|| 4 || Past is Past

22 6 1
                                    

Sebenarnya ide untuk mentraktir Cetta sebagai ajang balas budi terpikir begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya ide untuk mentraktir Cetta sebagai ajang balas budi terpikir begitu saja. Selain itu Senja tak menemukan cara yang tepat selain ini. Beruntungnya Senja karena dipertemukan dengan Cetta yang tak memiliki banyak permintaan. Cetta setuju dengan ajakannya dan tanpa pikir panjang Senja memikirkan warung nasi bebek favorit penghuni kosan dan mungkin favorit Cetta juga.

Mereka juga saling mengenal nama satu sama lain di tempat itu.

"Nggak apa-apa kan kalau gue ngajak ke sini?" Senja bertanya begitu setelah mereka duduk dan menunggu pesanan mereka diantarkan.

"Bukan masalah. Lagian kita udah duduk juga."

Senja membalasnya dengan tawa yang super canggung karena entah sengaja atau tidak tapi Senja merasa Cetta baru saja menyindirnya. "Di sini kan makanannya udah terjamin enak. Lagian lo juga pernah beli di sini."

"Iya, nggak apa-apa."

Hadeh, Senja benar-benar tak habis pikir sama Cetta. Bagaimana ada lelaki yang tak peka sama sekali dengan situasi yang sedang ada? Senja sudah memilih tempat mereka makan dan sejak tadi begitu aktif memulai obrolan. Harusnya sebagai lelaki gentleman Cetta harusnya merespon dengan baik. Namun dilihat dari pertemuan pertama hingga saat ini Cetta sangat pasif dan tak tertarik dengan obrolan apapun yang Senja mulai. Dari sini saja Senja sudah bisa menebak jika Cetta sudah dipastikan tak memiliki kekasih.

Wajah boleh rupawan, namun percuma jika setiap saat harus si pihak perempuan yang mencari topik obrolan.

Gri segera merasa lega ketik akhirnya pesanan mereka tiba hingga untuk sesaat keduanya sibuk dengan makanan masing-masing. Situasi itu tak berlangsung lama karena Senja merasa harus membuat suasana cukup menyenangkan untuk bisa dianggap sebagai balas budi. Harusnya begitu, tapi mendadak fokus Senja yang tadi berada pada makanan langsung beralih pada Cetta yang diam-diam menatap salah satu sudut rumah makan.

Dengan gerakan yang sangaaaat pelan Senja mencoba menengokkan kepala ke belakang dan memeriksa ke mana arah mata Cetta. Lalu setelah melakukannya Senja kembali menatap ke arah makanannya dengan dahi mengkerut bingung. Kalau saja apa yang Cetta lihat adalah gadis cantik di meja lain atau bahkan pengunjung rumah makan yang berpenampilan aneh Senja akan memaklumi. Tapi ... apa yang menurut Cetta menarik dari sudut kosong rumah makan yang berisi lukisan yang terkesan kuno?

"Cetta."

Oke, Senja akan mengabaikan itu walau benaknya mengatakan di sana mungkin ada hantu yang entah bagaimana menarik perhatian Cetta.

"Iya?"

"Lo teman sekelasnya Mirza, kan? Seangkatan?"

"Iya, kenapa?"

"Berarti gue kakak tingkat lo, dong?"

Iseng saja sebenarnya, itu lebih baik dari pada mereka tak memiliki topik obrolan dan membuat Senja harus memandangi Cetta yang makan sembari menatap serius ke arah pojok rumah makan.

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang