Part 14

738 85 28
                                    

Author pov

   Hari itu sabtu jam 10 pagi Azzurra dan Fathan berpamitan pada abi dan uminya Zurra untuk pergi menjenguk ibundanya Fathan yang tengah sakit.

Sekaligus bertandang untuk yang pertama kalinya sejak Azzurra resmi menjadi istri Fathan, karena setelah pesta pernikahan di rumah orangtuanya Azzurra tak ada acara boyongan atau ngunduh mantu seperti layaknya pernikahan jawa pada umumnya di rumah besan karena alasan dana yang tak mencukupi.

   Dengan mengendarai sebuah mobil avanza putih yang sehari-harinya sering dipergunakan abinya Zurra menghadiri berbagai macam acara keagamaan dakwah dan lain-lain, merekapun melakukan perjalanan ke kota yang terkenal dengan lunpia dan bandeng prestonya itu.

Butuh waktu 8 jam untuk sampai ke rumah orangtuanya Fathan.

   Sebuah perjalanan yang cukup melelahkan dan tentunya sangat memberi kepenatan pada Azzurra.

Mungkin, jika perjalanan itu terdiri dari banyak orang yang bisa membuatnya tak merasa sendiri akan lebih dia nikmati.
Tapi berada berdua hanya dengan laki-laki itu membuat hatinya penat sebelum perjalanan mereka tempuh.

   Di sepanjang laju mobil tak ada pembicaraan yang berarti.
Fathan lebih memilih asik dengan kesibukannya menyetir mobil demikianpun Azzurra yang lebih memilih konsentrasi dengan buku bacaannya yang sengaja dia bawa dari rumah untuk membunuh waktu dan kebekuan.
Terkadangpun dia lebih memilih memejamkan mata.

   Suasana yang cukup menyiksa juga karena tak ada perbincangan dan hanya terdengar suara musik dari tape mobil.

Sebelum perjalanan lebih jauh Fathan sempat membelokkan mobil yang mereka naiki ke pom bensin terdekat dari kota tempat tinggal Azzurra untuk mengisi bahan bakar.

" Zuu, ada uang 200 ribu untuk beli solar ?"

Bertanya laki-laki itu tanpa rasa canggung.

Azzurra yang tengah asyik membaca agak terjingkat.

" Heum ?"

" Kakak enggak ada uang cukup di dompet. "

Fathan sedikit beralasan.

   Wanita berhijab yang saat itu terlihat begitu cantik dengan sebuah rok panjang berwarna marun dengan kerudung yang senada namun sedikit lebih tua dari bajunya itupun mengambil dompet di dalam tasnya dan mengambil dua lembar uang kertas seratus ribuan untuk kemudian diberikan ke Fathan.

   Laki-laki itupun menerimanya bersamaan dengan antrian yang telah sampai pada giliran mobil yang mereka tumpangi.

Begitu selesai mengisi bahan bakar, mobilpun kembali meluncur membelah jalan raya.

   Penat yang sangat Azzurra rasakan di tubuhnya karena perjalanan yang begitu membosankan.

Beruntung pada saat itu Azzurra tengah berada dalam masa haid, jadi tak begitu memikirkan waktu untuk menunaikan kewajibannya sebagai muslim yaitu sholat lima waktu.

   Setelah lebih dari 8 jam perjalanan di selingi singgah di rumah makan dan masjid yang ada di pinggir jalan raya untuk Fathan menunaikan kewajiban dan beristirahat sejenak akhirnya merekapun telah sampai di tempat yang mereka tuju.

   Sebuah rumah cukup besar berwarna hijau terang dengan arsitektur kuno yang berdiri kokoh diantara rumah-rumah lain yang berjajar di kanan kirinya.
Terlihat nampak sangat mencolok sendiri karena terlihat besar dan beda dengan bangunan rumah yang lain.

   Halaman yang cukup luas dan hanya dengan tanaman yang berjajar disepajang luas rumah sebagai pagar pembatas jalan dengan halaman rumah.

Di depan rumah berdiri kokoh pohon mangga yang besar dengan daun-daunnya yang cukup lebat dan hijau.

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang