36. Halo!

3.6K 311 110
                                    

Baru memarkirkan sepeda motornya, wajah Mentari seperti langsung bercahaya.

Memancarkan semua bentuk sinar yang amat terang, karena Mentari sedang begitu senang.

Maka sepertinya, hari ini adalah waktunya Mentari bisa seterang kembarannya.

Di mana Mentari tak kalah terangnya seperti matahari yang akan semakin bersinar ketika hari siang telah tiba.

Masih setia mengembangkan senyum bahagianya, binar mata Mentari jadi semakin terang sekali ketika melihat gedung sekolah baru yang ada di hadapannya. Yang meski tak semegah tempat kerjanya yang lama, tapi sekolah ini adalah tujuan yang telah didambakan Mentari semenjak masa pendidikannya. Bukan hanya karena profesi yang akan dijalankannya. Melainkan karena ini adalah hari pertama Mentari akan menjadi guru sesuai dengan gelar yang telah ia dapatkan dalam proses belajarnya.

Hari pertama, di mana Mentari akan sungguhan menjadi seorang guru Bahasa Indonesia.

Bukan lagi guru konseling atau guru pengganti seperti sebelumnya.

Tapi kali ini, Mentari sungguhan akan menjadi guru yang akan mengajarkan materi belajarnya sendiri.

Menyampaikan materi, di mana hal tersebut adalah semua bab yang pernah Mentari pelajari.

Tersenyum semakin bahagia, Mentari lekas merapikan penampilannya, dan memastikan bahwa sepatu hak tingginya akan berjalan dengan sempurna.

Maka dengan menegakkan pandangan matanya, kini Mentari siap untuk menjalani tugas barunya.

"Bismillah. Bapak. Ibu. Doakan Mentari ya."

Karena ya. Semua hal yang telah Mentari dapatkan, senantiasa diusahakan, adalah karena kedua orangtuanya. Yang meski telah tiada, tapi pengaruh keberadaan mereka masih begitu luar biasa. Termasuk, dalam hal menemani Mentari untuk mencapai semua cita-citanya.

Jadi baiklah.

Mari tersenyum.

Berbangga. Dan bersyukur di setiap detiknya. Sebab segala hal yang berhasil dicapai oleh manusia, pasti karena ada campur tangan dan kuasa dari Sang Pencipta.

Seperti yang terjadi pada Mentari Mahika.

Yang siapa sangka, bahwa anak yatim piatu yang telah ditinggal sendiri oleh kedua orangtuanya, kini telah berhasil menjadi pegawai negeri sipil di usia yang masih muda.

Meski Mentari tak berhasil di ujian pertama, sebab Mentari berhasil lolos di usahanya yang ketiga, tapi ini tetap anugerah yang begitu luar biasa.

Sebab Mentari bisa membuktikan, bahwa hidup sendirian, tak membuat seorang anak yatim piatu jadi kehilangan masa depan.

Dan yang lebih membuat Mentari bersyukur luar biasa, karena sekolah tempat mengajarnya yang baru lebih dekat dengan rumahnya. Jadi Mentari bisa lebih berhemat lagi dengan semua anggaran belanja dan transportasinya.

Jadi bagaimana Mentari tak bahagia?

Setelah semua usaha beratnya, keringat dan air mata yang rasanya sudah banyak sekali jumlahnya, peluh dan semua sakit yang telah Mentari tahan sekuat tenaga, kini akhirnya Mentari berhasil mendapatkan pekerjaan yang diharapkan bisa menopang seluruh kehidupannya. Yang semoga bisa menjadi harapan dan pegangan Mentari untuk menjalani hidup di dunia.

Jadi ketika Mentari telah sampai di meja kerjanya, senyum haru segera ditunjukan olehnya. Bersyukur luar biasa, bahwa akhirnya, perjuangannya memang tak sia-sia. Ada hasil baik yang akhirnya bisa Mentari nikmati setelah semua kerja kerasnya.

"Alhamdulillah. Allah yang memberikan kemudahan untuk ini semua."

Membuka layar ponsel pintar miliknya, Mentari tersenyum sampai menitikkan air mata, saat menatapi potret kedua orangtuanya. Yang meski telah sangat lama, tapi Mentari merasa, bahwa senyum Bapak dan Ibunya sedang menunjukan ungkapan rasa bangga.

Serigala Berhati Domba ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang