Author pov
Silmi begitu bersemangat sekali mengayunkan langkah kakinya ditemani Azzurra di sampingnya, menyusuri di sepanjang outlet-outlet di dalam mall.
Sementara itu Fathan lebih memilih berjalan mengikuti dibelakang mereka berdua.Nampak asyik sekali kedua perempuan muda itu mengelilingi pusat perbelanjaan dan melihat-lihat bermacam aksesoris pakaian tas sampai alat make up.
Azzurra hanya mengikuti saja kemana Silmi mengajaknya pergi.
Dia lebih tertarik melihat buku-buku dan pernik-pernik hijab serta gaun-gaun syari.
Menurutnya itu lebih menghadirkan keasyikan tersendiri." Kakak laaperr.. "
Suara Silmi menghentikan langkah setelah kelelahan mengitari banyak outlet dia mulai mengeluh. Dia pegang perutnya dengan wajah memelas.
Sesekali dia elus-elus perutnya yang rata dengan mimik yang membuat Azzurra menahan senyum.
" Udah selesai muter-muternya ?"
Fathan memperhatikan tingkah keponakannya dengan sikap menertawakan gadis itu.
Silmi cuek saja." Kak Zuu cari makan yuk.. "
Ajaknya kemudian langsung menyeret tangan Azzurra untuk mengikutinya.
Fathan yang berdiri dibelakang mereka hanya menggelengkan kepala lalu mengikuti langkah mereka di belakang." Udah capek yah ?"
Tersenyum Azzurra agak geli melihat tampang gadis di hadapannya yang meringis-ringis memegangi perut sambil kepalanya celingukan kesana kemari.
" Kita makan hokben aja.. Udah gak nahan perut aku udah bunyi-bunyi.. "
" Iya kak Zuu ikut aja. "
" Ayok kak Fath jangan bengong aja iihh.. "
Geregetan Silmi menarik tangan Fathan lalu tangan Zurra bersamaan dan mengajak mereka berjalan mengikutinya menuju ke gerai hokben yang tak jauh dari tempat mereka saat itu.
*****
Azzurra sibuk melihat lalu lalang pengunjung di mall sementara Silmi nampak asik bercanda dan terrawa-tawa dengan suaminya.
Mereka begitu tak ada jarak dan Zurrra cukup dibuatnya iri.
Dengannya saja sikap Fathan sangat dingin dan cenderung kasar tapi kenapa dia bisa begitu berubah saat berhadapan dengan keponakannya itu tanpa ada terlihat sedikitpun raut yang menyebalkan yang harus selalu Zurra dapati ketika mereka berdua di rumah orang tuanya??
Salah apa Zurra hingga harus menerima perlakuan buruk sedemikian rupa dari laki-laki itu?
Sungguh bersama Silmi dia seperti melihat sosok lain dan bukan Fathan yang dia kenal bengis selama ini.
" Liburan nanti Silmi akan ke rumah kak Zuu menghabiskan hari di sana. Boleh kan ?"
Azzurra mengulum senyum manis.
" Boleh banget Silmi. Kakak justru senang ada yang menemani.. "
Berkatanya dengan mata berbinar.
Sepintas diliriknya Fathan yang hanya diam menundukkan kepala." Ya udah kita ke mana lagi nih? Silmi udah kenyang udah ada tenaga untuk mengitari seluruh ruang di semua lantai mall ini.."
Kata-katanya lucu dan menggemaskan.
Fathan langsung mencubit pipinya gemas.
" Pulanngg.. Ini udah sore Silmi.. "
Sahutnya dengan tampang geregetan.
Silmi lngsung cemberut bercampur tampang meringis karena hidungnya yang cukup kencang di pencet oleh Fathan.
" Kak Zuu.., kak Fath nakal.. "
Merajuknya manja pada wanita itu sembari menatapnya sendu meminta pembelaan.Namun Azzurra hanya bisa tertawa saja melihat tingkah gadis itu tanpa mampu berkata apa-apa.
Dia bukan sedang menghadapi laki-laki yang bersikap selayaknya suami pada istri, tapi berhadapan dengan manusia robot yang tak tahu cara memperlakukannya dengan lembut dan penuh kasih.Hanya dengan Silmi dia bisa namun bukan dengan Azzurra.
" Ayo kita pulang.. "
Fathan beranjak dari duduknya lalu melangkahkan kakinya di ikuti Azzurra dan Silmi yang berada di belakang mengekori.
" Kak Zuu Silmi lihat kakak sama brader Fathan lempeng aja gitu.., enggak ada seru-serunya sama sekali.. Heumm mungkin masih malu memperlihatkan kemesraan di depan publik yah?? Yaa ya Silmi cukup ngertiin kog.. "
Berkata-katanya sok dewasa dengan wajah serius.
Lagi-lagi Zurra hanya menyimpulkan senyum.." Ada saatnya nanti kamu akan tahu Silmi.. "
Dalam hatinya berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sedih Azzurra
RomanceAzzurra.. Sebuah kisah nyata, bagian kehidupan dari seorang perempuan cantik berhati lembut dan memiliki kesabaran yang BESAR.. Sebagian kecil hidupnya yang terisi warna bahagia, namun cukup memuaskan memberinya luka dan airmata. Perempuan tegar yan...