Keesokan harinya Senja masih berada di kamar Anin dan sedang memilih salah satu baju milik temannya untuk dikenakan ke kampus. Iya, Senja memang sudah mengatakan akan menginap di indekos meski tak memiliki persiapan yang memadai. Namun it semua karena kelas yang harusnya dimulai di siang hari mendadak diganti di jam pertama perkuliahan. Senja tak dapat melakukan protes di grup kelas apa lagi grup mata kuliah karena sebagian besar anggota kelas setuju.
"Nggak pulang aja lo ke tempat Cetta?"
"Nggak sempat, Nin. Keburu di absen nanti gue."
"Iya, sih. Tapi style kita tuh beda banget."
"Nggak apa-apa, sekali-kali gue tampil be—"
Ucapan Senja itu tidak sempat terselesaikan ketika pintu kamar dibuka dan menampilkan Ferna yang sudah sangat siap berangkat ke kampus. Rencananya Senja memang akan berangkat dengan Ferna. Senja sudah siap untuk membuka mulut dan mengatakan agar Ferna menunggu lebih lama ketika sosok lain muncul di belakang temannya itu.
"Cetta?"
Orang yang dipanggil seketika memberikan senyuman yang menampilkan dekik di pipinya. Anin sempat salah fokus dan melupakan bagaimana kamarnya yang pagi ini tak jauh berbeda seperti baru saja diterjang badai lokal. Menyadari reaksi temannya itu Senja langsung berlari ke arah Cetta.
"Kok lo bisa ada di sini?"
"Naik mobil."
Senja hampir dibuat mendengus dengan jawaban Cetta, tapi lama pandangannya berubah ke arah Ferna. Gadis itu mengangkat kedua bahu walau akhirnya tetap menjelaskan.
"Tadinya gue mau nungguin lo di depan, tapi begitu nengok ke gerbang ada Cetta. Katanya mau nganterin lo ke kampus sekalian nganter baju sama buku lo."
Senja memang sempat memberitahu informasi tak terduga pada Cetta pagi buta tadi, namun Senja sama sekali tak memiliki maksud apapun. Senja sama sekali tak menyangka jika dalam waktu kurang dari dua jam setelahnya Cetta akan muncul seperti ini dengan membuat sebuah paper bag.
Apa ini rasanya punya pacar yang selalu sedia setiap saat?
"Tapi kan gue nggak minta Cetta?"
Senja beralih lagi pada Cetta, mengabaikan sejenak bagaimana Anin dan Ferna yang sedang berkomunikasi lewat tatapan mata. Saling mempertanyakan keberadaan laki-laki tinggi itu di sekitar mereka.
"Tapi bukan berarti lo nolak kan kalau gue dateng ke sini dan bawain lo baju ganti buat berangkat ke kampus?"
"Iya sih, tapi—" tapi apa?! Senja bahkan tak tahu harus mengatakan apa karena nyatanya sejak tadi kesulitan mencari baju Anin yang cocok dipakai. "Oke, gue ganti baju dulu. Nggak lama kok."
Dan akhirnya Senja menyerah. Harusnya saat mengirim chat pagi buta tadi Senja mengirimkan chat pula jika Cetta tak perlu menghampirinya dan merelakan jam tidurnya. Senja tahu Cetta baru memiliki kelas yang akan dimulai siang hari. Cetta sama sekali tak memiliki alasan untuk ke kampus lebih awal hari ini kecuali ika kekasihnya ini memiliki agenda lain yang tak diberitahukan pada Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
FantasyYou're the most beautiful flower that I found at the dusk ××× Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...