Senja masih mengingat dengan jelas dengan suara guntur dan suasana yang dingin khas akan turun hujan datang saat hari seharusnya masih cukup terik. Rasanya dingin namun nyaman dan membuat Senja ingin bergelung di atas kasur. Sayangnya Senja masih mengingat dengan jelas jika dirinya masih berada di ruang tamu rumah Cetta yang hangat, wangi, dan empuk—
Tunggu, dia bilang apa tadi?!
Mata Senja seketika terbelalak lebar dan tubuhnya segera menegak. Ada rasa kalut yang mendadak menyerang, namun rasa itu segera hilang saat pandangannya meneliti sedang berada di mana dirinya sekarang. Senja ada di sebuah kamar dengan dominasi warna abu-abu dan putih dengan wangi maskulin yang terkesan lembut. Pandangan Senja mengedar lantas berhenti saat sampai pada kaca jendela yang terdapat jejak basah oleh air hujan yang menerjang dari luar.
Ini kamar Cetta.
Pemikiran itu tak tahu kenapa membuat Senja tenang. Mungkin karena Senja tahu jika Cetta tak akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Senja lantas semakin mengeksplor kamar ini hingga sampai pada sebuah bingkai foto berukuran kecil yang ada di meja belajar. Di sana ada Cetta dengan versi yang lebih imut dan pendek bersama dengan pria dan wanita yang sepertinya adalah orangtuanya. Tanpa sadar Senja tersenyum melihat foto itu. Lantas tangannya terulur berniat meraihnya, namun saat akan menyentuh tepi bingkai Senja dibuat terlonjak saat mendengar guntur yang terdengar menggelegar.
Sontak Senja kembali ke arah jendela, mendesah pelan lantas tidak berapa lama turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Senja berhenti sejenak, menatap rumah Cetta yang benar-benar terlalu luas untuk ditinggali sendirian. Kakinya bersiap untuk melangkah, tapi disaat yang sama Senja bingung harus kemana. Untungnya tak lama saat sampai di ruang tamu Senja sayup-sayup mendengar suara Cetta dari beranda rumah.
"Anak tetangga dia."
"...."
"Memang, dia langsung deketin gue waktu pertama kali ketemu."
"...."
"Kayaknya nggak, deh."
Udara dingin langsung menusuk kulit saat Senja berada dekat pintu yang terbuka lebar. Di teras ada Cetta yang sedang berbincang dengan udara kosong yang entah bagaimana bentuknya yang membuat sekujur tubuh Senja seketika merinding. Kakinya yang tadi hendak melangkah tertahan di di ambang pintu, ragu untuk melanjutkan langkah.
Senja berpikir apa lebih baik dia masuk dulu dan nunggu Cetta masuk ke dalam? Dari semua kemungkinan sepertinya hal yang baru saja dipikirkannya benar-benar patut untuk dicoba. Karenanya Senja sudah siap membalik badan, namun sayangnya dia kurang cepat karena Cetta sudah mengetahui keberadaan Senja lewat Apollo.
"Senja."
Tubuh Senja membeku untuk sesaat, tapi dengan cepat kembali menegakkan punggung dan berdehem untuk meredakan kegugupan. Baik, hal yang perlu Senja lakukan sekarang adalah tenang dan jika perlu berpura-pura tak mendengar percakapan Cetta dengan hantu apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
FantasíaYou're the most beautiful flower that I found at the dusk ××× Senja, nama yang begitu indah. Siapapun yang mendengar nama itu pasti akaneringat pada langit sore yang dihiasi emburat jingga, kuning, dan kemerahan yang indah. Nama yang mengingatkan p...