"Senja!"
"WAAA!"
Senja hampir saja melemparkan lampu tidur ketika mendadak pintu kamar kosnya dibuka. Senja baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang sibuk mengeringkan rambut dengan memakai piyama yang cukup tipis. Keadaanya sama sekali tak siap untuk meghadapi pintu yang mendadak dibuka meski seluruh penghuni indekos ini adalah wanita. Sontak itu membuat Senja gelagapan dan takut, namun perasaan itu cepat menghilang saat mendapati sosok Anin yang bersedekap dada. Seakan tak peduli dengan apa yang terjadi baru saja Anin dengan santai masuk ke dalam kamarnya dan menjatuhkan diri di atas kasur milik Senja.
"Ngagetin aja lo! Ketok pintu dulu, kek!"
Seakan apa yang Senja katakan itu bukan apa-apa Anin justru melihatnya dengan pandangan menelisik. Anin berbaring dengan tubuh yang menyamping menghadapnya. Dari manapun Anin terlihat seperti kaum hawa yang sangat siap untuk membuka sesi gossip.
"Cowok yang pakai mobil mahal tadi tadi. Itu cowok yang sama yang nolongin lo di depan ruko itu, kan?"
Oh, ternyata tebakan Senja kurang tepat. Anin bukan berniat untuk bergosip tapi sedang mencari bahan gosip. Senja bahkan tidak akan kaget jika Anin adalah utusan penghuni indekos lain yang memandangnya penasaran saat melihatnya di antar pulang oleh Cetta. Beberapa menganggap Cetta adalah kekasihnya dan yang lain justru mempertanyakan nasib Fabian. Aneh, karena kenapa mendadak Fabian dibawa pada hal ini?
"Cetta bukan namanya?"
Senja memutar bola matanya kesal dengan melempar tubuh di samping Anin. Jika seperti ini harusnya tadi Senja meminta Cetta untuk diturunkan beberapa meter sebelum mencapai bangunan indekos. Kalau sudah seperti ini yang repot justru Senja sendiri. Namanya perempuan jika ingin tahu sesuatu pasti akan melakukan sesuatu untuk memenuhi dahaganya. Apa lagi ini berkaitan dengan Senja yang mendadak diantar pulang oleh Cetta yang berwajah tampan dengan mobil yang bisa dikategorikan mewah.
"Tuh, tahu."
"Anjrit! Bukannya kemarin dia masih pesen taxi online waktu di ruko kemarin? Kok mendadak udah glow up aja tumpangannya."
"Gue juga agak kaget sih sebenarnya, tapi nggak begitu kaget banget. Soalnya lo bayangin aja mana ada mahasiswa normal yang kepikiran buat beli rumah di sekitar kampus. Apa lagi dia tinggal sendirian. Dari segi manapun Cetta ini udah termasuk golongan sultan."
Anin tampak mengangguk-angguk dengan jawaban yang Senja berikan. Bagaimanapun itu terdengar masuk akal, namun tetap saja ada yang terasa ganjil bagi Anin dan Senja segera menyadari itu.
"Lo kenapa lihatinnya gitu banget?"
"Lo tadi sama si Cetta ini habis kemana?"
Tanya itu membuat Senja menghembuskan napas panjang. Mau tidak mau Senja jadi teringat dengan apa yang terjadi di koridor gedung fakultas tempo hari lalu. Jika saja tidak ada Fabian, atau yang lebih parah jika saja Cetta tak mendapat kilasan masa depan tentangnya maka semua akan berbeda. Senja tidak akan bisa berbaring di atas kasurnya seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
FantasyYou're the most beautiful flower that I found at the dusk ××× Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...