6. Pakan Hewan

6.6K 557 58
                                    

Melepas headphone yang sejak tadi memudahkannya untuk bekerja, Danu justru langsung menghela napas dengan sangat panjang saat melihat Ega masih berdiri begitu sigap tepat di sisi pintu mobilnya.

"Kenapa masih di sini? Tadi kan aku udah bilang, sana, cari tempat makan."

Ega tersenyum sambil memberikan anggukan kepala. "Iya, Pak Danu. Mohon maaf jika saya mengagetkan Bapak. Untuk tempat makan, saya sudah carikan tempat yang sesuai dengan permintaan Pak Danu."

"Lalu kenapa ke mari lagi? Di sana saja. Nanti aku pasti juga menyusul."

"Iya, Pak. Tapi saya ke mari, karena Pak Danu dan Lala masih di sini. Jadi saya datang."

Mendengar nama Lala disebutkan, Danu lekas mengeluarkan sebuah dengusan.

"Ke mana bocah ingusan itu?"

Ega mengendikan bagian dagunya secara perlahan. "Sejak tadi, Lala masih ada di samping Pak Danu. Belum mau berpindah sejengkal pun."

Memutar pandangannya, Danu jadi mendelikan kedua matanya karena melihat Lala yang langsung memasang senyum lebar ke arahnya.

"Nggak usah senyum lebar-lebar kaya gitu. Nanti pipinya capek."

Mendapat sentakan seperti itu dari Danu, Lala justru semakin bahagia. Dan Lala jadi bertambah berani dengan mendekatkan tempat duduknya pada Danu yang sudah memasang sikap siaga.

"Om udah selesai kerja?"

Dan Danu jelas langsung berontak.

Tak suka jika ada yang terlalu menempel apalagi menyentuhnya. Jadi dengan gerakan yang begitu tega, Danu meletakkan jari telunjuknya di pipi Lala.

"Minggir. Nggak usah deket-deket kaya gini. Nanti sempit."

Dan Danu tak tahu, bahwa sejak tadi Ega terus saja tersenyum karena interaksi manis dan konyol yang dilakukan oleh Lala dan Danu.

"Mana ada sempit? Itu, masih ada banyak tempat tuh di sebelah Om."

"Nggak usah protes. Ini mobilku. Jadi kalau numpang, nggak boleh banyak pertanyaan, apalagi permintaan."

"Iya. Aku pasti nurut. Asal sama Om terus. Ya?" kata Lala dengan binar mata penuh suka citanya.

Helaan napas super panjang dari Danu segera keluar.

"Kenapa di sini terus? Udah dibilang, sana keluar, sama Ega. Nggak usah nempelin aku terus."

"Tapi kata Oma, aku harus sama Om terus. Jadi aku nggak boleh lupa."

"Tapi kamu udah kenal sama Ega."

"Iya. Nanti, kalau kenalnya udah lebih lama, aku pasti mau sama Om Ega. Tapi sekarang, aku mau sama Om aja. Kaya kata Oma."

Lelah setelah menyelesaikan semua agenda pekerjaan pentingnya. Kini kepala Danu makin pening karena baru tahu kalau ternyata Lala bengalnya sama dengan dirinya.

"Emang dasar bocah ngerepotin."

Yang disindir hanya tersenyum saja. Tak merasa marah apalagi terluka. Karena senyum milik Lala kini sudah terbit dengan begitu sempurna.

"Ayo. Cepet turun. Makan. Biar Mama nggak ngomel-ngomel kalau kamu berubah jadi tulang."

"Emang Om udah pernah lihat tulang punyaku?"

Putaran bola mata Danu terlihat sangat kesal.

"Diam. Bisa diam aja nggak? Nggak usah jawab terus. Berisik."

Lala cengengesan.

"Kan biar ngobrol."

"Halah. Tutup aja mulutnya. Dibuka nanti kalau buat makan."

Serigala Berhati Domba ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang