part 21

504 52 10
                                    

Author

Rentang malam menyelimuti sisi sebagian alam di bumi. Menebarkan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang-tulang. Azzura baru saja merasa jika matanya telah terpejam dan lelap tertidur sewaktu dari arah pintu utama terdengar suara keras seseorang yang telah membukanya.
Sedikit membuatnya terjingkat karena kaget.

Sepasang matanya terlihat masih begitu menahan kantuk..Seperti baru setengah sadar perempuan cantik nan anggun itu mencoba untuk bangkit dan beranjak dari tempat tidur.

Namun tiba-tiba dia rasakan sakit yang sangat menyerang sebalah kepalanya. Diapun urung dan tak bermaksud melanjutkan keinginannya untuk keluar kamar. Lalu wanita muda itu merubah posisi tubuhnya menyamping membelakangi pintu karena sakit dikepalanya kian menjadi.

" Zuu kenapa ini ya Allah.."

Bergumamnya lirih dengan raut muka yang sedikit meringis. Di pegangnya sebelah kepalanya yang terasa perih ketika sejurus kemudian tubuhnya seolah ditimpa sesuatu yang sangat berat.

Azzurra terkejut.

Sesak dadanya seketika.
Reflek dia langsung membalikkan badan dengan sangat berat dan kesusahan. Dan sepasang matanya langsung menyipit memandangi sosok yang kala itu tertelungkup ada diatas tubuhnya.
Aroma yang begitu asing menyapa penciumannya.

Perempuan itu sontak mengambil posisi duduk dan menghindari tubuh dari suaminya, Fathan yang nampak tak berdaya ditempat tidur.

Kemeja yang tak rapi serta rambut yang acak-acakan membuat dia bertanya-tanya dalam hati.

" Jangan pergi wanita jalangg..kkuu..!"

Suara berat laki-laki itu memecah kebisuan.
Dengan badan yang terlentang ditempat tidur dan sepasang kakinya masih menjuntai dilantai.

Azzurra yang mendengar kata-kata Fathan yang lebih seperti cercauan hanya bisa menekan jemari-jemari tangannya kedada.

Sakitttt
Periihh
Maraahhh..😠😡

" Kak Fath sadar siapa yang kakak sebut barusan..,,?" Bergetar bibir Azzurra menahan sepasang matanya agar tak jatuh airmata. Dia sudah terlampau bosan menangis karena ulah suaminya. Meski tanpa diminta tangis itu selalu menyeruak, tapi sejujurnya dia benar-benar telah merasa "muak".

" Hahaha..."

Tawa laki-laki itu meledak memenuhi ruangan kamar pribadi mereka.

" Kamu itu cuma perempuan.. Jangan merasa angkuh dan sombong., Laki-laki bisa dapatkan wanita sepertimu dengan jentikan jari.. seperti sulap ..,
"...abrakadabraaaa..."

"..10 perempuan sepertimu sudah ada dipelukanku dan siap melayaniku..kamu tau jalangg.. mereka itu memohon-mohon untuk aku puaskannnn...karena kepunyaaku inii..,,"

Semakin liar mencercau laki-laki itu membuat ada rasa yang lebih menyerupai mual menjalari benak Azzurra yang masih memandangi dengan tatapan menahan marah dan kebencian.

Bahkan Fathan berkata-kata begitu sembari telunjuknya mengarah ke arah belahan di kedua pahanya yang terbalut celana jins panjang. Sembari tawanya semakin terkekeh keras dan memekakan telinga.

Azzurra merasakan mual dan pening yang semakin menjadi menyerang kepalanya.
Tak kuasa lagi dia mendengarkan cercauan suaminya itu dan segera beranjak pergi dari dalam kamar. Meski Fathan mencoba menghalanginya, dia tetap bersikeras untuk keluar. Dia dorong tubuh laki-laki itu dan memaksa melepaskan cengkraman tangannya. Beruntung dengan kondisi amburadul suaminya, wanita itu akhirnya berhasil membebaskan diri.
Walau dengan susah payah.

Dalam langkah kakinya, dia terus saja berpikir keras. Berputar-putar diotaknya, apa yang sebenarnya terjadi dengan Fathan???

*****

Didapur Azzurra masih terpaku. Sembari membuat minuman panas tea jasmine, pikirannya terus saja membayangkan kejadian dikamarnya beberapa saat yang lalu. Benaknya diliputi tanya yang tak berkesudahan.

Ada apa dengan kak Fath??
Dia kenapa???
Aroma dari mulutnya sangat-sangat tak sanggup diterima indera penciumannya masih terasa memenuhi ruang diotaknya hingga kini.

Dia bukan wanita yang banyak tau tentang segalanya. Bahkan bisa dibilang Azzurra wanita polos yang tak pernah mengenal hiruk pikuk kehidupan liar diluaran sana dan lebih mengerti tentang kodratnya sebagai perempuan.

Dari kecil kehidupan sudah sangat tertata dan monoton. Hanya mengikuti arahan dan aturan. Selebihnya tak ada.

Dia hela nafas, sejenak menyeruput minuman itu sedikit demi sedikit. Panas dan uap dari minuman yang baru saja dia buat itu, seperti sebuah terapi yang melahirkan damai seketika..melewati indera penciumnya dan menyebar ke segenap ruangan diotaknya seketika.

Masih betah dia berdiri dan menyandarkan tubuhnya kesebuah lemari tempat menaruh gelas dan piring bersih yang letaknya tak jauh dari tempat memasak.

Dengan pikirannya yang melayang tak tentu arah

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang