part 24

618 48 12
                                        

Author

" Ada apa Zuu.., ada yang bisa dibantu?"

Didepan meja kerja Azzurra, Mitha telah memposisikan dirinya. Tadi begitu dia dikasih tau sama Hakim, kalau sahabat baiknya itu mencarinya, dia langsung keruangan Azzurra. Tanpa meletakkan tasnya terlebih dahulu ke meja kerjanya.

" Mitha, kamu sibuk??"

" Enggak sihh..cuma sedikit selesaikan berkas laporan yang diminta sama pak Nirwan, udah. Kenapa?"
" Temeni aku ke dokter spesialis kandungan yah.. hari ini.."
" Ada apa lagii...,," Sedikit bicara Mitha agak mengumam.

" Mithaaa..., Bisaa kaann.." wajah ayu Azzurra memelas. Sahabatnya yang menangkap itu tak kuasa menahan senyum gemas.

" Bisaaa..,bisaa Zuu.."
Ujarnya dengan tatapan sayu. Sampai Azzurra menahan tawanya.
Enggak banget kalo Mitha bertampang inocent..🤭

"..Yaudah nanti sekitar jam 10.00 wib. Aku juga enggak ada kerjaan. Tadi aku udah minta ijin ke atasan buat keluar sebentar sama kamu.." Raut Azzurra sumringah.

" Oke Zurra.. Kalo gitu aku kebut bentar laporannya yah.. kamu baik-baik tunggu aku disini."

Begitu serius tampang sahabatnya itu membuat Azzurra tertawa.
Tawa indah yang membuat siapapun akan tertarik dan suka. Tawa renyah yang setiap telinga yang mendengarnya seolah terlena.. tapi siapa sangka dibalik semua itu, tersembunyi kisah sedih Azzurra. Wanita anggun dan cantik luar dalam. Yang menjadi pujaan banyak lelaki. Namun justru miris kehidupan pribadinya dan keadaan batinnya yang sesungguhnya.

******

Hampir sejam kurang lebih Azzurra menunggu sahabatnya menyelesaikan pekerjaan sembari dia membuka-buka berita online gadgetnya,.. karena dia yang tak ada kesibukan samasekali dihari itu. Jarum didinding yang tergantung tepat dibelakang meja kerja Azzurra menunjukkan pukul 10.13 wib, sewaktu orang yang dinantinya telah muncul dibalik pintu dengan senyum manis.

" Kita berangkat sekarang Zuu?"

Suara Mitha sedikit meng-kagetkan wanita cantik itu. Azzurra simpulkan senyuman sembari meng-anggukkan kepalanya. Meraih tas yang ada diatas meja, diapun segera beranjak berdiri dan menghampiri sahabatnya yang berada didepan pintu yang terbuka lebar.
Akhirnya dua wanita yang usianya tak terpaut jauh itupun beringsut pergi dari ruang kerja untuk pergi ke dokter spesialis kandungan. Namun sebelumnya Azzurra telah meminta ijin ke pimpinan terlebih dahulu sebelum dia keluar dari kantor.

" Kita kerumah sakit tempat om aku dinas aja yah Zuu, jam terbang dia udah lumayan lama loh..ga usah muter nyari-nyari lagi. Rumah sakit tempat dia kerja kan bukan rumah sakit sembarangan dan cukup elite. So.., bisa sedikit menjadi alasan jika nanti hasilnya oke."
Wanita muda yang dipanggil Zuu itu menurut saja.

" Asal dia benar-benar dokter kandungan Mitha.." Tertawa lirih Azzurra sambil mengikuti sahabatnya masuk ke mobil. Mengambil tempat duduk disebelah Mitha yang menjadi driver karena Azzurra menolak saat ditawari untuk mengemudikannya.

" Aku enggak berani Mit..pernah sih dulu belajar. Tapi bukan mengambil kursus resmi. Cuma belajar sama adiknya Umi.. itupun cuma dua kali aja, karena aku udah keburu takut, pas yang terakhir setir, mobilnya nabrak tanaman tetangga.."

" Iyaa?? Kog bisa siih Zuu..?"

" Bisa Mitha, karena jalan yang aku ambil mengharuskan untuk belok, tapi aku belum bisa. Dengan keadaan jalan yang kecil jugaa.. jadi yaudah,,.. tanaman tetangga rusak gara-gara akuu.."

Lalu tertawa lepasnya, teringat kembali kejadian dulu yang menurutnya lucu dan cukup menggelikan. Sepasang matanya begitu berbinar-binar ketika bercerita. Sementara Mitha mulai melajukan mobilnya setelah mengeluarkannya dari halaman kantor tempat mereka bekerja.

Disepanjang jalan mereka banyak bercanda tertawa dan cerita tentang segala hal yang membuat suasana menjadi ceria. Dan Azzurra sangat menikmati waktu itu. Momen yang sangat jarang tercipta sejak dia telah resmi menyandang sebagai nyonya Fathan.

" Misal aku cowok Zuu, mungkin akan kukejar-kejar kamu sampe dapet. Peduli setan biarpun harus pake dukun.. aku jabanin deh.." Ujar sahabatnya tanpa beralih dari fokusnya melihat ke jalanan dihadapannya.
Azzurra memandangi Mitha dengan raut yang terlihat serius tapi begitu menggemaskan dimata sahabatnya itu. Sepasang matanya yang nampak polos dengan bibir sedikit terkuah dan mimik muka agak tegang.
Tawa Mithapun pecah. Dia tergelak karena geli.

" Ini nih, yang bikin cowok- cowok meleleh berhadapan sama kamu Zuu, waaahh pantesan Hakim begitu setia menjadi pemuja mu..hahaha.."
" Mithaa.., apaan siihh..,?"
Wajah Azzurra bersemu. Tapi sahabatnya malah makin tertawa. Hingga tak terasa mereka telah sampai ketempat yang dituju.

*****

Namanya dokter Wien.
Lengkapnya beliau tak mau menyebut karena terlalu panjang dan butuh menahan nafas saat melafalkan nama lengkapnya..
Itu yang di katakan sang dokter sewaktu Zuu iseng bertanya nama pemberian dari lahir. Mitha yang mendengar mereka bercengkrama hanya ikut menyumbang senyum, atau terkadang tertawa ketika ada ucapan/celetukan yang menggelitik geli di hatinya.

Di benaknya hanya sanggup bergumam,,

" Zuu, kamu begitu lucu polos dan tak jarang membuat orang-orang yang berinteraksi secara langsung atau hanya dengan melihatnya aja udah diserang demam terpesona dan terpikat. Mudah banget membuat orang jatuh hati.."

Tersenyum geli Mitha sembari menggeleng-gelengkan kepalanya lirih dengan sepasang matanya tak lepas memperhatikan setiap gerak gerik Azzurra.

" Dokter Wien udah banyak jam terbangnya pasti.."

Sang dokter hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan Zurra dan melirik ke arah sahabatnya yang tengah memperhatikan keduanya dan duduk disebelah Azzurra.

" Semasa aku masih ingusan, om Wien udah memulai karir kedokterannya Zuu..itu sedikit info buat kamuu.."

Azzurra manggut-manggut.
Dalam hati dia merasa jika pilihannya berada disitu adalah tepat.

" Kamu sehat lohh Zurra.. rahim kamu bahkan bisa menampung lebih dari 3 buah hati.." Berkata dokter Wien sedikit membuat Azzurra mengedipkan mata tak percaya dengan bibir sedikit terkuah.

" Dokter engga salah ucap kan??maksud Zuu salah ngechek, gituu.."

" Saya serius Zurra..predikat kedokteran yang saya sandang engga bisa untuk main-main dan bisa dipertanggung jawabkan."

Bahagia dan haru tak bisa Zurra sembunyikan, sampai-sampai dia langsung memeluk Mitha erat sembari menitikkan airmata.

" Umi sama Abi pasti senang mendengarnya Mitha.." Suaranya bergetar karena haru.
Wanita yang dipanggil Mitha itu balas memeluk Azzurra dan mengucapkan selamat.
" Dan yang paling bahagia udah pasti suami kamuu Zuu.."
Azzurra hanya diam tak menyahut. Saat itu fokus pikirannya hanya ingin cepat-cepat memberitahukan kepada Uminya tentang berita bahagia itu. Mungkin dengan begitu kondisi Uminya bisa jauh lebih baik.

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang