|| 28 || Ketahuan

15 5 0
                                    

Senja memang tak lagi mempertanyakan obrolan Cetta dengan Fabian, namun jauh di dalam dirinya masih sangat penasaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja memang tak lagi mempertanyakan obrolan Cetta dengan Fabian, namun jauh di dalam dirinya masih sangat penasaran. Sayangnya meski Cetta mengatakan akan menceritakannya lain kali namun tampaknya tak seperti itu. Dari manapun Cetta terlihat benar-benar tak ingin menceritakan apapun tentang itu.

"Senja, kamu nggak lagi di kosan ya, Nak?"

Suara papinya yang ada di telepon kembali terjadi dengar. Sejak setengah jam lalu di kamar tamu yang sekarang menjadi kamar sementaranya, Senja sedang berbicara dengan papinya di telepon. Tidak ada yang penting, papi hanya menanyakan kehidupan kuliah dan memintanya bercerita apa saja.

Tapi ... apa yang baru saja papi tanyakan?!

"Ng ... maksud Papi?" Senja menatap ke sekitar dengan gugup, berusaha mencari alasan jika skenario terburuk yang membuatnya harus mengatakan sejujurnya terjadi.

"Papi dengerin nggak ada suara temen kamu tiba-tiba nyelonong masuk atau suara cewek tiba-tiba teriak. Biasanya kan gitu kalau kamu di kosan."

Wauw, Senja sampai bingung dia harus kagum dengan kepekaan papi atau justru panik.

"Begini , Pi. Jadi—"

"Kamu nggak ada niatan bohong sama Papi kan Senja?"

"Duh!"

Ups, dia keceplosan.

"Tuh, kan."

Senja menghembuskan napas kesal. Bukan pada papi, tapi pada dirinya sendiri. Bisa-bisa di saat seperti ini Senja tak dapat mengendalikan suaranya dan menyembunyikan hal penting.

"Jadi ada apa anak Papi yang paling cantik?"

"Ng ... Tapi Papi janji dulu ya nggak bakalan bilang ke mami dan nggak marah?"

Ada jeda selama beberapa detik yang justru membuat Senja semakin khawatir. "Papi?"

"Memangnya apa sih yang kamu sembunyiin?"

"Janji dulu tapi."

Hembusan napas terdengar dari seberang. "Oke, Papi janji."

Senja yang sejak tadi duduk di tepi ranjang merebahkan diri di kasur. Matanya menatap langit-langit dan bayangan Cetta yang mencuci piring beberapa saat lalu kembali terbayang di kepalanya. Sederhana, tapi jika bisa Senja ingin memori itu bertahan lama di kepalanya. Senja tak mengira perpaduan antara kegiatan cuci piring dan Cetta bisa menjadi pemandangan yang indah dan—

Tunggu, apa yang barusan Senja pikirkan?!

"Janji apa?"

"Janji nggak akan marah dan kasih tahu mami."

"Aku ... udah nggak tinggal di kosan lagi," ujar Senja dengan hati-hati berharap dengan begitu papi tak akan marah.

Namun Senja dibuat gelagapan karena di seberang sana papi tak mengatakan apapun selama beberapa saat. Spontan Senja mengubah posisi terlentangnya jadi telungkup dan memeriksa layar ponselnya. Panggilan masih tersambung, tapi kenapa papi tak segera menjawab?

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang