"Aku pulang dulu ya."
"Iya, Emma. Besok ketemu lagi di sekolah ya."
"Iya. Besok, jangan lupa bawa Siti ya. Aku juga bawa boneka ayam yang buat kembaran kita."
"Oke, Emma. Bando kembaran dari aku, jangan lupa dipakai juga ya."
"Siap. Besok, jangan lupa rambutnya dikuncir dua ya. Biar samaan."
"Iya. Tadi, aku udah bilang sama Oma."
Kalimat pamit yang sepertinya tak kunjung mau berhenti, dari dua gadis kecil yang masih saja berpelukan sampai saat ini.
"Ayo. Emma pulang dulu. Besok, ketemu lagi sama Lala. Sekarang pulang dulu ya, soalnya udah sore. Biar kalau Papa udah pulang, Emma udah sampai di rumah."
Akhirnya mau melepaskan pelukannya, kini Emma sudah berdiri di dekat Mama cantik yang sejak tadi telah begitu setia menunggunya.
"Lala. Mama Dian sama Emma pulang dulu ya."
Mengangguk setelah berpelukan, Lala akhirnya tersenyum sambil memberikan lambaian tangan.
"Iya, Ma. Hati-hati di jalan. Besok, ketemu lagi ya."
"Iya, sayang. Besok ketemu lagi ya," kata Dian manis sekali sambil mengusap lembut puncak kepala Lala. "Tadi, Mama Dian juga udah ketemu sama Papa dan Oma. Udah pamitan, dan bilang terimakasih sama semua jajannya. Jadi sekarang, Mama Dian sama Emma pulang dulu ya."
"Iya, Ma."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah kepulangan Dian dan Emma, Lala kembali terduduk dengan begitu tenang bersama Mentari yang sedang merapikan semua barang bawaannya.
"Habis ini, Miss Tari mau pulang juga?"
"Iya dong. Miss Tari pulang. Kan nggak mungkin nginep."
"Ya bisa aja nginep. Miss Tari bilang aja sama Oma atau Papa. Nanti, Miss Tari bisa nginep di sini dan tidur sama aku."
Maka Mentari hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Lalu mengusap lembut puncak kepala Lala.
"Miss Tari pulang. Kan Miss Tari masih punya rumah. Kasihan nanti kalau misalnya rumahnya malah ditinggalin sendirian." Gurau Mentari sebagai alasan.
Sebab Mentari jelas tak mungkin menginap di rumah mewah keluarga Mahesa. Apalagi jika mengingat setiap perdebatan sengit Mentari yang tak kunjung berakhir bersama tuan muda. Maka memang Mentari tak mungkin menerima tawaran menginap yang diberikan oleh Lala.
"Tapi besok, ketemu lagi ya, Miss."
"Iya dong. Besok, kita ketemu lagi. Berangkat sekolah. Belajar sama-sama lagi. Oke?"
"Ujian itu, susah nggak si, Miss?"
"Ada yang susah. Ada yang gampang."
"Banyak yang mana?"
Paham betul kalau pertanyaan Lala pasti bisa banyak sekali, akhirnya Mentari langsung terkekeh dengan begitu geli.
"Macam-macam, sayang. Miss Tari nggak bisa bilang atau menentukan banyak susahnya, atau banyak gampangnya. Karena soal-soal ujiannya, bukan Miss Tari yang buat."
"Kenapa bukan Miss Tari yang buat?"
"Soalnya, buat ujian nanti, pelajarannya bukan cuma ada satu. Tapi ada banyak. Jadi ya dibagi-bagi."
"Berarti susah ya, Miss?"
Mengusap puncak kepala Lala, Mentari ingin memberikan pengertiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serigala Berhati Domba ✔
Chick-LitJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Ingin tahu rasanya punya anak padah...