.
Rayyan hanya menganggukkan kepalanya seraya berjalan keluar dari Ruangan Alen, dengan Daffa yang tertidur di gendongan.
__________
Setelah Lala di tangani oleh Harvey, Saat ini Lala sudah mulai sadar, namun Harvey belum membolehkan siapapun untuk masuk ke ruang rawat Lala termasuk Keluarga nya."Papa hiks... Papa mana..."Tanya Lala terisak Pada Harvey saat baru saja membuka matanya.
Harvey hanya tersenyum seraya mengucap Kening Lala singkat, Rupanya Adiknya ini telah luluh pada Papa-nya, pikir Harvey.
"Tunggu sebentar Baby, Kakak akan memanggilkan nya." Ujar Harvey Lalu berjalan keluar untuk memanggil Papa nya.
Namun beberapa menit kemudian, yang masuk keruang rawat Lala bukan Hanya Harold, tetapi semuanya.
"Papa Hiks.. Sakit.." Adunya pada Harold.
Harold segera mendekat dan mengusap Kening Lala yang sedikit berkeringat.
"Sabar ya, Princess nya Papa pasti akan cepat sembuh, okay." Bujuk Harold menenangkan Lala yang terisak.
Arley dan kedua putranya yang melihat hanya menggeram marah.
"Sekarang Lala mau apa? Papa belikan." Bujuk Harold dengan semangat.
"Lala pengen makan es krim Papa." Ucapnya pada Harold setelah tangisnya berhenti.
"Baiklah, Papa akan mem-" Ucapan Harold segera terpotong oleh Arley.
"Tidak!!, Kau sedang sakit Lala!!," Bentak Arley yang telah menahan emosi sejak tadi.
Lala yang terkejut langsung memeluk Horald dan kembali menangis.
"Jika kau hanya ingin membuat Putri ku menangis, lebih baik kau keluar!!," Ucap Harold ikut membentak seraya menatap Arley tajam.
"Tenanglah Baby, Papa akan menyuruh Luis untuk membelikan mu es krim." Ucap Harold seraya mengelus punggung Lala lembut.
Harold pikir Lala tidak apa makan es krim, asal tidak sampai berlebihan.
Lagipula saat ini yang terluka tangannya, bukan tenggorokan nya, jadi apa hubungannya, pikir Harold.Lala mengangguk kan kepala pelan, Harold segera menyuruh Luis untuk membelikan Lala es krim di kantin Rumah Sakit.
"Makasih Papa." Ucap Lala dengan tersenyum memeluk Harold.
"Setelah ini, Kau harus kembali Pulang ke Indonesia, dan kita akan tinggal di mansion bersama." Ucap Arley tegas seraya menatap Lala.
Lala hanya menatap Arley dan Harold bergantian.
"Tidak mau, Lala mau tinggal sama Papa aja." Ucap Lala dengan santainya seraya menatap Harold tersenyum.
Arley menatap Lala tak percaya, apa mungkin ia salah dengar, pikir nya. Sedangkan Harold tersenyum kemenangan ke arahnya.
☘️☘️☘️
_ O _ _ _ _ _
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela Allisya S.
Acción"Lala, Lo apain buku gue!!!" Teriak Alen marah seraya melihat buku catatannya yang hancur tak berbentuk. Lala hanya mengernyit. "Itu karena Abang gak ngizinin Lala buat sekolah di luar." Jawab Lala santai, "Jadi yang rusakin buku gue itu beneran Lo...