7. Duri Ikan

5.6K 537 67
                                    

Malam sudah tiba, Danu dan Lala sedang akan makan dengan makanan yang Ega bawa.

Nyonya Hesti dan Bi Ijah masih berada di Bandung untuk beberapa hari ke depan, jadi Lala masih hanya berdua dengan Danu yang selalu sibuk dengan banyak sekali macam pekerjaan.

Hanya saat waktu makan saja, Danu akan menemui Lala.

Seperti sekarang.

"Hari ini, kita makan apa, Om?"

"Tuh. Lihat aja. Buka sendiri."

Dengan binar mata begitu bercahaya, Lala segera membuka bungkusan makanan yang ada di hadapannya.

"Wah. Om Ega bawain ikan!"

Mendengar seruan begitu bahagia dari Lala, Danu lekas melepas pandangannya dari layar ponselnya.

"Sesenang itu cuma karena ikan?"

Lala langsung menganggukan kepalanya dengan semangat sekali. "Iya dong. Soalnya ini ikannya gede banget. Besar. Terus panjang juga. Dulu, kalau makan ikan, aku bisanya cuma yang kecil aja. Yang harganya murah. Itu juga dibagi dua sama kakek. Makan pakai nasi, yang walau dingin. Biar kenyang."

Danu langsung menghela napas di tempat duduknya.

"Kenapa seneng banget cerita susah sama sedih si?"

"Tapi dulu, aku memang begitu. Tapi nggak papa. Aku tetep suka dan bahagia banget waktu sama kakek."

"Jadi jangan lagi semuanya dikaitkan dengan cerita melodrama. Stop."

"Om nggak suka ya kalau aku lagi cerita soal kakek?"

"Bukan soal kakek. Tapi jangan cerita sedih terus."

"Oke. Semoga aku nggak lupa ya, Om. Kalau aku lupa, nanti Om ingetin lagi ya."

"Ya. Terserah. Sekarang cepet, makan aja. Nggak usah cerewet terus."

Menganggukan kepala, Lala segera bergerak hati-hati untuk memindahkan ikan bakar berukuran besar itu ke dalam piringnya.

Memandangi setiap bagian ikannya terlebih dahulu. Dengan pandangan begitu terpesona seperti ketika Lala melihat Danu.

Mulai dari kepala.

Ingsangnya.

Badannya.

Siripnya.

Perutnya yang terlihat montok sekali dan penuh daging di sana.

Juga bagian buntut yang jadi kesukaan Lala.

Sampai ketika semua kegiatan konyol itu telah selesai dilakukan, Lala segera berdoa untuk bersiap makan.

Dan saat doa akan makan sudah selesai, Lala langsung berbinar semangat sekali.

"Selamat makan, Om."

"Hm."

Danu hanya bergumam.

Karena sebenarnya, Danu sedang sedikit menggerutu dengan menu makanan pilihan Ega.

Ikan besar.

Yang dalam pikiran Danu, itu pasti ada banyak sekali duri. Sedangkan untuk Danu, dia lebih suka ikan yang sudah tinggal makan saja dan tak perlu bersusah payah memisahkan daging dan durinya seperti ini.

Sampai ketika Lala sudah menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sampai beberapa kali, Danu masih saja terpekur di tempat duduknya dan belum menyentuh porsi makanannya sejak tadi.

"Om kenapa? Nggak suka sama makanannya?"

"Sok tahu," ketus Danu.

"Terus kenapa? Kenapa ikannya nggak dimakan?"

Serigala Berhati Domba ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang