|| 5 || Dimple

27 4 0
                                    

Walau pertemuan Senja dengan Cetta bisa dikategorikan sebagai pertemuan yang sangat tak biasa, namun kesan Senja tetap sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau pertemuan Senja dengan Cetta bisa dikategorikan sebagai pertemuan yang sangat tak biasa, namun kesan Senja tetap sama. Cetta adalah lelaki dengan wajah tampan, yang sayangnya sangat tak mudah didekati. Bukan berarti Cetta adalah jenis lelaki yang sengaja memasang kesan misterius dan dinginyang justru membuat Senja bergidik, namun Cetta memang begitu adanya. Lelaki yan pendiam juga pasif dan tanpa diragukan tak memiliki banyak pengalaman dengan perempuan. Jenis lelaki yan sama sekali tak cocok dengannya, karena Senja suka lelaki yang memiliki inisiatif tinggi dan dapat mengajarnya banyak hal

Cetta jelas tak masuk dalam kategori itu. Bagus bagi Senja karena memlih tak berhbunga lagi dengan Cetta. Walau demi kesopanan akan jasa Cetta, kemungkinan Senja masih akan terus menyapa Cetta ketika bertemu.

Senja menatap ke arah paving block kampus yang disirami cahaya kekuningan. Hari sudah sore namun Senja baru memiliki kesempatan untuk pulang ke indekos-ya karena selain disibukkan dengan kelas, hari ini Senja juga sibuk dengan urusan di sekretariat. Hari Senja berjalan dengan melelahkan hari. Dan di antara itu semua, saat melangkahkan kakipelan Senja masih saja terpikirkan dengan hal-hal acak. Seperti jemuranyang belum diangkat sebelum berangkat atau segala al aneh yang ada dalam diri Cetta. Semuanya bersatu dan membuat kepala Senja terasa berdenyut. Belm lagi hari ini Senja harus begadang untk mengejar deadline tugas.

"Senja!"

Senja yang sejak tadi berjalan dengan gontai sembari melamun seketika tersentak kaget mendengar suara itu. Hampir saja Senja reflek mengumpat, nmun untungnya masih bisa ditahan. Dengan gerakan cepat Senja hendak berbalik, ingin memarahi siapapun yang dengan seenaknya manggil dengan suara sekeras itu. Namun kemarahan itu tertelan begitu saja saat mendapati sosok tinggi nan gagah di depannya.

Wajahnya masih semanis yang Senja ingat. Lesung pipi itu juga masih sama dan sepertinya tampak lebih menawan dari terakhir kali Senja melihatnya. Itu adalah Fabian, kakak tingkat yang sudah Senja kenal sejak masih maba.

"Kak Fabian?"

Tanpa sadar Senja langsung menegakkan punggung. Mendadak Senja jadi memikirkan bagaimana penampilannya sore ini. Semoga saja tak terlalu berantakan atau menimal Senja berharap tak tampak lusuh dengan wajah lelahnya ini. Bagaimanapun yang ada di depannya ini adalah Fabian. Kakak tinga yan walaupun bukan dalam kategori yang paling tampan namun jelas salah satu yan termanis. Seseorang yang mungkin ingin dijadikan kekasih oleh sebagian besar mahasiswi di kampusnya.

Fabian tersenyum, membuat dua lesung pipi menyembul dengan sangat jelas. "Udah selesai urusan lo di sekre?"

"A—apa?"

"Tadi gue tanya Anin katanya lo ada urusan di sekre. Sekarang udah kelar, kan?"

Senja mengangguk terpatah dan masih tak mengerti. "Eh, iya. Udah kak."

"Lo ada urusan lain setelah ini?"

Karena memang tak ada jadi Senja langsung menggeleng tanpa pikir panjang. "Nggak ada. Ini gue mau balik ke kosan."

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang