You're the most beautiful flower that I found at the dusk
×××
Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cetta tidak tahu apa keputusan om Irfan untuk menghadiahkan sebuah mobil itu sesuatu yang bisa Cetta syukuri atau tidak. Awalnya Cetta enggan untuk benar-benar memakai mobil itu karena sudah terlalu nyaman menjadi penumpang bus. Namun Cetta lupa jika di rumah ada hantu pemaksa bernama Apollo. Hantu itu memaksa dan mengancam akan membuat kekacauan di kompleknya jika Cetta tak menggunakan mobil itu sebagai mana mestinya. Mau tak mau demi kedamaian komplek Cetta berangkat ke kampus dengan mobil itu pagi ini.
Rasanya canggung apa lagi saat masuk ke area parkir kampus dan mobilnya seketika menjadi pusat perhatian. Seakan itu belum cukup, semuanya semakin menjadi saat Cetta keluar dari mobil. Cetta harus dengan cepat menaikkan tudung jaket dan berjalan menunduk karena mata orang di sekitarnya langsung menuju ke arahnya.
Haduh, apa Cetta perlu mempertimbangkan untuk meminta om Irfan mengembalikan mobil ini?
"Cetta, mobilnya baru, ya?"
Cetta hampir saja berteriak mendengar pertanyaan itu saat baru saja masuk ke area gedung fakultas. Itu tejadi karena Cetta mengira itu adalah salah satu mahasiswa yang dikenalnya, tapi ternyata itu hanya Ratna dan Puput si hantu kampus nomaden yang menghampirinya. Kedua hantu perempuan itu terlihat penasaran, tapi Cetta tidak bisa menjawab karena suasana gedung sudah cukup ramai. Karenanya alih-alih menjawab dengan benar, Cetta membalasnya dengan deheman.
"Beneran mobil baru? Wah ... andai gue masih hidup. Lo pasti udah gue gebet."
Itu suara Puput yang langsung mendapat anggukan mantap dari Ratna. "Ih, sama. Gue juga mau punya cowok yang tumpangannya Porsche. Keren!!"
Cetta benar-benar hampir saja mengomel pada dua hantu itu, namun batal karena langkahnya menuju kelas semakin dekat. Cetta memutuskan untuk mengabaikan dua hantu perempuan itu. Beruntungnya Ratna dan Puput yang seakan sudah memahami situasi ini segera pergi melipir masuk ke kelas lain yang sedang kosong. Dada Cetta seketika merasa lega, namun kenyataannya itu tak berlangsung lama. Cetta baru saja menguak pintu kelas ketika mendadak seluruh pasang mata tertuju padanya.
Tidak, Cetta benar-benar benci hal ini. Itu semua bukan pandangan biasa saat seseorang yang baru datang masuk kelas dan seketika diabaikan begitu saja. Pandangan itu seakan memberitahu jika teman-temannya tahu tentang sesuatu karena rata-rata mereka menatap Cetta lebih dari lima belas detik.
"Eciee... yang punya mobil baru."
Dan seakan ingin menegaskan situasi yang terjadi di kelas Mirza tak akan melewatkan kesempatan untuk menggoda Cetta. Mirza dengan cepat mengambil duduk di sampingnya dan dengan wajah jahil menyenggol lengan Cetta. Dengan kesal Cetta hanya bisa mendengus dan menyibukkan diri dengan ponselnya.
"Apa sih lo."
"Tadi ada anak kelas yang ketemu lo di parkiran dan ngelihat lo keluar dari mobil. Di fotoin terus dikirim ke grup kelas. Boleh juga mobil lo. Dapat kapan?"