part 32

74 12 3
                                    

Tak seperti hari-hari biasanya, pagi itu Fathan, suami dari Azzurra mengantarkan Azzurra sampai ke tempat kerja. Tumben sekali dia tergerak hati melakukan itu. Itupun tanpa di suruh oleh istrinya. Tau-tau Fathan menanyakan kunci motor matic milik Azzurra. Dan begitu kunci di dapatkan Fathan segera mengeluarkan kuda mesin tersebut dari garasi. Di teras depan rumah laki-laki itu dengan tenang duduk di jok depan sembari memanaskan motornya tersebut. Dengan rokok yang terselip di antara jari-jari tangannya dia nampak begitu tenang menunggu istrinya keluar dari dalam pintu rumah. Tak berapa lama Azzurra pun keluar di ikuti oleh si mba yang berjalan di belakangnya.

" Zuu berangkat ya mba.. titip jagain umi.." Berkatanya lembut dan santun sebelum dia berjalan lebih jauh untuk ke garasi mobil. Namun ucapan si mba membuat wanita cantik itu sedikit terpana dengan rona wajah penuh keheranan

" Motornya sudah di keluarin sama den Fathan non. Tuhh.." Azzurra mengawasi suaminya yang tengah asik menikmati sulutan rokoknya di atas jok sembari bersenandung kecil, dengan seribu tanya dalam hati.

"Kak Fath mau ke mana..?"
" Anterin istri aku ke tempat kerja.." kenapa pake motor Zuu?? Kan ada mobil..."
" Enakan motor. Biar terlihat romantis.." Tertawanya hanya diikuti senyuman si mbaknya. Sementara Azzurra hanya terdiam dan berjalan ke arah suaminya, untuk segera naik di jok belakang. Mesin motor sudah di panaskan jadi hanya tinggal melarikan saja tanpa harus menunggu mesin bisa berfungsi dengan baik.

" Mbaa Zuu pergi dulu.. assalam mualaikum.."
" Wa Alaikum salam non..hati-hati di jalan.."
" Iya mbaa.." Azzurra senyum manis. Sementara Fathan pelan-pelan mulai menstater motornya untuk berjalan pergi meninggalkan pekarangan rumah.

Di sepanjang perjalanan ke tempat kerja Azzurra mereka lebih banyak saling diam. Azzurra lebih asik untuk menikmati udara sejuk di pagi hari dan melihat lalu lalang kendaraan bermotor dan sesekali menatap jauh ke atas langit. Dalam hati sebenarnya timbul banyak pertanyaan. Karena sikap Fathan yang mendadak baik, justru dia sedikit merasakan kekuatiran. Bukan tanpa alasan, dia begitu faham perangai suaminya itu. Tak berapa lama motor matic pun sampai di depan kantor. Azzurra turun begitu motor berhenti dan tepat berada di depan tak jauh dari pintu utama kantor. Begitu dia bertemu dengan teman-teman sejawatnya, reaksi mereka rata-rata menggodaku Azzurra yang hanya tersenyum simpul.

" Waahh angin apa ini, tiba-tiba bidadari cantik ini di antar kuda mesin sama sang pangeran.." Salah satu teman kerjanya begitu kepo dan mengomentari sebelum dia masuk ke ruang kantor. Azzurra hanya menggelengkan kepalanya lirih sembari tersenyum simpul melihat tampang jenaka temannya tersebut.

" Zuu.."
Tiba-tiba Fathan memanggil di saat Azzurra sudah berpamitan dan sempat mencium tangan suaminya sebagai tanda bakti. Zurra menoleh kembali ke arahnya.
" Iyaa..,?"
" Kakak minta uang 500ribu buat beli rokok sama nongkrong sekalian.."
" Zuu enggak bawa uang cash sebanyak itu kakak.."
" Ah kamu ini. Mana mungkin kamu tak bawa duit Zurra.."
" Demi Allah kak.. lagian kenapa baru disini kak Fath minta?? Kenapa enggak pas masih di rumah??"
" Aku lupa.. udah pinjemin temen kamu gihh.. kakak tunggu disini.."
" Zuu enggak pernah pinjem-pinjem uang kak Fath.. di dompet ada, tapi cuma 200ribu.."
" Yaudah sini..!" Seperti tukang palak saja Fathan dengan tak sabar meminta uang sama Azzurra. Sampai dia hendak merebut paksa tas yang ada di tangan istrinya tersebut, kalau saja dia tak menangkap kehadiran Mitha, sahabat dekat Azzurra.

" Cepat sayang.. ini udah keburu siang.." Dengan sedikit tergesa Azzurra meraih dompetnya dan mengambil sejumlah uang yang ada di dalamnya.
" Sekalian surat STNK sama BPKB nya.."
" Buat apa kak..?"
" Kan aku mau tongkrong sama teman Zuu.. mau jalan ke mana.. takutnya kalo ada apa-apa.." Dari sorot mata wanita itu sedikit ada ketidak percayaan sebenarnya. Namun secepatnya dia tepis pikiran buruknya terhadap suaminya meski sejatinya karakter laki-laki itu benar-benar tak bisa di percaya. Namun melihat Mitha yang nampak setia menunggu untuk masuk sama-sama ke ruang kantor, membuat dia hanya diam dan menyerahkan selembaran kertas surat itu pada Fathan. Setelahnya dia pamit di ikuti Mitha yang berjalan mensejajarinya.

" Suami kamu masih suka kolokan ya Zuu..?" Azzurra hela nafas sepenuh dada.

" Yaa begitulah Mita.." Ujarnya dengan muka sedikit berkeringat. Bukan karena pagi yang telah menghadirkan sengatan matahari tapi lebih karena dia baru sadar apa yang akan terjadi karena surat-surat itu lengkap dengan motornya telah dia bawa. Dalam hati Azzurra hanya bisa pasrah.

" Dia tadi maksa minta apa Zuu..?" Bertanya sahabatnya tersebut dengan nada bicara yang serius. Azzurra tau, Mitha telah melihat semua kejadian itu. Dia bertanya ulang hanya untuk meyakinkan jika penglihatannya tak salah. Azzurra senyum samar.

" Kan tadi kamu udah liat Mitha.." Suaranya lirih hampir menyerupai sebuah bisikan. Mitha peluk pinggang Azzurra dan beriringan mereka memasuki ruang kerja tanpa berkata-kata dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Dengan rengkuhan eratnya perempuan yang masih betah menjomblo itu mencoba memberi kekuatan pada sahabatnya. Dia tau sekali apa yang di rasakan oleh Azzurra.

" Jika kamu kenapa-kenapa, datanglah ke aku Zuu.. aku selalu siap ada buat kamu.." Mata Azzurra berkaca-kaca.
" Makasih Mitha.. kalo aku enggak kuat lagi, aku akan datang meminta pertolongan kamuu.." Dan keduanya saling senyum dengan wajah penuh ketulusan...

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang