Kisah awal.
Namaku Azzurra.. buat aku pribadi, sangat butuh keberanian yang ekstra dari dalam diriku untuk mengatakan yang sejujurnya yang aku rasakan di hati selama bertahun-tahun ini.
Namun aku tak cukup untuk dapat mengatasi ketakutanku ketika semua harus aku ungkapkan dengan benar.
Aku hanya perempuan lemah yang sebenarnya sangat membenci keadaan ini.Kekomplekan di keluargaku yang selalu menuntut bahwa setiap anak harus berbakti dan tak boleh mencoreng nama baik keluarga sepertinya telah menjadi warisan turun temurun dari kakek buyutku yang menjadi sebuah pantangan dan tak boleh di langgar. Mungkin untuk kebanyakan orang akan membenarkan apa yang menjadi pemikiran orang tuaku dan anggota-anggota keluarga besar dari Abi. Setiap hal yang bersangkutan dengan sebuah harga diri adalah harga mati. Tapi mungkin ketika aku jabarkan apa saja yang menyertai dari hukum haramnya mencoreng nama baik keluarga besar Abi, pasti sebagian besar akan mengatakan jika hal yang di terapkan di keluarga besarku sudah di luar batas dan sangat kolot. Aku bukan tak bangga menjadi putri satu-satunya dari seorang ulama dan kiai yang cukup terkenal bahkan memiliki nama besar di kota tempat kelahiranku. Yang setiap orang menaruh hormat beliau, bahkan juga sangat menaruh hormat terhadapku. Meski aku merasa sungkan dan risih. Jujur aku lebih ingin menjadi anak gadis yang tumbuh sewajarnya di tengah-tengah makhluk sosial lainnya. Aku ingin menjadi gadis yang bisa melakukan apa saja tanpa batasan asalkan masih dalam norma agama dan tak melenceng dari kaidah. Namun kedua orang tuaku telah mendidikku dari kecil untuk menjaga jarak dari siapapun. Dari teman perempuan Abi masih sedikit memberi kelonggaran untuk berteman. Meskipun harus melewati seleksi juga. Tak boleh berteman dengan gadis sebaya yang tak bisa memberikan pengaruh baik dan yang tak jelas bebet bobotnya. Di larang keras bergaul dengan teman yang orang lebih suka menyebutnya bar-bar. Yang tak bisa menjaga etika dan sopan santun. Harus yang mengerti agama. Minimal bisa mengaji dan selalu menjalankan sholat 5 waktu. Hingga terkadang aku suka malu sendiri jika di tengah-tengah perkenalan entah itu di bangku sekolah dasar SMP SMA hingga kuliah aku selalu selipkan pertanyaan, kamu bisa sholat ga? Kamu bisa ngaji kan?? Kamu ga pernah bolong puasa kan?? Kecuali jika ada halangan umumnya kaum hawa yang udah baliqh. Tapi semua itu seolah telah menjadi rutinitas yang aku lakukan tiap ada orang baru yang mendekat dan memulai sebuah perkenalan. Hal itu adalah didikan Abi dari aku kecil. Dan entah kenapa hal itu benar-benar aku lakukan hingga telah remaja dan dalam lingkungan kerja. Meski dalam hati terkadang timbul rasa enggan, toh tetap saja wejangan Abi itu terngiang-ngiang di pikiran alam bawah sadarku. Tak jarang ada yang merespon dengan kata-kata yang judes. Tapi aku hanya tersenyum dengan menelan ludah menahan malu. Iyaa.. aku juga bukan wanita sempurna. Bukan ahli surga dan sudah di pastikan menjadi penghuni surga firdaus. Aku hanya melakukan apa yang selalu Abi katakan hampir setiap saat dan sering.
Tapi begitulah adanya. Haram hukumnya berbuat hal yang membuat nama baik keluarga harus menjadi taruhan.
Dan itulah satu alasan yang membuatku bertahan dalam kondisi tertekan dan limbung seperti sekarang.
Intinya apapun saja boleh kamu lakukan, namun nama baik keluarga jangan sampai ternodai.
Berbuat apapun, namun tetap menjunjung martabat keluarga.Sebodoh-bodohnya orang, mereka juga tahu jika hukum itu telah ada sama halnya apa yang kita lakukan masih harus terkekang nilai-nilai dan aturan keluarga.
Rasa yang jenuh ketika aku menyadari harus berada di tengah-tengah kolotnya sebuah peraturan.
Aku tak pernah memandang hidup hanya berada dalam lingkaran kasta yang tinggi dan di balut keegoisan atas nama harga diri.
Di mata tuhan semua sama.Tapi sayang, bukan itu yang terpatri di setiap isi kepala di antara anggota keluargaku.
Mereka menganggap semua hal yang baik itu hanya ada di antara lingkungan yang baik.Lalu sebuah bahagia itu hanya bisa tercapai dari sebuah kasta yang menjanjikan.
Bukan sebuah kerendahan hati tapi keangkuhan yang selalu di tanamkan dalam diriku sejak kecil.Inilah hal yang paling aku benci karena bagiku semua manusia sama.
Hanya hati yang membedakan.
Jika masih mungkin untuk tuhan sekali lagi memberiku sebuah pilihan, satu yang sangat aku harapkan untuk bisa hidup di tengah keluarga yang selalu memberi kehangatan dan mengerti untuk bisa menghargai setiap pilihan yang aku tentukan.
Kedewasaan yang menempaku juga akan menuntunku untuk berpikir mempermalukan keluarga besar seandainya saja aku telah berjalan di tempat yang salah..
Aku juga mengerti bahwa keluarga tak akan pernah tergantikan.
Namun bagaimana jika yang ada adalah sebuah keluarga yang hanya bisa menuntut kesempurnaan tanpa perduli satu sisi hati ada yang kecewa???
Bukan keegoisan yang ingin aku tonjolkan, tapi hak untuk aku bisa merasakan menjadi diriku sendiri tanpa pengekangan dari pihak manapun.
Aku Azzurra
Hanya sekelumit kisah hidup yang ingin ku bagi di sini.
Azzura moehid noor..
Terlahir dari sebuah keluarga religius dan cukup berpengaruh di kota kecil ini, yang hadir sebagai bayi mungil nan cantik dan menjelma menjadi wanita taat dan terkekang dalam keegoisan sebuah keluarga bergelar kiai yang telah menyandang pengaruh besar sejak dari kakek buyutnya di masa silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sedih Azzurra
RomanceAzzurra.. Sebuah kisah nyata, bagian kehidupan dari seorang perempuan cantik berhati lembut dan memiliki kesabaran yang BESAR.. Sebagian kecil hidupnya yang terisi warna bahagia, namun cukup memuaskan memberinya luka dan airmata. Perempuan tegar yan...