25. Satu Saja, Tak Apa

3.9K 377 54
                                    

Sebelum bagian tegang-tegang, kita mulai dulu dengan part yang bikin senang 😁😆😍😍😍

SPOILER nihhh

Biar siap buat next chapter yang bakal banyak bawang dan cabe setannya 😎

*****

Malam gelap yang terasa lebih sunyi hari ini.

Dingin.

Bagai setiap hangat yang telah tercipta, tiba-tiba lenyap tak ada bekasnya. Kabur dan menimbulkan kabut yang membuyarkan pandangan mata.

Apalagi di sebuah kamar yang memang telah sangat lama tak mau ada berkas cahaya. Gelapnya semakin terasa. Sebab pemilik serta yang menempatinya, hatinya kembali terguncang karena seseorang yang sudah ingin ia anggap sebagai bagian masa lalu yang sangat mau untuk dilupa.

Tapi ternyata, lukanya memang masih ada. Sakitnya jelas masih sangat terasa. Apalagi ketika hari ini sayatannya kembali terbuka oleh pelaku yang sama.

Maka siapa yang bisa disalahkan?

Pelaku jahat yang masih jadi bayang begitu kelam?

Atau Danu yang ternyata memang masih menyimpan begitu banyak luka menganga di dalam hatinya?

Belum bisa tertutup.

Sebab memang belum sembuh.

Mengira bahwa semua orang telah tertidur dan hanyut dalam mimpinya. Danu langsung mengeluarkan semua teriakannya. Menggeram dan meluapkan semua amarah yang telah ia pendam sejak lama.

"Kenapa harus datang lagi?!"

"Brengsek!"

"Kurang ajar!"

"Harusnya memang kubunuh saja dia. Nyawa, dibalas nyawa. Jadi sekarang dia tak akan mungkin berani datang lagi di hadapanku dengan wajah penuh iblisnya!"

"Memang bajingan!"

"Tua bangka tak tahu diri!"

"Apa perlu keluarganya yang langsung kuobrak-abrik supaya dia tahu bagaimana rasanya kehilangan?!"

"SIALAN!"

Teriakan menggelegar yang menggema.

Diiringi dengan pecahan kaca yang membuat seseorang jadi langsung menyuarakan teriakannya.

PRANG.

Suara pedih yang membuat Danu jadi bergetar hebat di tempatnya.

"Papa."

Rintihan itu. Kenapa harus ada di sekitar Danu?

"Papa kenapa?"

Saat sorot lampu pijar jadi menyorot ke arahnya, Danu lekas meremat kuat pergelangan tangannya. Menggenggam serpihan kaca, yang kini jadi membuat tangan Danu jadi kembali terluka. Padahal sebelumnya, di bagian sana juga sudah ada sayatan yang perihnya masih terasa. Tapi Danu malah memberikan tambahan luka terbuka di tangannya. Mengalirkan darah segar yang membuat Lala langsung menangis dan menjerit sejadi-jadinya.

"Papa kenapa? Papa berdarah," racauan khawatir disertai tangisan begitu pedih yang sangat menyayat dada. Dari Lala, yang tiba-tiba saja sudah langsung berlari dan ingin segera mendekati Danu yang sedang terluka.

"Stop!"

Danu berteriak.

Bukan marah.

Walau hatinya memang masih sangat terluka. Dan belum puas melampiaskan semua sesak dari dalam dadanya. Tapi melihat Lala yang kini sudah masuk ke dalam kamarnya, dengan tubuh bergetar sambil menggenggam begitu erat senter kecil dengan kedua tangan kecilnya, membuat hati Danu langsung disergap dengan perasaan cemas yang begitu luar biasa.

Serigala Berhati Domba ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang