43. Berhasil Diruntuhkan

3.2K 279 105
                                    

Dan di sini Danu sekarang.

Menatap dengan sinis dengan helaan napas tak peduli pada Subrata yang sedang memohon ampunan.

Oh bukan ampunan. Tapi lebih bisa dianggap seperti nada protes yang pasti akan Danu abaikan. Tak mungkin dikabulkan. Sebab yang meminta memang golongan orang tak tahu diri yang telah banyak melakukan kejahatan.

"Kamu nggak bisa berlaku seperti ini sama Om, Dan."

Decihan sinis langsung keluar dari bilah bibir Danu yang sejak tadi memang telah banyak menahan geraman.

"Siapa Anda sampai berani mengatur apa yang harus saya lakukan?"

Lawan bicara Danu langsung memancarkan tatapan tanda permusuhan. Tapi jelas tetap Danu abaikan. Karena tatapan tersebut tak akan mungkin membuat Danu goyah setelah banyak menerima pengkhianatan dan kesakitan.

"Apa didikan seperti ini yang Mamamu berikan setelah adik Om nggak ada? Yang menganggap orang lain sebagai keluarga. Tapi keluarga sendiri malah diabaikan dan dianggap tidak ada."

Jika dulu, kalimat seperti itu akan langsung bisa memancing amarah Danu.

Maka kini, sudah tidak bisa lagi.

Biasa saja.

Bahkan benar-benar sudah terlalu terbiasa.

Sebab Danu jelas sudah sangat mengetahui dan paham betul tentang akal bulus Subrata yang memang selalu ingin memancing amarah Danu dengan kata-kata culasnya.

"Silahkan Anda berbicara sepuasnya. Apa saja bentuknya. Karena ucapan Anda, tak akan bisa merubah hukuman yang telah Anda terima. Atau bisa saja, ucapan serampangan Anda yang seperti itu akan menambah jumlah hukuman Anda. Dan itu sungguhan akan bisa menjadi berita baik dan kesenangan bagi saya."

Subrata menggeram.

Dan mengepalkan kedua telapak tangannya yang memang tak bisa melakukan perlawanan.

Sebab kedua tangan Subrata telah diborgol.

Jadi memang tak ada perlawanan berarti yang bisa Subrata lakukan untuk menggertak Danu sekarang.

Melihat guratan penuh kemarahan yang sedang Subrata tunjukan, Danu malah berdecih dengan nada suara kesenangan.

"Kenapa Anda jadi menunjukan ekspresi wajah seperti itu? Ingin marah? Silahkan. Ingin berontak? Juga saya izinkan." Awalnya memang masih bisa tenang, tapi kalimat lanjutannya, sudah langsung Danu sampaikan dengan penuh penekanan. "Tapi saya ingatkan, bahwa apa saja yang akan Anda lakukan sekarang, tak bisa membuat Anda terbebas dari hukuman yang telah saya berikan."

Subrata meludah.

Yang membuat Danu justru jadi tertawa dengan sangat senang.

"Air ludah Anda tak berguna. Tak mungkin bisa mengotori apalagi menakut-nakuti saya. Bahkan jika Anda mampu, jilat kembali saja. Supaya Anda bisa mempunyai pasokan air minum ketika nanti Anda harus mendekam di balik jeruji dalam waktu yang sangat lama."

Kilatan amarah milik Subrata semakin terpancar dengan sangat jelas.

"Akan Om balas semua perbuatan kamu ini, Dan."

Kekehan sinis segera Danu perdengarkan. "Balasan apa yang sedang ingin Anda maksudkan? Karena sekarang, harusnya Anda yang sadar, bahwa Anda yang akan mendapat banyak sekali macam kesakitan. Hukuman setimpal, sesuai dengan semua perbuatan keji yang telah Anda lakukan."

Maka kini, tatapan Danu memang tak bisa lagi untuk memberikan kompromi.

Tak ada lagi senyum di sana. Apalagi kekehan yang mengudara. Melainkan yang ada, hanya gurat penuh kebencian atas semua pelik yang telah Danu terima. Dan itu semua, sedang Danu lontarkan untuk Subrata. Pelaku paling biadab yang telah merusak banyak sekali kebahagiaan yang keluarga Mahesa punya.

Serigala Berhati Domba ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang