Danu masih saja mengetukkan bagian kakinya. Apalagi saat melihat lingkungan yang kini ada di sekelilingnya. Maka semua nada protes dari Danu seperti ingin langsung dilontarkan pada laki-laki muda yang telah membawa Danu ke tempat yang bukan seharusnya.
Karena seharusnya, sekarang ini waktunya Danu bertemu dengan Lala.
Jadi kenapa Ega justru membawa Danu ke pasar tempat usahanya?
"Kamu mau ngapain bawa aku ke sini? Disuruh Mama buat cek rumah makan sama gudang bahan makanan? Iya? Gitu? Kok nggak bilang-bilang dulu sama aku?"
Dengusan begitu panjang dari Danu, yang membuat Ega jadi terkekeh pelan karena itu.
"Bukan, Kak. Soal rumah makan dan gudang bahan makanan, alhamdulillah, selalu beres. Laporan keuangan juga udah dikirimin. Kakak juga udah baca semuanya. Jadi kita ke sini, bukan buat kerja. Tapi buat jalan-jalan."
"Jalan-jalan kepalamu. Kita pulang sekarang, biar bisa cepet ketemu sama Lala. Jadi ini bukan waktunya buat jalan-jalan. Mana di pasar. Kamu ngapain ajak aku jalan-jalan ke sini? Mau cari apa di tempat ini?"
Protes dari Danu membuat Ega semakin memperdengarkan kekehannya.
"Ya mau cari Lala dong, Kak. Apa lagi?"
"Apa maksudnya? Ngomong yang jelas. Kelamaan di rumah sakit, bikin otakmu jadi oleng ya?"
Menggeleng-gelengkan kepalanya saat sudah paham betul bahwa Danu mulai tak sabar dengan situasi tak terduga yang sedang dihadapi. Akhirnya Ega menjelaskan apa maksudnya mengajak Danu ke pasar di siang hari seperti ini.
"Kak."
"Apa? Cepet ngomong. Nggak usah bertele-tele lagi. Jelasin yang bener. Sebelum kepalamu kupiting habis ini."
Ancaman Danu tak apa-apa. Karena Ega sungguhan sudah kebal sekali menerimanya.
Jadi dengan senyum merekahnya, Ega malah berani sekali meraih lengan kekar Danu dengan rangkulannya. Mengapitnya. Supaya Danu tak bisa pergi ke mana-mana.
"Kita ke sini, mau ketemu sama Lala. Soalnya tadi, waktu aku kirim pesan sama Miss Tari, bilang kalau mau jemput Lala di sekolah, Miss Tari malah kasih balasan, kalau katanya, hari ini, Miss Tari sama Lala dan Emma mau jalan-jalan dan jajan-jajan. Yang waktu aku tanya, mau jalan-jalan dan jajan-jajan di mana? Miss Tari bilang, kalau mereka mau ke pasar. Itu makanya aku ajak Kakak ke sini. Daripada kalau ke sekolah Lala, malah nggak ketemu."
Berontak dari rangkulan Ega, Danu malah jadi mengernyitkan dahinya.
"Jalan-jalan dan jajan-jajan di pasar? Yang bener aja."
"Ya emang kenapa?" tanya balik Ega.
"Ngapain si kembaran toa ajak anakku ke sini?"
"Udah dibilang mau jalan-jalan dan jajan-jajan, kok masih tanya lagi si, Kak?"
"Ya jalan-jalan dan jajan-jajan kok di pasar? Kaya nggak ada tempat lain aja. Terus jajan-jajan? Mau makan apa di pasar? Emang ada makanan enak di sini?"
Mendengar gerutuan Danu yang tiada habisnya, Ega sungguhan semakin mengeratkan rangkulannya.
"Eh. Jangan salah, Kak. Di pasar, kita bisa dapat apa aja."
"Sok. Kaya kamu udah pernah masuk ke pasar aja."
"Pernah sama Ibu."
"Kapan?"
"Dulu, waktu masih di Bandung."
Jawaban teramat santai dari Ega, yang akhirnya mendapat toyoran dari Danu yang sudah menunjukan ekspresi kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serigala Berhati Domba ✔
ChickLitJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Ingin tahu rasanya punya anak padah...