Saat Senja tak sengaja menemukan keberadaan Cetta di kantin lalu tersenyum dan melambaikan tangan, teman-temannya melihat itu. Bukan sebuah masalah dan teman-temannya yang ada di sekitar tampak tak masalah. Namun berbeda dengan beberapa temannya yang bermata jeli dan melihat visual menarik milik Cetta. Tentu saja Senja tak menceritakan apapun karena dirinya dan Cetta bahkan hanya saling mengetahui nama. Namun bahkan saat berada sekretariat saat Senja sengaja berada di sana untuk menunggu jam kuliah selanjutnya teman-temannya tetap saja bertanya tentang siapa lelaki yang disapanya tadi.
Padahal Senja berniat ke sana untuk mencari kedamaian karena di kelas beberapa temannya sedang menggosipkan seseorang yang Senja sendiri tak tahu siapa. Namun sepertinya keputusan untuk ke sekre sama sekali bukan hal yang tepat.
"Sumpah deh, kenalin dong sama cowok yang di kantin tadi."
Senja yang sedang duduk di pojok ruangan sembari memainkan ponsel mendongakkan kepala dengan tatapan kesal. Dua temannya yang sedang tak ada kelas dan namun terlalu malas untuk kembali ke kosan masing-masing itu menolak menyerah untuk mencari tahu sosok Cetta lebih dalam.
Jika mau Senja bisa saja memberi sedikit informasi seperti Cetta yang berada di departemen yang sama dengannya. Namun Senja merasa tak harus melakukan itu terutama dilihat dari bagaimana Cetta membalas pesan atau bahkan caranya berinteraksi. Dilihat dari manapun Cetta tipe orang yang tertutup dan enggan untuk berkenalan jika tak diperlukan. Namun ... sedikit informasi yang membuat dua perempuan ini membiarkan Senja sendiri tak masalah, kan?
"Dia satu fakultas sama kita."
Salah satu dari teman Senja itu memutar bola matanya kesal. "Terlalu umum njir jawaban lo. Kalau ngasih informasi tuh yang jelas."
"Iya, kasih tahu nama, kek. Sekalian sama jurusan, semester, terus kelas mana. Kan kalau gitu jadi gampang nyarinya."
Kini giliran Senja yang memandang lelah dua temannya itu. "Cari tahu aja sendiri lah, njir. Males gue ngasih tahu," ujar Senja sambil melihat sekilas ke arah layar ponselnya. "Kelas gue mau mulai. Gue cabut dulu."
"Lah, kasih tahu dulu."
Dengan sangat sengaja Senja menjulurkan lidahnya untuk mengejek yang langsung berbalas lemparan gumpalan kertas yang dengan mudah dihindarinya. "Males. Bye."
Setelahnya tak mau mendapat resiko lebih banyak karena mulutnya buru-buru Senja menuju ke gedung fakultasnya. Kelasnya dimulai sepuluh menit lagi dan melihat situasi sekretariat yang sama sekali tak menguntungkan, akan lebih baik kabur selagi ada kesempatan. Dengan cepat Senja menapaki tangga menuju kelasnya, namun saat mendapati ada beberapa notifikasi di ponselnya langkahnya berubah jadi melambat. Senja tahu apa yang dilakukannya tak baik, tapi memangnya anak muda mana yang dapat tahan dengan godaan benda persegi super canggih itu?
Untungnya tangga tak cenderung sepi saat Senja melangkahkan kaki dengan kecepatan siput. Lebih baik begini sembari mengulur waktu untuk sampai ke kelas juga dari pada harus menunggu dosen terlalu lama. Beberapa kali Senja membalas beberapa chat hingga saat sampai di ujung tangga lantai yang ditujunya mendadak telinganya mendengar suara seseorang yang terasa familiar baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
FantasyYou're the most beautiful flower that I found at the dusk ××× Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...