part 19

1K 83 63
                                    

Author pov

" Zurra, apa udah kamu persiapkan uang yang aku minta tempo hari ?"

Dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka tahu-tahu Fathan muncul di saat Azzurra sedang konsen di layar laptop dihadapannya. Mengambil tempat duduk di sisi tempat tidur dan memandangi istrinya yang sedikit kaget lalu menoleh ke arahnya spontan.

" Kak Fath masih ingin mengambil uang itu ?"

" Ya iyalah.. Apa kamu pikir aku bercanda ?? Sudahlah Zuu kamu beri aku sedikit pelipur lara dari kondisi kamu yang tak bisa memberiku keturunan sampai sekarang.. "

" Astargfirulloh kakak.. Segitunya berkata-kata tanpa memikirkan perasaan Zuu.. "

Suaranya agak parau bergetar.

Fathan hanya menghela nafas dan menundukkan wajah dengan raut datar.

" Aku bukan bermaksud membuatmu tersinggung tapi kenyataan yang aku katakan."

" Kak Fath masih bisa memilah kata daripada mencetuskan yang menyakiti hati.. "

" Ahh jangan diperpanjang masalah sepele seperti itu.. Aku cuma minta kamu turuti kata-kataku. Jika aku sukses kamu juga yang merasakan.."

' Meminta bantuan dengan jumlah yang tak sedikit dimana-mana seorang laki-laki pasti akan merayu dengan ucapan-ucapan manisnya.. Tapi kak Fath?? Ahh.. Mungkin memang lebih baik karena dengan sikap begitu hanya akan semakin menyakiti..'

Hibur Zurra dalam hati.

" Aku tak mau tahu, besok harus sudah aku terima uang itu.. 200 juta. Ingat 200 juta tak boleh kurang."

Azzurra hanya menahan nafas dengan rasa sesak di dada.
Terdiam menatapi layar laptop yang ada dihadapannya. Sebutir bening air menyelusup dari sudut matanya.

*******

" Kak Zuu kenapa lemas suaranya ?"

Dari seberang telepon suara seorang perempuan nampak begitu diliputi tanya.
Azzurra senyum tipis.

" Kak Zuu kurang istirahat aja kali Silmi.. Dari semalam sibuk ngerjain PR kantor yang harus diserahkan senin besok.. "

" Kakak jangan capek-capek.."

" Kamu perhatian sekali sama kakak Silmi.. "

Berkata Zurra sedikit bergumam.

" Karena Silmi sayang sama kakak. Emang kak Fath enggak ?"

Hanya terdiam dan menahan nafas reaksi Azzurra mendengar pertanyaan gadis di seberang telepon yang ternyata Silmi keponakan suaminya Fathan.

" Eh ya kapan mau main liburan ke sini ?"

" Ntar kak kalo Silmi udah selesai ngurus surat resigh. Kak Zuu udah enggak sabar yah?"

" Kakak dirumah kan sendiri..cuma ada Umi sama Abi yang lebih sering berada di luar karena sibuk dengan dakwahnya.."

" Heum.. Oke, Silmi akan secepatnya ke sana yah..?"

" Jangan terlalu diburu-buru.. Kak Zuu juga santai aja kog nunggunya. Barusan cuma iseng nanya.. "
Tersenyumnya lepas.

Silmi tertawa.

" Kalo gitu bukan kakak yang enggak sabar, tapi Silmi yang udah enggak bisa nahan untuk ke sana.. "

Dan keduanya tertawa lepas. Zurra begitu tanpa beban menyuarakan tawanya.
Seperti ada yang terangkat seketika di dadanya. Sesak yang terasa dan sakit yang menusuk dihati seakan sirna begitu saja mendengar suara di seberang telepon.

Mungkin Zurra butuh teman curhat yang benar-benar mengerti dirinya. Teman tempat dia berbagi tanpa merasa bersalah karena telah membuka aib. Silmi masih keluarga sendiri. Meski begitu Azzurrapun tak bermaksud untuk menceritakan derita hatinya selama dia menjalani biduk rumah tangga bersama Fathan, namun hanya meluahkan sedih hati..
Dan Azzurra bukan tipe orang yang mudah membagi sakit pada yang lain. Dia lebih merasa nyaman memendam itu sendiri.

Entahlah,, ketika kehadiran Silmi semua sedikit berubah. Ada bagian-bagian dari dirinya yang sedikit merasakan ketenangan dan semangat hidup.
Yaahh Zuurra sangat sadari itu.. Bahwa keberadaan Silmi merubah sisi gelap disudut hatinya kini.

" Nah kan diam lagii.. Kak Zuu suka bangett melamun. Silmi enggak suka ah.. Ntar cantiknya kakak jadi sedikit ternodai kalo kak Zuurra bengong gituu.."
Zurra kembali tertawa. Tawa lirih yang diiringi sedikit kebahagiaan dalam benaknya.

" Silmi dulunya kuliah di sastra yah ?"
" Enggak. Kenapa?"
" Pinter banget merayu.."
" Emang apa hubungannya sastra dan merayu yah..?"
" Ada. Karena orang sastra itu paling pinter memainkan kata-kata dan bikin orang bisa jadi melayang karena tersanjung.."
" Memang kak Zuu begitu ?"
" Begitu gimana maksud adek ?"
" Yaahh, merasa jika Silmi rayu..hahaha.."

Azzurra terdiam seketika. Bukan itu maksud dari ucapannya. Jika Silmi laki-laki mungkin dia akan menjawab iya. Tapi dia seorang perempuan.

" Kakak sayangg.."
Panggil gadis itu di seberang telepon. Azzurra sedikit terjingkat lirih.

" Iya Silmi.. Maaf kakak bingung mau jawab apa.. Maksud kak Zuu jika kamu laki-laki.."
Senyumnya dengan raut yang nampak berpikir.

" Oohh Silmi kirain.."
" Kenapa adek..?"
" Heum.. Bukankah ada perempuan yang juga memberi rayuan pada perempuan cantik lainnya ?"

Azzurra diam terpaku mendengar jawaban Silmi.
Iyakah???

Belum pernah Zuu dengar itu, atau mungkin Zuu yang terlampau naif.. Selama hidup tak pernah tau sisi-sisi kehidupan yang lain..lempeng dan mungkin cenderung monoton.
Tak pernah terpikir juga tentang apa yang Silmi ucapkan barusan.
Dalam hatinya ada ketidak mengertian dan semburat lirih debar yang terasa Zurra raba.

" Silmi, kakak mau masak dulu yah, nyiapin makan malam untuk orang rumah.."
" Oke kakak.. Masak yang enak yah,, Silmi juga kangen pengen rasain masakan kak Zuu lagi..nanti jika disana Silmi masakin tiap hari yah.."
" Iya pasti. Yaudah Silmi, wassalam mualaikum.."
" Wa alaikum salam kakak.."

Lalu setelahnya telepon Azzurra matikan.
Ada yang tiba-tiba bergelanyut di pikirannya tentang ucapan Silmi tadi..
Maksudnya apa??

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang