Sebenarnya apa yang sedang dia lakukan sekarang?
Sejak tadi pertanyaan itu terus saja menggema di benak Cetta. Dengan punggung kaku Cetta terduduk di sebuah kursi yang berada di samping tempat tidur milik Senja. Tanpa memikirkan jika pada akhirnya akan begini Cetta dengan bodohnya menerima begitu saja saat salah satu teman Senja mengarahkannya di sini. Membuat Cetta berakhir dengan memandangi Senja yang terbaring pucat sedang pingsan. Meski keberadaanya sangat tak seharusnya ada di sini, setidaknya Cetta lega karena tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
Kejadian ini mengingatkan Cetta pada bagaimana saat mereka berdua benar-benar berinteraksi satu sama lain. Sama seperti saat itu, kali ini juga Cetta menarik Senja dari maut, namun keadaan sedikit berbeda saat ini. Senja secara tak terduga pingsan dan dua teman Senja bernama Anin dan Ferna tanpa mendengarkan dengan begitu saja membawa Cetta kemarin. Dan yang paling gawat dari situasi saat ini adaah Cetta bahkan belum mendapat satu referensi yang sangat diperlukannya.
"Cet, kayaknya lo mending pulang dah."
Itu suara Apollo yang kini diam-diam Cetta setujui. Saat ini Cetta benar-benar tak ada bedanya dengan seseorang yan mendadak diminta menjaga seseorang yang sedang sakit tanpa informasi apapun.
"Bentar, kayaknya gue harus nunggu dia sadar dulu."
Apollo mendengus, bukan karena kesal pada Senja tapi pada Peter. Kucing betina itu lagi-lagi mengeong dengan sensi ke arah Senja yang tidak berbuat apapun. Suaranya memang hanya bisa didengar Apollo dan Cetta, tapi itu saja sudah membuat Apollo pusing dengar ngeongan tanpa henti itu.
"Panas kuping gue lama-lama." Apollo kembali mengoceh, namun akhirnya mengelus dadanya sendiri untuk menyabarkan diri. "Sabar-sabar. Gue balik duluan aja, ya? Peter gue bawa."
Cetta hampir saja mengatakan tidak, tapi sepertinya Apollo tak membutuhkan jawabannya. Hantu itu dengan gerakan secepat angin meraih Peter lalu dengan cepat melayang menembus tembok untuk keluar bangunan ini. Cetta yang melihatnya hanya bisa melongo bahkan sebelum satu patah pun keluar dari bibirnya.
"Ja—ngan."
Cetta mengatakan itu dengan sia-sia, sebab mendadak sebuah kilasan menyerang kepalanya. Dalam kilasan itu Cetta bisa melihat dirinya yang masih berada di dalam kamar Senja. Tidak lama gadis itu terbangun dan setelahnya Anin masuk sambil membawa nampan. Kilasan itu berjalan dengan cepat dan Cetta melihat Anin sudah tidak lagi berada di dalam ruangan ini, meninggalkan Cetta dan Senja hanya berdua dan tak lama dia pamit pulang.
Tak ada yang salah dengan kilasan yang baru saja terjadi. Hanya saja kilasan berikutnya yang datang cukup menganggu Cetta. Itu adalah kilasan dimana seorang laki-laki berwajah familiar yang cukup sering berpapasan dengannya di kampus masuk ke kamar Senja dengan wajah khawatir tidak lama setelah kepergiannya.
Itu ... Fabian, kan?
"Lagi ngomong sama hantu, ya?"
Mendengar suara itu Cetta benar-benar hampir dibuat berteriak. Beruntungnya otak Cetta dapat berjalan dengan cepat dan mengenali suara itu sebagai milik Senja. Entah sejak kapan gadis itu sudah sadar dan berusaha untuk terduduk. Namun spontan saja Cetta segera berdiri dari duduknya dan membantu Senja untuk duduk dengan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
FantasyYou're the most beautiful flower that I found at the dusk ××× Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...