"Ini kita langsung ke rumah gebetan lo?"
Mendengar kata 'gebetan' Senja yang tadinya baru akan memakai helm mengurungkan gerakan. Matanya menatap nyalang yang dibalas Ferna dengan mengangkat bahu tidak peduli.
"Cetta bukan gebetan gue."
"Bukan gebetan tapi doi lo maksudnya?"
"Ferna, plis deh."
"Oke oke, cepet naik."
Walau masih kesal dengan anggapan Ferna tapi Senja tetap naik ke jok belakang motor. Ucapan Ferna sebenarnya bukan apa-apa, karena sejak kejadian yang melibatkan mantan kurang ajarnya semua penghuni kosan jadi mengenal Cetta sebagai pacar Senja. Mau Senja kesalahpahaman ini segera diluruskan, tapi tak mungkin juga Senja harus menjelaskan berulang kali setiap bertemu penghuni kosan.
Hari sudah hampir sore saat motor baru Ferna keluar dari area kampus untuk mengantarnya ke rumah Cetta. Kebetulan saja Ferna ada renacan untuk bertemu dengan seseorang di daerah sekitar perumahan Cetta.
Beberapa hari ini Senja dibuat penasaran dengan percakapan mereka di perpustakaan. Belum ada kelanjutan apapun dari itu karena Cetta selalu mengelak saat Senja membahasnya walaupun hampir setiap hari Cetta mengantar jemput layaknya seorang pacar.
Hari ini Cetta tidak mengantarnya. Sesuatu yang sangat luar biasa yang terjadi karena om Irfan sedang berada di sana sejak kemarin dan katanya baru akan pulang saat menjelang siang. Perkiraan Senja pasti Paman Cetta itu sudah pulang dan karenanya Senja tak perlu menghadapi kesalahpahaman seperti dianggap sebagai pacar keponakannya.
"Senja?"
Baru saja Senja turun dari motor Ferna saat suara familiar itu terdengar. Kepalanya sontak mendongak dan mendapati Cetta yang berdiri di depan pintu bersama seorang pria paruh baya berwajah hangat. Wajah lelaki itu untuk sesaat membuat Senja jadi merindukan kakeknya yang murah senyum.
"Itu siapanya pacar lo? Bokapnya?"
Dan belum sempat Senja membalas sapaan itu suara lirih Ferna menarik perhatiannya. Dengan gerakan samar Senja melotot untuk memperingatkan. Senja meringis dalam benaknya karena ternyata perkiraannya salah besar. Jika sudah seperti ini tak ada jalan selain menghadapinya begitu saja.
"Nanti gue cerita. Gue masuk dulu."
Ya, tidak ada pilihan selain segera menghampiri Cetta yang sudah terlanjur menyebut namanya. Beruntungnya om Irfan adalah tipe yang tidak banyak bertanya. Pria paruh baya itu hanya berkenalan dan menyapa sebentar kemudian pamit dengan alasan istrinya sudah menunggu di rumah.
Setelahnya Senja benar-benar ditinggal berdua dengan Cetta di depan rumah. Begitu mobil om Irfan menghilang Senja yang sejak tadi menghadap lurus ke depan langsung menyentakkan tubuh ke samping. Kepalanya mendongak dengan wajah menuntut yang sempat membuat Cetta melangkah mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
FantasyYou're the most beautiful flower that I found at the dusk ××× Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...