Agatha dan Aren sedang anteng menonton pertunjukan didepan. Hari ini adalah hari pembagian raport SMA putri sulungnya. Yang baru menginjak kelas sepuluh itu.
Sebelum pembagian raport, semua orang tua dan wali murid diberi tontonan berupa tampilan dari beberapa siswa.
Ada yang menyanyi, menari, membaca puisi bahkan ada yang bermain drama.
Agatha dan Aren menikmati setiap penampilan yang disajikan.
Sampai giliran seorang siswi naik keatas panggung, senyum sepasang suami istri itu makin merekah. Aren dengan cepat menyiapkan kameranya. Menjepret beberapa foto untuk diabadikan. Sedangkan Agatha merekam penampilan Bulan didalam ponselnya.
Putri sulung Agatha dan Aren yang bernama Bulan itu memiliki paras yang rupawan. Tubuhnya kecil dan tingginya mencapai seratus enam puluh sentimeter. Dengan mengenakan sebuah dress yang dibeli Agatha kemarin, dan make up tipis, penampilan Bulan berhasil memikat hati semua orang.
Apalagi begitu suara merdunya menyapa telinga.
"Cantik ya, kakak." ujar Agatha penuh kasih sayang.
Aren mengangguk, lantas tersenyum tipis. "Cantik seperti kamu."
Agatha ikut mengulas senyum. "Yeu bisa aja!" katanya sambil mendorong tubuh Aren menjauh.
Aren tertawa kecil, "Beneran padahal."
Agatha diam saja. Sudah tujuh belas tahun pernikahannya, tetapi Agatha masih merasa salah tingkah diperlakukan seperti itu oleh suaminya.
Sepertinya cinta Agatha begitu meletup-letup. Dari dulu, hingga sekarang.
Didepan sana, Bulan berhasil mengakhiri nyanyiannya dengan sempurna.
Begitu selesai, semua orang tua da wali murid diminta untuk memasuki kelas anaknya masing-masing.
Agatha dan Aren menurut. Mereka segera beranjak. Namun, karena kondisi tidak kondusif, Agatha sampai terdorong kesamping dan jatuh.
Aren panik.
Ia segera menolong Agatha. Beberapa orang juga menolongnya. Ingin sekali Aren berteriak marah. Sebab perlakuan orang tidak bertanggung jawab itu bisa melukai Agatha dan calon anak ketiganya itu.
Tetapi Agatha berhasil menenangkan Aren.
Seseorang kemudian muncul, segera mengucapkan kata maaf berkali-kali. Dan mengucapkan alasannya sehingga bisa terburu-buru seperti tadi.
Namun, Agatha dan Aren dibuat membatu saat itu juga.
"Maaf ibu, bapak. Saya enggak sengaja. Tadi adik saya lari-larian, jadi saya gak sengaja nyenggol ibu." kata seorang gadis berseragam SMA yang sama dengan Bulan itu dengan penuh rasa bersalah.
Tetapi ia berubah terkejut saat Aren langsung mencengkram erat tangannya.
"Pak, mohon maaf sekali. Saya janji gak bakalan kaya gitu lagi." bisa Agatha dengar perempuan itu seperti menahan tangis.
Tetapi Agatha pun demikian.
Ia tidak menyangka, ia pun ingin menangis saat itu juga.
"Aruna?"
•END•
HAHAHAHHAA HAAAAIIIIIII
AKU BERENCANA UNTUK MEMBUAT CERITA BARU
SEKUEL DARIII KISAHNYA AREN DAN ATA
KEHIDUPAN RUMAH TANGGA MEREKA YANG MUNGKIN AKAN MENGALAMI PASANG SURUT SEPERTI PASANGAN KEBANYAKANSOOOOOOO JANGAN LUPA UNTUK TERUS TUNGGUIN YAK!!!
-tertanda, awannnn
KAMU SEDANG MEMBACA
Three or Nothing
Teen FictionSemua orang juga tahu, di mana ada Agatha pasti ada Aruna dan Agas dibelakangnya. Di mana ada Aruna, pasti ada Agas dan Agatha disampingnya. Begitulah mereka, selalu bersama-sama di manapun mereka berada. Ketiganya mengukir kisah SMA sebagai siswa...