Epilogue: Dreaming

28 6 5
                                    

You remind me of home, of all the simple things in life, of light and love and the reasons I am not alone

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You remind me of home, of all the simple things in life, of light and love and the reasons I am not alone.

You remind me of hope, of the sea and the sky, every hug and every kiss from your lips to your thighs.

I have flown around the world and met no one like you because you are all the things I keep coming back to.

—pillow thought

Saat orang mengatakan rumah tak selalu berbentuk sebuah tempat, melainkan bisa ada pada seseorang, Cetta kira itu hanya rayuan murahan yang berasal dari orang yang sedang kasmaran, namun sepertinya dia sekarang harus setuju. Jika bisa Cetta bahkan ingin berterimakasih pada seseorang yang pertama kali mencetuskan kata itu. Karena sebab itu Cetta bisa mendeskripsikan arti Senja baginya. Senja bukan hanya sebentuk rasa cinta yang akan selalu Cetta jaga, tapi juga rumah yang membuatnya merasa pulang dan tak khawatir akan kejamnya hari esok.

Sama seperti sekarang ketika Cetta mengendarai mobilnya membelah jalanan sore Binarkarta yang padat. Sebelum benar-benar pulang Cetta menyempatkan diri untuk pergi ke toko bunga untuk membeli sebuket bunga sederhana. Bukan bunga biru favorit mereka, karena mereka sudah banyak memilikinya di kebun rumah. Buket bunga itu adalah kumpulan mawar putih yang sederhana tapi cantik.

Hari ini bukan hari spesial namun Cetta ingin menunjukkan cintanya dalam suatu bentuk. Biasanya Cetta akan mencium pipi, dahi, pelipis, mata, yang berakhir dengan ciuman di bibir yang biasanya berlangsung cukup lama jika keadaan memungkinkan. Senja pasti akan meledeknya nanti, tapi Cetta rasa itu sepadan dengan keberadaan perempuan itu.

"Papa!"

Sebuah panggilan langsung menyapa telinga begitu Cetta keluar dari mobil. Saat menyentak Cetta mendapati seorang anak laki-laki berusia lima tahun sedang berlari ke arahnya. Cetta membiarkan anak itu mendekat sembari berjongkok. Kemudian saat jarak mereka telah terkikis anak itu dengan cepat ke dalam pelukan yang bertranformasi jadi sebuah gendongan ketika Cetta berdiri.

"Papa lama amat pulangnya?"

"Tadi mampir dulu."

"Kemana?"

"Beli ini." Cetta menunjukkan buket bunga di tangan yang lain.

"Buat aku?"

Jawaban polos itu membuat Cetta tertawa. Memang benar ternyata anak adalah sumber kebahagian orangtua. Hadirnya dapat menjadi obat dikala terpuruk bahkan hanya mendengar tawa cerianya.

"Buat mama."

"Buat aku mana?"

"Kan kemarin udah papa beliin tuh mobil-mobilan. Sekarang gantian mama dulu, baru deh besoknya kamu lagi."

"Beneran?"

"Iya."

"Janji nggak?"

"Memang kamu mau minta apa?"

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang