40. Terjadi Lagi

2.9K 309 78
                                    

"Hati-hati, Emma."

"Iya. Hati-hati juga, Lala. Besok ketemu lagi ya."

"Iya."

Pamitan dan pelukan erat dari dua sahabat kecil yang akan berpisah karena pulang ke rumah mereka.

Padahal sudah jadi seperti rutinitas harian, tapi tanda pamit dari Lala dan Emma tetap saja terlihat sangat menggemaskan.

"Kami pamit pulang dulu ya, Miss." Ucap Dian pada Mentari. Yang kini juga ikut memanggil Miss pada Mentari karena dua sahabat kecil menggemaskan ini.

Menganggukan kepalanya, Mentari segera menggandeng tangan gembul milik Lala.

"Iya, Bu Dian. Semoga lancar untuk perjalanan pulangnya."

"Iya. Kalau gitu, Lala hati-hati ya. Sampaikan salam Mama Dian untuk Papa Danu, Oma, dan Om Ega ya."

"Siap, Ma!" jawab Lala ceria sekali dengan tanda hormatnya.

Memang dasar gemas.

"Assalamu'alaikum," ucapan salam dari sepasang Mama dan putri cantiknya yang selalu terlihat kompak sekali. Yang jelas langsung dijawab oleh Lala dan Mentari.

"Wa'alaikumsalam."

Setelah Dian dan Emma benar-benar sudah pergi dan hilang dari pandangan mata, Mentari segera memusatkan semua perhatiannya untuk Lala.

"Gimana ujian untuk hari ini? Lancar?"

Menganggukan kepalanya, Lala mulai ingin kembali bercerita. Meski ada sepercik ekspresi lesu di sana.

"Alhamdulillah, lancar, Miss. Tapi waktu ujian Matematika, kepalaku agak pusing. Soalnya angkanya ada banyak banget."

Tertawa sambil mengusap pipi gembil Lala, Mentari sungguhan gemas sekali dengan putri kecil kesayangan keluarga Mahesa.

"Nggak papa. Kalau Lala bisa bilang pusing, berarti tandanya, Lala sungguhan berusaha. Beneran kerjain semua soalnya. Makanya Lala bisa bilang kalau itu susah."

"Iya, Miss. Aku sampai corat-coret banyak banget. Apalagi kalau yang lagi susah. Rasanya, udah mulai menghitung, bener nih, eh, diujung, kok ngadat. Buntu. Terus jadi bingung harus pakai rumus yang mana."

Mentari kembali menunjukan senyum gemasnya.

"Susah semua? Atau hanya beberapa?"

"Alhamdulillah. Nggak semuanya kok, Miss. Banyak juga yang bisa kukerjain cepet. Apalagi kalau soal tambah dan kurang, itu aku kaya nggak usah pakai rumus, udah bisa langsung ketemu jawabannya."

Mendekatkan wajahnya, Mentari jadi menciumi pipi kemerahan milik Lala.

"Kalau gitu, semangat terus, sayangnya Miss Tari. Nggak papa kalau dirasa masih ada yang sulit sekarang. Yang penting, Lala sudah belajar dan berusaha. Karena itu yang lebih penting. Supaya Lala tahu, kalau ketika kita ingin mendapatkan sesuatu, memang harus diusahakan terlebih dahulu. Nggak bisa langsung dapat begitu saja."

"Iya, Miss." Jawab Lala takdzim sekali dengan anggukan kepalanya.

Menangkup wajah cantik Lala dengan kedua telapak tangannya, Mentari sedang ingin mengungkapkan semua rasa bangganya.

"Jadi beneran nggak papa. Entah nanti hasilnya akan seperti apa, tapi Miss Tari tetap selalu bangga sama Lala. Karena Miss Tari tahu, bagaimana Lala semangat belajar selama ini."

"Papa sama Oma juga bangga sama Lala?"

"Pasti dong. Papa sama Oma juga pasti bangga sama Lala. Karena Papa sama Oma sayang banget sama Lala. Jadi, sayangnya Miss Tari. Nggak papa. Oke? Lala jangan khawatir lagi. Karena semua soal hari ini sudah selesai dikerjakan, jadi ya sudah. Ikhlaskan. Dan serahkan semua hasilnya sama Allah. Berapa saja nilai yang nanti Lala dapat, ya itu memang yang terbaik. Ya?"

Serigala Berhati Domba ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang