|| 34 || The room

15 5 1
                                    

Orang bilang jika tiga hari berturut-turut semua hal berjalan lancar, di hari keempat pasti akan ada kesialan untuk mengganti hari tenang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang bilang jika tiga hari berturut-turut semua hal berjalan lancar, di hari keempat pasti akan ada kesialan untuk mengganti hari tenang itu. Bahkan bagi sebagian orang satu hari tanpa kendala saja sudah sangat mencurigakan. Sialnya kini Cetta merasa sedang mengalami fase tenang dan mudah itu dan tak bisa menebak kesialan apa yang akan menimpanya.

Itu yang Cetta rasakan tiga hari hari belakangan ini. Bukan berarti Cetta terlalu berburuk sangka pada semesta dan Tuhan yang merupakan penciptanya, tapi tetap saja ini semua tak biasa. Bahkan beberapa hari ini kilasan masa depan yang menyerang masuk ke dalam kepalanya sebagian besar bukan apa-apa atau malah al yang menguntungkan. Seperti misalnya kilasan depan yang kemarin datang dimana salah satu dosennya terlihat di depan kelas dan mengatakan akan mengadakan kuis dadakan.

Semua mahasiswa di kelasnya terlihat kesal karena tak memiliki persiapan yang cukup, berbeda dengan Cetta yang tenang karena sempat review materi tadi malam. Kadang tak semua spoiler itu membatu kesal. Contohnya saja spoiler yang didapatkannya ini.

Karena kemungkinan besar Cetta adalah satu-satunya orang yang punya cukup persiapan buat menjawab kuis, dia tak butuh waktu lama menyelesaikannya dan setelahnya Cetta bisa keluar kelas. Rasanya melegakan, hampir sama seperti para anak SD yang berlomba duduk paling rapi agar dapat pulang lebih dulu.

Tadinya sebelum menuju ke area parkir Cetta berniat utuk pergi ke sekretariat lebih dulu untuk menjemput Senja, namun ternyata kekasihnya tak ada di sana. Senja sudah pulang lebih dulu. Sejujurnya Cetta ukup kecewa karena bagaimanapun dirinya selalu menikmati obrolan mereka saat pulang.

Seperti hari-hari sebelumnya di musim hujan, hari ini langit terlihat sangat mendung. Siapapun yang menatap ke atas akan dapat dengan mudah membuat prediksi akan terjadi hujan nanti malam. Hal itu semakin diperkuat saat Cetta sampai di rumah dan keluar dari dalam mobil. Angin berhembus kencang, menimbulkan suara gesekan ranting dan dedaunan yang cukup keras. Sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaan Apollo ataupun Peter saat Cetta sampai di teras rumah. Jika ini terjadi kemungkinan besar dua hantu itu sedang berada di taman komplek.

"Senja, gue tadi—"

Cetta sudah sangat siap untuk melanjutkan ucapan cerianya itu, tapi apa yang ada didapati di depan membuatnya tercekat. Alih-alih mendapati set sofa ruang tamu seperti biasa Cetta justru mendapati tempat lain yang amat asing dan terlampau tak masuk akal untuk menjadi nyata. Kakinya sudah sangat siap untuk berbalik dan menarik diri saat mendadak ada sebuah dorongan magis yang memaksa Cetta masuk dan tak lama suara bedebam pintu terdengar.

Jantung Cetta berdetak dengan keras dan tak lama kepanikan menyerang saat mendapati pintu utama rumahnya menghilang tanpa jejak. Apa yang Cetta dapati adalah ruangan luas tanpa batas yang dipenuhi dengan awan yang disinari oleh cahaya jingga dengan semburat merah. Entah ruangan apa ini, namun Cetta merasa sedang terperangkap di antara langit sore yang indah. Perlahan Cetta menunduk dan dibuat kagum sejenak saat mendapati dirinya menapak di lantai tanpa wujud yang membuatnya seolah sedang berpihak di atas angin.

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang