|| 19 || Gelisah

16 5 0
                                    

Gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gila.

Semuanya terasa gila.

Tiga hari ke belakang kata-kata itu terus berdentum di kepala Cetta. Terputar bagai sebuah kaset rusak yang suaranya menolak meninggalkannya meski hanya sebentar. Akibatnya Cetta melakukan banyak hal yang sebenarnya tidak diinginkannya. Cetta menghindari Senja dengan tidak mendatangi kantin selama tiga hari, namun semesta terasa sedang mempermainkannya.

Saat kelasnya masih berlangsung Cetta mendapat sebuah kilasan masa depan. Kilasan menggambarkan saat Cetta keluar kelas, pintu kelas yang berada di seberang juga ikut terbuka menampilkan sosok yang dihindarinya. Senja tampil cantik seperti biasa dengan atasan berwana pastel dengan rambut panjang bergelombang yang digerai. Kilasan selanjutnya adalah keduanya yang berjalan bersama dan mengobrol dengan wajah keduanya yang terlihat nyaman satu sama lain.

Andai saja sore hari itu, saat sosok yang menghilang meninggalkan kabut itu tidak datang, Cetta tidak akan sebimbang ini. Cetta tidak pernah ingin menjadi penghalang dari takdir yang sudah diharuskan, namun Cetta tidak bisa membiarkan Senja pergi dari dunia. Cetta—entah kenapa—ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Senja.

Hati Cetta semakin tak karuan saat dosen mereka mlai mengatakan sederatan kata untuk mengakhiri kelas. Masalahnya adalah ini adalah kelas terakhir Cetta dan dosen ini berniat menggunakan kelas ini untuk kelasnya selanjutnya. Tidak ada alasan masuk akal bagi Cetta ntuk tetap berdiam di kelas ini.

Sial.

"Oh! Cetta?"

Dan pada akhirnya Cetta benar-benar tak bisa menghindari kilasan itu yang terjadi ... sekarang. Begitu membuka pintu dengan beberapa orang di belakangnya wajah cantik Senja terlihat dari seberang. Sesuai dengan kilasannya, Senja hari ini cantik dengan rambut panjang yang digerai dengan atasan berwana pastel. Cantik, apa lagi jika gadis itu berjalan di bawah sinar matahari sore. Sayangnya Senja dan sore hari secara mengejutkan bukan sesuatu yang bisa diletakkan di saat bersamaan tanpa kekhawatiran.

"Ha—hai."

Cetta membalas canggung, membuat Senja memunculkan kerutan kebingungan di dahinya. Namun sepertinya itu bukan masalah bagi Senja karena tak lama dia melangkahkan kaki mendekati Cetta. Hal yang sangat tak biasa karena mahasiswa yang cukup populer ini mendekati mahasiswa yang mungkin hampir keseluruhan mahasiswa di kampus ini tak tahu eksistensinya. Cetta benar-benar membenci situasi ini, maka dengan segera Cetta meraih tudung jaket dan memasang hingga menutupi sebagian kepalanya. Tidak banyak membantu, tapi setidaknya ini selalu membuat Cetta merasa lebih tenang.

"Lagi."

"Hm?"

Cetta yang baru saja selesai memposisikan tudung jaket menunduk. Senja mencebik, lantas tanpa diduga menurunkan tudung jaket yang baru saja menemukan posisi yang pas.

"Gini aja."

"Nggak, gue—"

"Cetta, udah gini aja."

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang