Part 13

803 87 48
                                    

Author pov

Tok tok tok

" Non Zurra, ibuk menyuruh non sama mas Fathan segera turun untuk makan malam.. "

" Iya mbak.., sebentar Zurra turun.. Makasih ya mbak Tun. "

" Sama-sama non.. "

Mbak yang membantu pekerjaan rumah sehari-hari di rumah orang tuanya itupun turun, di ikuti Azzurra yang bergegas keluar kamar setelah selesai melipat mukena dan sajadah yang baru saja dia pergunakan untuk sholat isyak.
Sebentar dia meminta suaminya untuk turun juga sebelum dia beringsut dari kamar.

" Fathan mana Zurra ?"

Abinya yang sudah duduk di meja makan memandangi putrinya yang berjalan ke arah beliau dan uminya yang telah menunggu.

" Sebentar lagi turun abi.. "

" Heum.. Duduklah Zuu. "

" Iya umi.. "

Azzurrapun menurut.
Mengambil tempat duduk di seberang abinya sementara kursi sebelahnya di tempati Fathan yang datang menyusul kemudian.

" Kamu terlihat lelah sekali Fathan ?"

Di tengah-tengah kesibukan makan malam mereka umi bertanya.
Nampaknya dia mengawasi gerak gerik menantunya yang duduk di sebelah putrinya.

" Iya umi, sedikit pekerjaan kantor saja tadi umi.. "

Senyumnya sopan mengalihkan wajahnya pada sosok baya itu.
Azzurra hanya melirik sepintas dengan benak berkecamuk.
Topeng kemunafikan yang selalu sukses dia perlihatkan pada kedua orang tuanya.

" Memangnya pekerjaan kamu sangat menguras tenaga Fath ?"

Abinya Zurra ikut berkomentar.
Fathan sedikit terbatuk kecil lalu buru-buru dia meneguk air putih di hadapannya.

" Enggak juga abi.., "

" Heumm.. "

   Makan malampun dilanjutkan dengan suasana hening tanpa banyak berbincang-bincang lagi hingga makan malam telah selesai dan Zurra ikut membantu si mba membereskan meja makan.

" Non Zurra udah, biar mba yang beresin sendiri.. "

" Enggak apa mba, Zuu suka kog. "

   Jawab Azzurra sembari senyum.
Dalam hatinya sebenarnya bukan hanya itu tujuannya, namun lebih kepada keinginannya untuk lama-lama jauh dari lelaki yang kini telah menjadi suaminya yaitu Fathan al rasyid.

Si mba tak bisa memaksa. Diapun membiarkan Zurra ikut membantunya mencuci piring serta perkakas lain bekas makan malam barusan.

#####

" Bunda aku sakit Zuu.., besok sabtu kita ke semarang. "

Azzurra hanya mengangguk.
Sibuk membuka-buka buku di tangannya.
Salah satu hobinya yang tak pernah dia tinggalkan. Membaca banyak buku yang lebih membuat pikirannya menjadi tenang.

Kemudian hening.

Fathan nampak sibuk dengan laptopnya sementara Azzurra melanjutkan keasikannya.

" Zurra, selama kamu kerja, apa semua uang kamu selalu kamu simpan di bank ?"

Tiba-tiba Fathan berujar yang membuat wanita itu sedikit menoleh heran.

" Kenapa ?"

" Kakak bertanya dan harus di jawab. Kamu bukannya udah bertahun-tahun menjadi pegawai di dinas kelautan dan dengan jabatan yang lumayan juga pasti gaji kamu enggak mungkin kamu hambur-hamburkan semua.. "

" Lalu kenpa ?"

" Uang gaji itu kamu tabung atau gimana ?"

" Zuu tabung di bank dan ada juga satu tanah yang cukup luas telah Zuu beli. Tapi itu Zuu priorintaskan untuk cita-cita Zuu. Kelak jika Allah berkehendak Zuu ingin membuka rumah pantai asuhan. "

" Heumm.., "

" .., berapa banyak yang ada di bank ?"

" Enggak banyak karena telah Zuu ambil untuk membantu abi membiayai pernikahan kemarin. Abi enggak ada cukup uang untuk menggelar pesta sebesar itu. "

" Bukannya kak Fath tahu jika biaya pernikahan itu sepenuhnya pake uang abi Zuu ? Apa ayah kak Fath enggak ngasih tahu ? Bukannya kakak yang bilang kalo tak ada cukup uang untuk menggelar pesta ?"

Dahi Azzurra sedikit berkerut memandangi Fathan yang pura-pura sibuk melihat layar di hadapannya setelah sebelumnya dia tertangkap basah saat mengawasi istrinya itu.

Fathan agak tergeragap kebingungan dengan pertanyaan Zurra.
Seolah menahan malu.

" Aku bukannya tak mau mengeluarkan uang, namun memang aku tak punya saat ini. Nanti juga aku ganti.. "

Lalu ujarnya mencoba membela diri dari perasaan malu yang sangat.

Zurra tersenyum.
Entah apa yang tersirat di pikirannya, dia hanya memandangi Fathan sejenak lalu kembali asik dengan bukunya.

" Aku mau pinjam dulu uang kamu, dua ratus juta untuk membuka usaha mebel. "

Azzurra di buatnya terkejut dengan ucapan Fathan yang masih duduk di sebuah kursi dengan posisi tengah menghadapnya.

" Maksud kak Fath ?"

" Iya, duaratus juta untuk modal usaha mebel. Nanti jika telah berjalan dan sesuai harapan aku akan kembalikan uangnya. "

" Uang Zuu yang di bank tak sebanyak itu. Kemarinpun baru Zuu ambil 50 juta untuk pernikahan. "

" Sekarang masih ada berapa ?"

Zurra hanya terdiam. Ingin dia tak jujur pada Fathan, namun itu membuatnya merasa menjadi seorang pembohong.

" Enggak ada duaratus juta. "

" Bisnis itu prospeknya bagus sekali Zuu.. Kakak yakin akan berhasil.. "

" Tapi Zuu tak ada uang sebanyak itu.. "

Zurra mendesah. Menutup buku yang tengah dia baca lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Banyak hal yang di pikirkannya yang membuatnya jadi tak bisa memejamkan mata dengan cepat.

Fathan.. Yah, laki-laki itu yang seolah-olah hanya ingin memanfaatkannya saja.

Dari biaya pernikahan yang semuanya di tanggung olehnya dengan alasan jika nanti besan dari orangtua Zurra akan menggantinya sampai gaji yang harusnya dia berikan pada Zurrapun samasekali tak dia lakukan.

Zurra tak banyak memprotes.
Tapi bukannya itu membuat Fathan tahu diri dan sadar justru semakin hilang rasa malu dan tanggung jawabnya.

Dalam hati Azzurra hanya sanggup beristigfar, astagfirullah..

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang