Azzurra
Tak banyak yang bisa aku lakukan untuk melawan kehendak abi dan umi. Sebagai putri satu-satunya yang menjadi harapan dan kebanggan kedua orang tuaku, aku hanya bisa menelan semua rasa kecewaku dalam hati.
Dalam lingkup keluargaku sebuah perjodohan bukanlah hal yang asing, meski terkadang hal itu membuatku seakan ingin memberontak, tapi sungguh sepertinya aku bukan di takdirkan untuk menjadi orang yang mampu berdiri di atas keputusanku sendiri.
Ada banyak hal yang harus aku pikirkan untuk egois mengukuhkan keinginanku.
Meski sejujurnya aku sangat berharap mereka mengerti tentangku dan semua hal yang seharusnya mereka lebih mengerti sebagai orang tua." Dari tadi melamun aja Zuurra.. ?"
Dari arah belakang teman satu kantorku sedikit membuyarkan pikiranku dengan sapaanya yang agak mengagetkan. Aku hentikan lamunanmu yang entah sudah sampai memakan berapa banyak waktu. Aku menoleh ke arah suara dengan sikap setenang mungkin meski sebenarnya banyak hal yang sedang berkecamuk di benakku saat ini.
Aku ulas sebuah senyum.
Ku biarkan dia mengambil tempat duduk di depanku yang saat itu tengah menghadapi berkas-berkas yang harus ku selesaikan secepatnya.
" Kamu enggak ada kerjaan Mitha ?"
" Tugas-tugasku masih setengah jadi Zuu.. pusing kepalaku nih.. "
Berkatanya sedikit merajuk.
" Sejak kapan Mitha si workoholic menjadi pemalas gini.. ?"
" Sejak Bagas buat aku pusing karena memintaku cepat-cepat mengambil keputusan. "
" Apa susahnya Mit? Kamu udah mapan. Menikah juga hal yang harus kamu lalui nantinya. Apa kamu mau enjoy dengan dunia sendiri kamu terus? ingat, menikah itu juga ibadah loh.. "
" Haaahh.. Zuurra cantikk, aku enggak akan sepusing ini kalo aja Bagas mau ngertiin aku jika aku enggak akan pernah bisa pergi jauh dari rumah. Dia tau keadaan ortuku tapi tetep aja kalo udah diskusi soal itu jadi berantem. Dia sensi kalo udah membahas soal itu dan sedikitpun dia enggak mau ngalah Zuu.. "
" Heum.., jika udah serius seperti kalian harusnya satu di antara kalian ada yang mau ngalah. Masih beruntung kamu bisa memilih pasangan hidup kamu Mitha.. "
Aku pandangi wajah di hadapanku dengan seksama.
Ada rasa yang seolah buat dadaku sesak.." Kamu enggak apa-apa kan Zuurra ??"
Aku senyum.
Membiarkan Mitha menepuk-tepuk lirih pipiku. Ku tatap sepasang matany yang hangat memandangiku. Aku tau, dia adalah sahabat terbaikku. Dan satu hal yang paling membuat aku sedikit merasa sakit juga, ketika nantinya dia benar-benar pergi dari kota ini dan mengikuti suaminya. Karena dalam hukum agamaku aku sangat tau bab tentang itu. Aku Hela nafas penuh-penuh dan menghembuskannya perlahan dengan tatapanku yang serius memandangnya. Lalu berucapku sok dewasa..," Enggak.. Hanya mencoba memberi kamu kepastian jika kamu beruntung Mit.. manfaatkan itu. Jangan hanya memandang semua dari ego masing-masing dan yang ada setelahnya semua hancur. "
" Iya putri Azzurra.. "
" Ya udah aku kembali yah, kamu jangan melamun terus. Bahaya. "
Senyum simpul Mitha beranjak dari tempat duduknya dan berlalu pergi dari ruanganku. Namun sebelumnya dia sempat memelukku dengan erat dan mencium pipiku sebagai ucapan terima kasih.
Ku hela nafas sepenuh dada. Sepeninggal dia aku kembali terdiam dan hanya sanggup memandangi berkas-berkas yang ada di depanku. Rasa di benakku seolah terjepit banyaknya beban dan rasa kecewa. Namun aku tak bisa melawan semua itu. Semua adalah takdir yang harus aku jalani dengan ikhlas dan membesarkan hati karena sebuah harkat dan martabat sebuah nama besar yang harus senantiasa aku jaga dengan sebaik-baiknya. Walau untuk itu harus mengorbankan kebahagiaanku itu adalah sebuah hal yang lebih penting dari apapun yang ada di diri aku dan bahkan di dalam jiwa Umi.
" Aku aja susah untuk bisa seperti kamu Mitha, jangankan untuk memilih calon suami sendiri, mengenal mereka dan menjadi dekat juga aku sangat takut dan enggak akan punya cukup keberanian.. " Bergumamku dalam hati dengan segenap sedih yang menggumpal di benakku.
*******
" Kalo aku jadi kamu Zuu, akan aku ungkapkan semua perasaanku. Buat apa menikah jika kamu sama sekali enggak ingin? Sama halnya kamu memasang jerami di halaman rumah. Udah tau jika itu menjerumskan tapi malah sengaja kamu menaruhnya di tempat yang salah.. "
" Kamu tau aturan di keluaragaku Mitha.. "
Agak melengkuh Azzurra dengan perasaan sedih yang sangat.
Ingin rasanya dia menjerit sekencang-kencangnya untuk melampiaskan kekecewaan hatinya." Heumm.. beruntung aku hidup di jaman modern dengan orang tua yang berpikiran moderen juga.. "
" Jangan salahin aku, aku juga enggak mau seandainya Tuhan memberiku pilihan saat aku akan di lahirkan ke dunia.. "
" Zuurraaa... "
" Aku enggak menyesal menjadi putri mereka Mitha.. tapi sungguh cuma satu yang aku harapkan dari mereka jangan paksakan aku untuk menikah dengan orang yang sama sekali enggak aku mau.. "
Hampir saja air mata gadis itu tumpah ketika dia berkata-kata.
Bayangan sebuah pesta pernikahan yang sangat tak ia inginkan terus menari-nari di matanya membuat gadis itu tanpa sadar meremas jemari tangannya yang berada di atas meja dengan segenap kekuatan." Sabar temanku.. "
Hibur Mitha meraih jemari Azzurra dan merengkuhnya lembut.
" Pesan makan siang dulu yah? lapeerr.. "
Sembari memegangi perutnya dengan tampang jenaka Mitha coba melucu.
Azzurra senyum kecil dan mengangguk setuju." Menu kamu sama kan ?"
" He eum.. "
" Oke, tunggu aku pesan dulu.. "
Lalu gadis yang sangat setia pada Azzurra dan telah lama bersahabat itupun bergegas pergi untuk memesan makan siang.
![](https://img.wattpad.com/cover/103339557-288-k200140.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sedih Azzurra
Storie d'amoreAzzurra.. Sebuah kisah nyata, bagian kehidupan dari seorang perempuan cantik berhati lembut dan memiliki kesabaran yang BESAR.. Sebagian kecil hidupnya yang terisi warna bahagia, namun cukup memuaskan memberinya luka dan airmata. Perempuan tegar yan...