Di dalam kamar Umi, Silmi berdiri terpaku. Di lihatnya Fathan yang menangis tersedu-sedu dengan wajahnya yang terbenam di sisi pembaringan perempuan baya itu. Dia benar-benar tak habis pikir dengan isi kepala laki-laki itu.
" Kamu apain Umi..?" Bertanyanya dengan suara bergetar menahan kepanikan dan rasa takut. Silmi memandangi sosok yang saat itu baginya lebih menyerupai iblis. Fathan terkejut. Dia buru-buru berdiri dan menarik tubuhnya beberapa langkah untuk mundur dan menjauh dari pembaringan.
" Umi.. na..faa...ssnnyaa.. ud..udah..,," Mendengar kata-kata Fathan sontak Silmi langsung menuju ke arah uminya Azzurra yang terbaring diam di tempat tidur. Coba dia cek denyut di dadanya. Tiba-tiba dia menjadi panik. Tak sampai di situ, dia cek denyut di tangannya, lalu di lehernya. Dan wajahnya seketika memucat dan tubuhnya gemetar.
" Ya Allah..."
Jemari gadis itu penuh kegugupan ketika menyentuh tangan wanita baya yang nampak tertidur lelap dengan sisa air mata yang masih terlihat jelas menggenangi pelipisnya. Bahkan masih segar meleleh. Tangan-tangan itu masih hangat. Namun terasa layu. Silmipun terisak. Ingin dia menjerit sekuat-kuatnya dan melampiaskan murkanya pada sosok yang saat itu hanya terpaku seperti orang dungu. Matanya begitu menyimpan amarah yang sangat.
" Telefon Abi!! Kenapa kamu malah mematung begitu??!"
" Eh.. iyaa.. iyaa kakak telefon Abi sebentar.." Tergeragapnya dan buru-buru meraih hp yang ada di saku samping celana. Begitu selesai Fathan menelfon kiai Moehid Noor, suami dari Uminya Azzurra, Silmipun bergegas untuk menuju ke kamar Azzurra. Dia cari-cari hape milik kakak iparnya itu dan mencari kontak milik mbaknya yang setiap hari membantu di rumah ini. Dia sengaja keluar kamar agar Azzurra tak curiga. Di dalam kamar Umi yang telah terbaring diam, gadis itu segera menghubungi si mbanya untuk segera datang ke rumah. Sekarang yang di pikiran Silmi hanya satu. Gimana caranya agar Azzurra tak mendengar kabar yang pasti untuknya sangat mengguncang. Dia harus di selamatkan terlebih dahulu dari siapapun untuk saat ini." Non Silmi..." Datang-datang si mbanya menangis tersedu. Silmi peluk perempuan itu dengan menahan air mata kesedihan.
" Titip urusin semuanya ya mbaa.., nanti Silmi kembali lagi.. " Dengan sambil menangis si mba mengangguk-anggukkan kepalanya di ikuti gadis itu yang bergegas pergi menuju ke kamar Azzurra. Dengan buru-buru dia bawa wanita itu untuk keluar dari rumah.
" Kakak ikut Silmi yah, Silmi enggak rela kakak di dekati olehnya..." Begitu ucapnya sembari menuntun Azzurra melewati lorong-lorong ruangan rumah, untuk kemudian mengambil mobil yang ada di garasi. Dia bukakan pintu depan agar Azzurra masuk. Dia hanya menurut. Tak tau apa yang sebenarnya terjadi, yang dia ingat perkataan Silmi. Fathan, nama lelaki itu tiba-tiba membuatnya seperti ketakutan. Setelah pintu pagar di buka olehnya, Silmipun bergegas menjalankan mobilnya keluar dari teras rumah dan meninggalkan tempat tinggal Azzurra. Dia terpaksa melakukan itu. Dia sangat tak bisa membayangkan seperti apa jiwa wanita itu jika tahu yang terjadi di rumahnya saat ini.
" Umi..mana Umi..?"
" Umi udah di urusin sama si mba kak.. jadi kakak tenang aja yah.. Silmi akan membawa kakak ke tempat yang lebih aman agar kak Fathan enggak bisa nemuin kak Zurra. Nanti Silmi yang akan sering-sering ke rumah.."
" Aku mau melihat Umi..aku enggak mungkin ninggalin Umi di saat-saat terakhirnyaa.."
Silmi terperangah. Dia seakan tak percaya dengan perkataan kakak iparnya." Kak Zurra bicara apaa..?"
" Aku dengar semuanya..."
" Kakak tenang yah, semuanya akan baik-baik aja..kakak percaya sama Silmi.."
" Bohong..,!"
"...di mana umi.. di mana??" Silmi tak tau harus menjelaskan dan menjawab apa. Namun dia merasa secepatnya harus membawa Azzurra pergi dari rumah itu. Dengan segala bujukan yang hampir membuatnya menyerah, pada akhirnya gadis itu bisa membawa sosok Azzurra untuk pergi meninggalkan rumahnya.Di sebuah hotel yang letaknya lumayan jauh dari tempat tinggal Azzurra, gadis itu memarkirkan mobilnya. Sengaja dia memilih hotel yang lebih menyerupai homestay agar lebih nyaman untuk wanita yang saat itu ada bersamanya yang telah dia anggap seseorang yang sangat dia sayangi tersebut yang sekarang ini sangat butuh pertolongan dan suport. Silmi membawa Azzurra untuk menginap sementara di sana sebelum dia benar-benar membawanya pergi jauh untuk menyembuhkan kejiwaannya yang terguncang karena peristiwa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Beruntun insiden yang telah melahirkan rasa iba dan empati yang sangat untuk Silmi pribadi. Dan dia bisa bayangkan akan sangat terguncang jiwa kakak iparnya tersebut jika tau apa yang telah menimpa perempuan baya yang selama ini begitu penuh kasih sayang dia rawat. Dan gadis itu tak ingin Azzurra mengalami syok dan hal yang tak di inginkannya. Dengan tanpa membawa apapun, hanya baju yang menempel di badan mereka berdua, akhirnya gadis itu bisa mendapatkan salah satu rumah singgah untuk mereka tempati sementara di tengah suasana malam yang telah mulai beranjak menuju larut.
Di sepanjang malam itu Silmi terus menemani Azzurra. Meski wanita muda itu lebih banyak diam dan membisu namun gadis itu begitu sabar menghadapinya. Dia sangat tau sekali keadaan dan kondisi kejiwaan serta mental Azzurra saat itu. Apalagi dia mendapatkan kabar tentang wafatnya Umi Kalsum, ibundanya, Silmi tak bisa membayangkan akan seperti apa Azzurra. Makanya dia berinisiatif untuk melarikan wanita itu agar secepatnya menjauh dari rumah duka agar hal yang lebih buruk lagi tak terjadi." Kak Zuu lapar?? Silmi pesenin makan yahh..?" Azzurra hanya diam saja. Memandangi gadis itu dengan sorot mata yang berkaca-kaca. Lalu tiba-tiba dia menangis tersedu. Berteriak-teriak dan menyumpah-nyumpah dengan kata-kata yang tak semestinya tak keluar dari bibirnya. Dan sungguh saat itu sama sekali tak seperti sosok Azzurra yang semua orang tau sangat anggun memiliki aura positif dan sangat lembut serta santun dalam memperlakukan siapapun dan dalam berkata-kata. Sungguh Silmi di buat terkejut dan cukup terpana dengan perubahan sikap Azzurra. Dia telah kehilangan jati dirinya. Semua hal-hal baik yang dia miliki seolah sirna. Peristiwa itu benar-benar telah merenggut semua hal baik yang ada pada diri seorang Azzurra. Putri dari seorang kiai yang cukup ternama dan berpengaruh di daerahnya. Sosok berparas cantik nan anggun dan lembut yang dulunya begitu banyak di kagumi kaum Adam bahkan banyak perempuan juga. Kini dia seperti perempuan yang begitu banyak memikul beban pikiran. Terkadang berbicara sendiri dengan suara hampir berbisik atau menangis lirih dengan kedua tangan menepuk-tepuk apapun yang terjangkau olehnya. Silmi yang menyaksikan itu hanya bisa meneteskan air mata dengan hati yang tergores pilu. Dia menyalahkan kakaknya Fathan. Dialah tokoh utama yang menyebabkan Azzurra seperti itu. Dan itu sama sekali tak bisa dia maafkan. Ada masa di mana laki-laki itu akan menebus semua dosa dan kesalahannya yang begitu besar terhadap istrinya. Yaitu Azzurra.
" Silmi akan bawa kakak pergi jauh dari kota ini. Bahkan dari orang-orang yang akan melukai dan mengingatkan kakak pada kejadian pahit yang kak Zuu alami selama ini. Silmi janji, Silmi akan jagain kakak dan rawat kakak hingga kakak kembali sembuh. Setelahnya serahkan semua sama Silmi.." Menangisnya tersedu sembari mengelus-elus punggung jemari Azzurra yang dingin dan telah kotor. Azzurra menatapnya. Tatapan sayu namun sedikit ada harapan menyala. Sedikit senyuman tersembul dari balik wajahnya yang diam tanpa ekspresi. Namun senyum itupun terasa asing dan dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sedih Azzurra
RomanceAzzurra.. Sebuah kisah nyata, bagian kehidupan dari seorang perempuan cantik berhati lembut dan memiliki kesabaran yang BESAR.. Sebagian kecil hidupnya yang terisi warna bahagia, namun cukup memuaskan memberinya luka dan airmata. Perempuan tegar yan...