|| 32 || Soul Reaper

14 4 0
                                    

"Kalau gue perhatiin lo makin hari makin menjadi-jadi ya kalau dibiarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau gue perhatiin lo makin hari makin menjadi-jadi ya kalau dibiarin."

Cetta baru saja selesai berurusan dengan mesin kopi otomatisnya yang berada di salah satu sudut dapur ketika suara Apollo terdengar. Cetta memandang mesin di depannya sejenak. Jika dipikir lagi rasanya Cetta masih tak percaya bisa memiliki mesin pembuat kopi otomatis ini hanya karena Senja memang sesuka itu sama minuman pekat nan pahit itu. Bukannya Cetta tak suka, tapi dirinya lebih memilih duduk di sofa lebih lama dari pada harus membuat kopi di pagi hari.

"Apanya?"

"Nih, kalau Senja minta dijemput, lo pasti langsung ngacir ngambil kunci mobil terus pas sampai langsung kelon."

Cetta berdecak, sengaja mengabaikan ucapan Apollo karena apa yang dikatakan hantu itu benar adanya. Hari sudah menunjukkan sore hari tapi kali ini Senja tak pulang kemari. Kekasihnya itu bilang hari ini akan menginap di indekos buat sebuah tugas. Ada ketidak relaan yang menggelayuti dadanya, tapi tak mungkin juga Cetta melarang. Yang ada nantinya Apollo justru memiliki bahan lain untuk terus mengejeknya.

"Peter ke mana? Kok nggak kelihatan dari tadi?"

"Mau ngalihin pembicaraan ya lo?"

Cetta mendengus dengan jawaban itu, tapi tetap membiarkan Apollo melayang dan duduk di kursi bar dapur yang biasa Senja pakai. Rasanya belum apa-apa Cetta bahkan sudah merindukan dan khawatir pada kekasihnya. Memang Cetta sudah tahu jelas kalau kini indekos yang dulunya ditinggali Senja sudah memperketat penjagaan terutama dari kaum adam, namun tetap saja Cetta khawatir. Bahaya yang menimpa Senja bisa datang dari mana saja.

"Ucapan lo tadi tuh seakan gue sama Senja ngelakuin hal yang buruk, padahal kita juga cuma beneran tidur bareng. Bukan tidur plus-plus."

"Tidur plus-plus?"

"Tidur enak."

"Yeu ... nih orang hidup dibilangin nggak bisa, ya. Sekarang lo bisa bilang cuma tidur doang, tapi lama-lama juga jadi tidur enak. Hati-hati aja lo sebelum digampar sama bapaknya!"

Cetta rasa hal itu sama sekali tak akan pernah terjadi, setidaknya selama ayah dari pacarnya itu sering menelponnya untuk memastikan anaknya baik-baik saja. Beberapa kali bahkan pria berwajah blasteran itu mendatangi rumahnya saat sedang berada di Binarkarta. Bukan hanya untuk menjenguk anak perempuannya, tapi juga beberapa kali mengobrol dengan Cetta yang baginya terasa seperti sesi calon menantu yang sedang di ospek oleh calon mertua.

"Memang kenapa, sih? Kan Senja—"

Cetta tak sempat meneruskan ucapannya saat sebuah dengungan serta dentuman di dalam kepalanya menyerang. Dengungan itu berlangsung lama, membuat Cetta tak kuasa menahan sakit di kepalanya hingga apa yang terpikirkan untuk dilakukannya adalah memejamkan mata. Sialnya itu membuat rasa sakit di dalam kepalanya semakin menjadi-jadi. Dengungan itu berlangsung terlalu lama hingga sebuah kilasan berputar di kepalanya. Kilasan itu terasa janggal, bahkan terasa sangat aneh ketika sosok Sandra muncul di sana. Bukan sosok gadis itu yang terasa janggal, tapi bagaimana tetangganya itu menatap pada sebuah arah dengan wajah segan.

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang