You're the most beautiful flower that I found at the dusk
×××
Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada banyak hal yang tidak terduga di dunia ini. Salah satunya adalah spontanitas yang kadang membawa seseorang pada keadaan yang jauh direncanakan, seperti yang Senja alami saat ini. Tadi pagi di sabtu damai yang tidak harus membuatnya berangkat ke kampus Senja iseng memberi komentar pada story milik Cetta yang isinya masih tentang bunga di halamannya.
Saat Senja bertanya dan Cetta dengan mudah bercerita baru saja membeli beberapa bibit bunga mawar. Rencananya Cetta akan memindahkannya ke pot-pot yang ada dan menata ulang penempatan pot di halaman belakang. Senja bukan seseorang yang suka dengan sesuatu yang melibatkan lumpur dan tangan basah, tapi saat teringat itu adalah salah satu cara Cetta untuk self-healing Senja jadi penasaran.
Senja penasaran dan membuat sesi saling balas chat mereka berujung pada sesuatu yang lebih serius. Tanpa bermaksud apa-apa Senja mengatakan ingin membantu dan akan ke rumah Cetta. Jawaban muncul tidak lama kemudian. Senja hanya berniat mengatakan itu tanpa sebuah aksi, namun hal yang tak terduga datang saat Cetta setuju dan bahkan menawarkan untuk menjemput yang segera Senja tolak. Pada akhirnya Senja benar-benar pergi dengan bus. Awalnya Senja sempat dongkol dengan Cetta yang dengan mudahnya menganggap ucapannya serius, namun saat sampai ternyata ini ... lumayan juga.
"Bunga yang ini cantik."
Cetta yang sedang memindahkan bunga ke pot yang lebih besar menoleh ke belakang. Menatap pada Senja yang berdiri di depan sebuah bunga yang sedang mekar sempurna. "Hng?"
Senja yang sejak tadi fokus pada sebuah bunga berwarna biru mencolok menoleh ke arah Cetta. Gadis itu menunjuk bunga itu lalu tersenyum senang saat melihat lagi ke arah bunga berwarna biru itu.
"Bunganya cantik. Gue nggak pernah lihat bunga kayak gini sebelumnya."
Tanpa diduga Cetta yang sedang berjongkok dengan tangan penuh dengan noda tanah bangkit dan menghampiri. Sebelah tangannya yang tidak terlalu kotor menyentuh sedikit bunga itu, tepat beberapa senti dari jemari Senja yang memainkan kelopak bunga itu.
"Forget me not flower."
"Maksudnya?"
"Nama bunganya, forget me not. Dinamai kayak gitu karena katanya bunga ini punya keindahan yang nggak mudah dilupakan karena warna biru yang jarang dimiliki sama bunga. Itu yang gue tahu."
Cetta bukan orang pertama yang Senja ketahui jatuh cinta dengan bunga ini, tapi dia adalah salah satu dari
Senja bukan orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada bunga ini. Kedua orangtuanya, om Irfan, bahkan Mirza pun juga tertarik dengan bunga ini. Sepintas itu membuat Cetta merasa jika orang-orang yang paling berharga untuknya selalu menyukai bunga ini. Sama seperti bagaimana Cetta juga melakukannya.
"Namanya bagus."
"Gue tahu dan ini jadi salah satu bunga yang paling gue suka."
"Gue juga dan buat sesaat bunga ini jadi ngingetin gue sama lo."