Mentari masih saja sibuk membentur-benturkan kepalanya di kaca mobil mewah keluarga Mahesa. Menyesali semua perbuatan bodoh yang telah dilakukan oleh Mentari sebab mudah sekali diperdaya oleh tipu muslihat yang Danu punya.
Setelah mengetahui informasi bahwa rumah makan besar dan gudang pemasok bahan makanan yang tadi Mentari kunjungi adalah milik Danu, Mentari sungguhan langsung berteriak kesal luar biasa karena itu.
Lelah.
Pusing.
Lemas.
Sampai kepala Mentari serasa ditimpa beban berat dalam satu waktu.
Tapi Danu malah tertawa dengan sangat bahagia, seakan Danu tak pernah melakukan kesalahan apa-apa. Yang membuat Mentari sungguhan langsung memberikan pukulan bertubi-tubi menggunakan tumpukan berkas tebal yang justru Danu terima dengan raut wajah yang begitu ceria.
Jadi coba jelaskan pada Mentari, bagaimana Mentari tak kesal sekali hari ini?
Yang sudah merelakan waktu istirahatnya. Tapi ternyata, Danu justru membuat Mentari jadi banyak sekali kehabisan tenaga.
Dibodohi dengan harus mencuci banyak sekali tumpukan piring dan gelas yang sebenarnya tak perlu Mentari lakukan.
Karena rumah makan itu milik Pradipta Danu Mahesa. Jadi jelas bahwa Danu memang tak perlu susah payah membayar tagihan makanan di sana. Karena Danu bahkan bisa makan sepuasnya. Tanpa ada yang berani untuk memungut biaya padanya.
Oh salahkan hati Mentari Mahika, yang bisa lemah sekali jika sudah berurusan dengan yang namanya Pradipta Danu Mahesa.
Pria dingin teramat rupawan, yang siang tadi sempat membuat jantung Mentari jadi berdetak tak karuan, karena khawatir berlebihan.
Cemas sekali kalau Danu sungguhan sampai dibuat babak belur seperti informasi yang disampaikan oleh Ega.
Yang ternyata, itu hanya alibi dan dusta belaka.
Kembali membenturkan bagian kepalanya, Mentari sungguhan sedang sangat merutuki kecerobohan yang telah dilakukan olehnya. Tindakan gegabah yang bisa-bisanya Mentari lakukan tanpa memikirkan kemungkinan yang lainnya.
Yang tadi, bisa-bisanya Mentari langsung mau percaya, bahwa Danu harus ditahan karena tak bisa membayar tagihan makanan. Padahal Mentari jelas tahu, dan tak mungkin lupa, kalau Danu adalah golongan manusia yang dilimpahi banyak sekali macam kekayaan.
Jadi memang bodoh sekali.
Yang dengan mudahnya dibodohi, sampai Mentari berjalan cepat sekali, mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, karena jelas tak mau jika sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada Danu yang ternyata masih asik menikmati hidangan makanannya dengan gerakan santai sekali.
Dan Mentari sungguhan tak menyangka, jika otak cerdasnya benar-benar tak bisa bekerja, dengan percaya begitu saja, bahwa Danu tak membawa banyak uang cash sampai harus ditahan dengan menunggu Ega sampai selesai mengambil uang di rumah keluarga Mahesa.
Hei.
Ini dunia milenial.
Dengan banyak akses canggih yang bisa memudahkan manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serigala Berhati Domba ✔
Literatura FemininaJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Ingin tahu rasanya punya anak padah...