17. Hadiah

5.2K 373 20
                                    

"Sudah kuduga."

Helaan napas lelah dari Danu ketika Ega sudah memberhentikan mobil mewah milik keluarga Mahesa, di tempat baru yang belum pernah Danu kunjungi sebelumnya.

"Ngapain kamu bawa aku ke tempat kaya gini?"

Ega yang ditanya, jelas tahu bahwa saat ini ia harus memberikan jawaban pasti pada bos mudanya yang telah menunjukan tatapan bengis tanda tak suka.

"Maaf, Pak Danu. Tapi ini perintah langsung dari Ibu."

Maka Danu memang benar-benar sudah bisa menduganya.

Karena siapa lagi yang bisa mengacaukan semua jadwal kerja yang Danu punya, jika bukan Nyonya Hesti yang jadi pelakunya?

Melihat Ega yang sudah keluar dan kini langsung berdiri tepat di sisi pintu mobilnya, Danu lekas menghela napas dengan begitu kasar sebelum akhirnya ikut keluar walau sebenarnya sangat tak menginginkannya.

Apalagi saat kini pandangan mata Danu sudah menangkap adanya senyum merekah begitu riang dari Nyonya Hesti yang telah melambaikan kedua tangannya. Maka Danu jelas langsung tahu bahwa pasti ada sesuatu yang sedang direncanakan oleh Mamanya. Keinginan yang mau tak mau menjadikan Danu yang harus rela untuk segera mengabulkannya.

Menghela napas sekali lagi, Danu jadi melonggarkan dasinya supaya bisa mendapatkan pasokan oksigen lebih banyak saat ini.

"Awas aja. Kalau aneh-aneh yang diminta sama Mama, nggak ada lagi jatah perawatan kecantikan dan sejenisnya. Langsung kublokir uang belanjanya."

Gumaman dan gerutuan dari Danu membuat Ega jadi mengulum bibirnya. Menahan senyumnya. Juga sekuat tenaga mengatur suara tawanya, supaya tak keluar agar tidak membuat Danu jadi semakin kesal dengan ide jahil dari Nyonya Hesti tercinta. Sebab dari awal Ega juga sudah bisa memperkirakannya, bahwa kejadian kali ini pasti akan banyak mengundang dengusan sebal dari Tuan Muda keluarga Mahesa.

Tapi walau begitu, Ega juga tetap tak sabar ingin melihat kejutan seperti apa yang hari ini akan dilakukan oleh Danu.

Jadi dengan senyum bahagia, Ega segera melangkahkan kedua kakinya, untuk mengarahkan Danu menuju tempat Nyonya Hesti sedang berada.

"Mari, Pak."

Dan Danu juga tak bisa lagi kabur apalagi menghindar dari ini semua. Sebab kerlingan mata begitu tajam milik Nyonya Hesti sudah langsung menghunusnya.

"Astaga. Kalau bukan Mama sendiri, udah kupasangin kacamata hitam biar tatapan Mama nggak kelihatan makin ngeri."

Yang membuat Danu seakan lupa, bahwa tatapan tajam yang Danu punya juga sudah sangat berhasil untuk membuat banyak orang jadi selalu takut akan kehadirannya.

Tapi lagi-lagi harus diingat di dalam kepala. Bahwa Pradipta Danu Mahesa, adalah duplikat paling sempurna dari gabungan Nyonya Hesti Prameswari dan mendiang Tuan Mahesa yang keras dan teguh sekali pendiriannya.

Mendudukan diri dengan sangat ogah-ogahan, Danu makin mendengus saat melihat tuyul kecil yang saat ini sudah tersenyum dengan begitu kesenangan.

Maka lagi-lagi sikap curiga Danu juga segera mengirimkan sinyal kuatnya. Bahwa semua perubahan jadwal yang telah dilakukan oleh Kanjeng Ratu tercinta, pasti ada hubungannya dengan Lala.

Dan seperti tabiat Danu selama ini, yang selalu tak sabar untuk segera mengungkapkan semua rasa penasarannya pada Nyonya Hesti.

"Apa yang Mama mau? Kalau Mama bikin ulah, uang belanja dan jatah jajan Mama beneran langsung kupotong sekarang juga. Nggak ada lagi bonus apalagi perawatan mahal buat ngurusin Cio."

Serigala Berhati Domba ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang