part 03

1.2K 105 9
                                    

Author pov

Petang telah menyusup, menyelimuti segenap alam di bagian barat.
Langit terlihat mulai gelap kehitaman karena cahaya kerlip bintang yang sama sekali tak nampak di hamparan luas angkasa.

Di salah satu sebuah rumah besar yang cukup mentereng dengan terali besi yang tinggi menjadi pembatas rumah dengan jalanan umum, nampak terparkir sebuah mobil Pajero hitam metalic di teras depan rumah yang cukup luas dan bisa menampung 3 mobil dan beberapa motor.

Sepertinya tuan rumah kedatangan tamu penting, sebab nampak formal ketika terlihat orang-orang yang tengah duduk di kursi ruang utama tamu.

Jam kuno yang bersandar kokoh di samping ruang utama seolah menegaskan jika penghuninya pun sama, hidup di masa yang tak akan pernah beranjak untuk berubah.

Seorang laki-laki tampan begitu sumringah duduk dengan santunnya di kursi tamu dan diapit seorang wanita baya berhijab dan pria baya yang nampak lebih modern dengan jas hitam yang membalut tubuhnya.

Perawakannya hampir sama dengan abinya Azzurra namun sedikit lebih pendek dan tambun.

" Enggak salah kita besanan Moehid.., aku merasa sangat cocok melihat putrimu, cantik dan sangat bersahaja. Fathan saja langsung suka.. "

Berkatanya dengan tertawa renyah yang terkekeh sembari menoleh ke arah anaknya yang duduk tenang dengan simpulan senyum yang tak pernah hilang.
Begitupun wanita baya di sampingnya yang tak lain adalah ibundanya juga sangat puas mengamati setiap gerak gerik Azzurra yang hanya duduk diam dengan kepala tertunduk.
Sepintas dia angkat wajahnya sewaktu uminya memanggil.
Dan sepintas juga dia tangkap sorot laki-laki yang tak jauh ada di seberang tempatnya duduk.
Ada perasaan jengah yang menyesak di dada. Sepintas dia melihat sebuah senyum yang sedikit di gigit lalu memainkn ujung lidah di antara bibirnya. Hanya sepersekian detik. Tapi hal itu cukup membuat benak Azzurra tak nyaman dan merasa riskan. Wajahnya tampan. Dengan sepasang alis hitam pekatnya yang sedikit tebal dan tegas dan sorot mata yang tajam. Hidung mancung dan bibirnya yang agak kemerahan. Namun untuk Azzurra itu bukan nilai plus. Karena menangkap sikap laki-laki itu saja dia sudah hilang kekaguman dan respek. Dalam hatinya timbul perasaan enggan dan tak tenang. Entah kenapa Azzurra merasa jika perjodohan ini tak akan baik-baik saja untuknya.

" Kamu cantik Azzurra.."

Puji Fathan tanpa maku-malu dengan mata menyorot tajam penuh binar. Tak berhenti bibirnya mengulas senyuman simpul namun nampak genit dan nakal menurut Azzurra. Dalam hatinya agak bergidik menyaksikan sikap laki-laki di hadapannya itu. Penampilan kalem elegan tapi gerak geriknya tak bisa menutupi sama sekali sifat asli dan karakter kepribadiannya.

Gadis itu mengulas senyum datar dan tergesa menunduk kembali. Dia sangat tak ingin berlama-lama beradu pandang dengan lelaki tersebut. Baginya sangat memalukan sekali perangai Fathan.

Sungguh keadaan yang sangat amat membosankan baginya.

" Abi boleh Zuu masuk ke dalam ?"

Bertanya nya hati-hati.

Lelaki baya yang di panggil Azzurra itupun menganggukkan kepalanya sembari senyum-senyum.

" Enggak apa kan nak Fathan, Azzurra masuk? yang penting kalian telah saling melihat.. "

" Eh..ee.. iyaa, kiyai.. "

Tergeragap suaranya karena tak lepas sepasang mata Fathan yang masih sibuk pada sosok Azzurra yang begitu sangat menyita perhatiannya.

" Jangan panggil begitu, panggil abi juga ndak apa, toh sebentar lagi juga akan seperti itu memanggilnya.. "

Dan semua tertawa renyah.

Hanya Azzurra yang malas untuk mengikuti mereka dan lebih memilih diam lalu berlalu pergi di saat semuanya masih tertawa-tawa setelah sebelumnya dia pamit dan meminta diri untuk kembali ke kamar pribadinya.

Azzurra menahan nafas.
Di kamar dia hanya mampu menatapi wajahnya di cermin dengan rasa yang tak tentu.Dia tahan nafas sepenuh dada dan menghembuskannya dengan berat. Sepertinya terasa ada benan yang mulai hinggap di pikiran gadis itu. Azzurra pandangi seraut wajahnya di cermin dengan sorot mata gelisah dan sayu.

Sepasang mata itu tertangkap tajam menjijikkan dan mengusik ingatannya.

Bukan sorot yang mengartikan ketulusan dan kemurnian tapi geliat lain yang Azzurra mampu menangkapnya meski di tutupi dengan sikap santun di hadapannya.
Kesal menyelimuti dadanya.
Amarah yang hanya sanggup dia tahan dengan sebuah kalimat astagfirullah..

' Ya Allah semoga hamba salah menilai.., semoga itu hanya kebimbangan hati hamba dan engkau yang lebih mengerti segalanya. '

Cinta bukan hanya bertemunya dua fisik yang saling terpikat antara satu dengan lainnya.
Bisa saja itu adalah nafsu yang terbingkai.
Cinta adalah ketika sebuah ketulusan itu sanggup terbaca lewat matahati dan terasa hangatnya di setiap pandangan..
namun entah kenapa semua itu tak bisa Azzurra rasakan.

Fathan..

Laki-laki tampan yang berpendidikan dengan segudang ilmu agama yang sangat mendalam karena penempaanya selama bertahun-tahun di pesantren.
Namun itupun bukan satu hal yang sepenuhnya bisa menjanjikan.
Tapi semoga saja semua bisikan hati kecilnya meleset.
Karena tuhan juga akan menjaga satu perilaku buruk dari umatnya ketika dia telah mendalami ajarannya.

" Semoga ya Allah.. "

Menghela nafas penuh-penuh Azzurra coba meyakinkan diri.

" Abi dan umi enggak akan mungkin tega menjerumuskan anaknya, terlebih anak gadis semata wayang.. "

Bergumam Zuu dengan perasaan yang di coba untuk lega.
Walau jauh.., jauh di dasar hatinya dia tak inginkan pernikahan itu terjadi.

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang