5. Terbit Terang

8K 578 39
                                    

Selesai mandi dan menyelesaikan semua urusan pribadi, akhirnya Danu keluar dari kamar nyamannya seperti perintah telak dari Nyonya Hesti.

Baru menuruni beberapa anak tangga, ponsel canggih milik Danu sudah kembali berdering nyaring sekali sampai mengagetkan pemiliknya.

Menghela napas lelah.

Danu tahu bahwa hari liburnya memang tak akan mungkin bisa tenang barang sebentar saja.

Jadi sambil tetap melanjutkan langkah kakinya, Danu segera menerima panggilan telepon yang ditujukan untuknya.

"Assalamu'alaikum, Pak Danu."

"Wa'alaikumsalam. Ya. Ada apa, Ga? Langsung ngomong aja. Nggak usah basa-basi."

Dan yang di seberang telepon jelas langsung mengangguk dengan patuh sekali. Sebab memang seperti itu kebiasaan Danu selama ini.

Langsung pada pokok intinya. Dan jangan coba-coba untuk berani menghabiskan banyak waktu secara percuma.

"Begini, Pak. Saya ingin menyampaikan, bahwa nanti, akan ada zoom meeting bersama Mr. Julio untuk membahas pembangunan villa yang ada di Bali."

"Lho? Bukannya itu besok?"

"Hari ini, Pak. Tepatnya, sebentar lagi."

"Kenapa jadwalnya dirubah tiba-tiba?"

"Maaf, Pak. Tapi semua jadwal berjalan sesuai rencana. Hari ini, memang zoom meeting bersama Mr. Julio yang ingin berbicara langsung dengan Pak Danu. Sedangkan besok, pertemuan bersama semua tim perencanaan dan tim lapangan yang akan berangkat ke Bali."

"Oya?"

"Iya, Pak Danu. Seperti itu. Pak Danu sudah tanda tangan berkas terakhir kemarin sore. Mungkin Pak Danu lupa melihat lagi pesan saya tadi pagi."

"Ah begitu ya."

Danu hanya menghela napasnya. Karena mau disangkal juga percuma.

Hari ini, Danu memang bangun terlalu siang. Sebab sejak semalam, Danu begadang karena menyelesaikan dan mengecek beberapa proposal.

"Iya, Pak. Seperti itu. Tadi pagi, saya sudah mengirim pesan, juga telepon pada Pak Danu. Tapi tidak diangkat. Oleh karena itu, saya menghubungi Pak Danu lagi untuk mengingatkan tentang rapat penting untuk hari ini."

"Oke."

"Baik, Pak Danu. Jika butuh bantuan, Pak Danu bisa segera menghubungi saya."

"Ya, Ga."

"Baiklah. Selamat siang, Pak Danu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Memijit bagian pangkal hidungnya. Danu sedang berharap bahwa semoga si tuyul kecil bisa diajak bekerjasama.

Karena panggilan kerja sudah menunggu. Jadi Danu harus menyelesaikan urusan tentang si bocah cilik terlebih dahulu.

Atau jika Danu berani dan nekat untuk melupakannya, maka sudah bisa dipastikan kalau Nyonya Hesti akan segera mengeluarkan tembakannya. Meski sang Nyonya Besar sedang berada di Bandung sana.

Menyelesaikan anak tangga yang paling akhir, Danu makin menghela napas dengan sangat panjang. Saat melihat si bocah ingusan sedang bersenandung sambil memangku buku juga setoples kue dalam keranjang.

Serigala Berhati Domba ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang