33

60 11 1
                                    

" Kak, tadi Silmi lihat kak Fathan terburu-buru masuk ke kamar terus pergi lagi. Sampai Silmi sapa dan tanya dia enggak respon. Silmi curiga sihh.. apalagi jam segini dia belum pulang.."
" Dia tadi pamit ada urusan sama seseorang adik.."
" Tapi udah seharian loh kak... Apa kak Zuu enggak ngerasa gimana-gimana???"
" Entahlah.. kakak sebenarnya udah capek banget.." Tanpa di sadari bibir wanita muda itu meluncur kata-kata tersebut. Dan sewaktu Silmi lebih jelas menanyakan apa yang Azzurra ucapkan, sontak dia sedikit tergeragap kaget dan buru-buru menghindar dengan alasan untuk menjenguk uminya yang sendirian di dalam kamar.
" Kakak ke kamar Umi bentar yah, Silmi kalo udah mau tidur juga enggak apa.."
" Ya udah Silmi masuk kamar kak.."
" Iyaa.."

Malam itu Azzurra baru beringsut pergi dari kamar uminya setelah dia melihat perempuan baya itu sudah nampak lelap dalam tidurnya. Dengan hati-hati dia selimuti tubuh yang terlihat mulai renta karena telah di gerogoti oleh penyakit. Tak tega sebenarnya setiap Azzurra memperhatikan uminya. Rasa sakit dan perih yang dia pendam dalam diam. Dengan hati-hati Azzurra menutup pintu kamar. Meski tak benar-benar rapat dia menutupnya. Kemudian dia beranjak menuju ke kamarnya. Sejenak dia melihat ke arah kamar Silmi yang lampu kamarnya sudah temaram terlihat dari celah lubang di pintu kamarnya. Diapun segera masuk ke kamar pribadinya yang letaknya lumayan jauh dari kamar tamu yang di tempati Silmi.

Azzurra baru saja selesai membersihkan diri ketika suaminya datang dalam keadaan sempoyongan seperti biasanya dan muka kusut serta rambut acak-acakan. Susa-sisa aroma minuman keras masih cukup kuat tercium oleh penciuman wanita cantik tersebut. Dan Azzurra sudah sangat terbiasa dengan pemandangan itu. Dia pun acuh saja membersihkan mukanya sembari duduk di depan cermin. Fathan masuk dan langsung jatuh tertelungkup di tempat tidur.

" Zuu motornya tadi aku jual. Lumayan laku 10 juta.. bisa untuk traktir teman dan sewa perempuan.. makasihh ya istriku tersayang.." Terkekeh lelaki itu sembari terus mencercau tak karuan. Azzurra tahan nafasnya penuh-penuh. Dugaannya benar-benar terjadi. Karena sosok suaminya itu lebih tepat di juluki pengerat. Dia sama sekali tak punya malu. Sudah pengangguran, main perempuan mabuk-mabukan dan bisanya hanya minta uang dan uang. Dulu masih ingat sekali Fathan memaksa untuk meminta uang 200 juta. Katanya untuk bisnis bersama temannya. Bisnis meubel. Tapi sampai detik ini tak pernah ada hasil yang Fathan perlihatkan padanya tentang usaha itu. Pernah sekali dia tanya, namun jawaban suaminya begitu sinis dan membuatnya sakit hati.

" Duit 200 juta aja kamu ributin. Masih mending aku mau nikahin kamu. Perempuan mandul dan tak bisa apa-apa..!" Dan ucapan itu cukup untuk dia dengar lagi dan lagi. Meski jujur, sebenarnya bukan dia yang mandul. Karena sudah berapa dokter kandungan dia datangi dan hasilnya selalu sama. Dia normal. Rahimnya juga normal dan sehat. Permasalahannya justru ada pada diri lelaki itu. Namun dia tak cukup legowo untuk mengakui dan mau menerima kekurangannya.
Paling menyakitkan saat Fathan berkata dan sedikit mengancam jika dia tetap akan punya anak dari Azzurra meski bukan darinya.

Maksud perkataan dia apa???

Melihat karakter dia yang bisa melakukan apapun tanpa terkecuali, terkadang timbul kekuatiran dan rasa takut di hati Azzurra. Namun perasaan itu dia buang jauh-jauh. Bagaimanapun dia suaminya. Tak akan mungkin dia melakukan hal keji yang akan mencelakakan istri atau merendahkan harga dirinya.

" Zuu udah sangka dari tadi.. maksud kakak minta semua surat-surat itu... Kak, kenapa sihh enggak cuma sekali aja bikin Zuu sakit hati dan sesak gini..?? Zuu salah apa sama kakak..?"
" Kamu jelas salah. Kamu maksain aku ke dokter untuk ngecek aku normal apa enggak?? Kamu udah berani merendahkan aku di depan Abi, Ayah sama bunda aku. Itu kesalahan terbesar kamu.! Aku paling enggak suka perempuan yang sok tau.!"
" Zuu cuma minta tolong kakak untuk periksa ke dokter karena Zuu pun udah lakuin itu.. apa itu salah??"
" Jelas salah.! Aku laki-laki normal.! Berapa kali aku bilang itu heh??! Kamu mengatakan itu seolah ingin mengatakan aku ini enggak normal. Aku ini sakitt!! Kamu tau, betapa banyak perempuan di luaran sana jatuh di pelukan aku dan mereka selalu puas dengan permainan aku???! Kamu saja yang enggak becus jadi istri !!" Azzurra kembali terdiam.
Sedikit menghentakkan tangan ketika dia meletakkan krim malam yang baru saja dia pakai ke atas meja. Ingin sekali dia marah dan meledakkan semua isi hatinya. Namun selalu bayang-bayang Umi dan Abinya yang membuat dia urung dengan wajah sembab menahan perih.

" Satu kesalahan dalam hidup Zuu bukan karena menikah. Tapi lebih karena salah mendapatkan imam.." Lalu ujarnya pelan. Dan di luar dugaan, Fathan amat sangat marah dengan perkataan istrinya barusan. Dia langsung beringsut dari tempat tidur dan menghampiri istrinya. Tubuhnya masih sempoyongan karena sisa mabuk yang dia bawa dari tempat hiburan. Dengan sedikit menekan, jari jari tangannya dia letakkan melingkar di leher Azzurra.

" Kamu jangan mancing-mancing sayaaa, (!) perempuan durhaka??! Kamu sudah berani membangunkan sifat iblisku sekarang..!!"

" Aaarrgg..!"

Sepasang mata Fathan menyala-nyala. Wajahnya memerah serta gerahamnya terkerat kuat. Azzurra diam. Walau benaknya di liputi ketakutan. Namun dia dengan tenang membalas perlakuan suaminya yang mulai bertindak kasar dan main tangan.

" Zuu minta maaf.. Kak Fathan yang selalu benar. Ilmu yang selama ini kakak miliki pasti salah satu pondasi hingga kakak menjadi seperti sekarang.."
" Bedebah kaamuu.! Perempuan dunguuu.!" Dia dorong tubuh istrinya hingga terhuyung ke belakang beberapa senti. Lalu sembari meludah, dia berjalan kasar meninggalkan kamar. Langkahnya nampak penuh kemarahan.

" Kamu ingat Zuu, jangan panggil aku Fathan kalo aku enggak bisa balas penghinaan ini.!" Setelahnya dia dia tutup pintu Dengan suara yang keras.

Braakkk!!

Azzurra menangis tersedu sendirian. Sakit badan lebih-lebih sakit hati dan otaknya. Sampai terkadang dia ingin melakukan hal yang di luar kendali, tapi selalu bisa terkontrol jika dia ingat tentang sosok Umi.

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang