Part 15

770 92 44
                                    

Azzurra pov

   Malam semakin larut.
Di dinding kamar jarum jam sudah berada di angka 23.35 wib.

Aku masih belum bisa memejamkan mata.
Bukan karena kantuk yang tak kunjung datang, namun suara-suara gaduh di ruangan sebelah dengan diikuti teriakan-teriakan yang cukup keras begitu mengganggu di telingaku.

   Aku yakin jika itu adalah kak Kemal seperti yang diceritakan bunda jika dia mengalami gangguan jiwa.

Alangkah tragisnya hal yang harus dialaminya.

   Kenapa bisa istrinya meninggalkannya hingga dia menjadi seperti hilang ingatan seperti itu??

Pertanyaan itu cukup mengganggu pikiranku juga. Rasa penasaran yang menyelimuti segenap hatiku sekarang.

   Kututup buku bacaanku dan meletakkannya di sisi tempatku merebahkan tubuh dan kucoba kembali untuk memejamkan mata meski sangat sulit.

Apa abah sama bunda juga bisa tidur pulas dengan keadaan begitu setiap hari ??

Kenapa juga mereka tak coba mencari penyembuhan untuk kak Kemal??

   Lima tahun waktu yang cukup lama dan rasa-rasanya memang cukup sulit juga untuk memulihkan kembali ingatannya dan menyembuhkan depresinya.

" Aaaarrrggghhh !!"

   Aku sangat-sangat terkejut.
Suara teriakan yang berasal dekat sekali dengan kamar yang aku tempati membuatku merasa cukup kaget dan was-was.

   Aku tak berani bersuara seketika.
Terdiam dengan perasaan takut dan cemas.
Terlebih suara pukulan-pukulan didepan pintu kamar membuat jantungku seolah terlepas beberapa saat sebelum kembali ke tempat semula.

" Jahat kamuu ! Jahat kamu Windy !!"

   Teriakan yang cukup memekakan telingaku kembali terdengar.
Di ikuti tangisan beberapa saat kemudian.
Aku semakin ketakutan.
Benar-benar merasa sangat cemas dan gemetar.

Windy..
Apa itu nama dari istri kak Kemal ??
Sedikit menebakku dalam hati.

   Sampai kemudian belum hilang rasa kaget dan ketakutanku, cukup keras kudengar suara yang teramat sangat aku kenali membentak laki-laki itu dan menyuruh dia kembali ke kamarnya dengan paksa dan kasar.
Itu bisa aku tahu dari suara-suara berontak kak Kemal dan seretan sandal yang terdengar jelas.

Abah..

" Baru jam segini pulang.. "

Gumamku sedikit heran.

   Sebenarnya aku ingin menemuinya.
Namun karena jam yang sudah cukup malam kuputuskan untuk menundaanya esok hari.

Cukup lega rasanya hatiku dengan perginya kak Kemal, karena suasana langsung berubah hening.
Dan anehnya juga suara teriakan-teriakan lelaki itu samasekali tak terdengar lagi.

   Kuhela nafas sepenuh dada dan mulai kupejamkan mata untuk menjemput mimpi.

Jujur, malam itu aku sangat beruntung sekali karena Fathan juga tak berada dikamar.
Entah dia pergi kemana hingga malam selarut ini dia belum juga pulang.

   Aku tak perduli.

Dan tak akan pernah perduli dengan apapun yang ingin dilakukannya.
Bagiku cukup menjadi istri yang melayani seperti yang seharusnya aku lakukan itu sudah lebih dari cukup.

#####

   " Semalam sampai ke sini jam berapa Zurra ?"

Ayahnya Fathan yang kini telah menjadi mertuanya bertanya sembari menyeruput kopi manis yang dibuatkan oleh menantunya, Azzurra.

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang