35.1. A New Life

3.3K 766 532
                                    

Ada yang ngikutin Accidental Romance di wattpad nggak? Kalo ada, silakan komen ya. Makasih 🥰

Seperti biasa, aku tunggu vote sm komennya. Bab ini aku bagi dua. Yang mau baca duluan, boleh ke karyakarsa Agustus29 udah sampe Bab 61 di sana.

***

35.1. A New Life

"Dev, kamu bilang hubungan kita baru akan berakhir kalau aku nikah sama Farel, kan? Itu artinya, hubungan kita-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dev, kamu bilang hubungan kita baru akan berakhir kalau aku nikah sama Farel, kan? Itu artinya, hubungan kita-"

Tak mengizinkan Aretha menyelesaikan ucapannya, Devdas lebih dulu memotong. "Aku ngerti, Tha. Let's break up!"

"Break up, break up, bangsat! Gaya amat lo, Dev. Kayak lo rela aja." Devdas menggerutu, merasa sebal sendiri.

Devdas memang masih suka uring-uringan, bila mengingat kejadian seminggu yang lalu. Di mana kala ia putus dengan Aretha, untuk yang kedua kalinya. Mana sama-sama diputusin, lagi. Devdas merasa déjà vu. Akting kalemnya minggu lalu patut diacungi jempol. Padahal hatinya terasa diiris tipis, sakit banget.

Tanpa Aretha seminggu belakangan, hidupnya sangat berubah, menjadi membosankan. Kerja, kerja dan kerja adalah kegiatan Devdas setiap hari. Siang ini dia baru saja masuk ruang kerjanya, usai melakukan photoshot di studio.

Walau tidak ada hambatan apa pun dalam pekerjaannya, entah kenapa akhir-akhir ini Devdas justru kerap merasa kelelahan. Mungkin memang hanya Aretha yang bisa membuat rasa lelahnya hilang.

Aretha memang sudah menjadi candunya.

Saat pintu diketuk dari luar, Devdas yang masih menggerutu itu lantas berseru mempersilakan masuk.

Dengan kepala menyembul, Tara tersenyum. "Ganggu nggak, Mas?"

Devdas balas tersenyum dan menggeleng. "Masuk aja. Kenapa, Ra?"

Setelah dipersilakan seperti itu, Tara pun mengangguk dan membuka pintu dengan lebar. Masuk dan menutup pintu kembali, perempuan itu kemudian mendekat dengan malu-malu.

"Mau makan siang bareng nggak, Mas?" tanya Tara selanjutnya.

Devdas mengernyit. "Lagi?" tanggapnya, membuat perempuan yang lebih muda 4 tahun darinya itu menyengir.

Sudah tiga kali berturut-turut, Tara mengajaknya makan siang bareng. Devdas sih, nggak keberatan. Hanya saja ia merasa sangat risi, saat rekan yang lain melemparkan godaan. Padahal mereka tidak ada hubungan apa pun. Apalagi Alan si tukang kompor.

Sepertinya Prita benar, bahwa Tara memang menyukainya. Saat diperhatikan, perempuan itu sering kedapatan curi-curi pandang ke arahnya.

"Mas ada janji ya?" Senyum perempuan itu perlahan memudar.

Devdas langsung menggeleng. "Nggak, sih. Gue senggang, kok. Mau makan di mana?"

Kalau diperhatikan, Tara memang ekspresif. Raut wajahnya bisa berubah-ubah dalam waktu yang singkat dengan sangat jelas. Seperti sekarang, perempuan itu kembali tersenyum lebar.

Lucky Man (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang