Pagi ini Senja terbangun lebih awal karena suara kodok yang bersahut-sahutan seakan sedang bernyanyi. Tubuhnya menggeliat selama beberapa saat dan seperti kebanyakan orang, Senja terdiam sejenak di atas kasur dengan pandangan dan pikiran kosong. Kedua matanya menatap sekeliling dan memang tidak ada perubahan apapun di kamar Cetta. Senja bangkit dari posisi berbaringnya selama beberapa saat, namun tidak lama kembali jatuh ke atas kasur dan mengeratkan selimut.
Senja baru benar-benar bangun saat matahari menyembul malu dari balik awan mendung disertai gerimis tipis. Saat keluar dari kamar Senja disambut dengan kebisingan dapur yang langsung menjadi tujuan utamanya. Di sana sudah ada Cetta yang masih mengenakan piyama tidur dengan muka bantal baru saja membuka kulkas. Tadinya Senja hanya ingin memperhatikan, tapi ternyata keberadaannya dapat dirasakan. Cetta menoleh ke belakang dan langsung tersenyum sekilas karena masih mengantuk.
"Kalau masih ngantuk kenapa nggak tidur lagi? Kan ini hari minggu."
Cetta menutup pintu kulkas lalu berbalik. Punggungnya bersandar pada benda yang lebih pendek darinya itu.
"Kan ada lo. Gue mau bikin sarapan buat kita berdua."
"Lo pernah bilang kalau gue bisa berekspresi dengan bebas di sekitar lo, gue rasa itu juga berlaku buat lo."
"Maksudnya?"
"Ini cuma gue, Senja. Lo nggak perlu melakukan sesuatu yang spesial karena ini cuma gue. Lo bisa berekspresi dengan bebas."
"Gue ... nggak yakin tentang itu."
Senja memiringkan kepala. "Kenapa?"
Di dapur tidak hanya ada mereka berdua. Di sana sejak tadi sudah ada Apollo yang memperhatikan dengan syahdu seakan sedang menonton panggung teater. Peter masih berada di luar rumah karena kata Apollo masih sangat kesal pasca diusir Cetta.
"Gue nggak terbiasa dengan itu."
"Ngh ... kalau gitu lo bisa mulai membiasakan diri melalui gue."
Cetta menyentuh tengkuk dengan canggung dan dengan gerakan pelan pandangannya menuju ke sembarang arah, kemanapun asal bukan Senja. Ini aneh, karena seumur-umur Cetta selalu merasakan kegugupan dan kegelisahan yang tidak perlu saat berhadapan dengan orang lain. Orang asing pertama yang membuatnya tidak melakukan itu adalah Mirza yang mengatakan semua bisa dibawa santai. Lantas sekarang Senja, yang mengatakan kalau dia hanya dia dan tidak perlu ada perlakuan spesial.
Tapi bagaimana bisa? Lantas apa yang harus Cetta lakukan jika sudah begini?
"Gue ... akan berusaha kalau begitu," ujar Cetta setelah beberapa saat memikirkan kata yang pas untuk diucapkan.
Jawaban Cetta mendapat respon yang mengejutkan. Senja tertawa hingga tanpa sadar harus berpegangan pada ujung meja dapur. Tawa itu memang tidak lama, namun sudah cukup lama bagi Cetta menikmati pagi hari diawali dengan sesuatu yang menyenangkan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
FantasyYou're the most beautiful flower that I found at the dusk ××× Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...