"Ha-halo...." ucap Raina terbata-bata. "Halo, Sayangku..." ucapan berat dari pria tersebut mampu membuat Raina merinding. "Hadapkan ponselmu dengan wajah cantikmu. Aku ingin melihatnya."
Raina menurut patuh. Ia hadapkan wajahnya dengan ponselnya. Raina pun melirik kearah layar ponselnya yang hanya nampak berwarna hitam dari pria tersebut.
Pria itu tiba tiba terkekeh, "Mengapa menangis, Sayangku?" ucapnya melihat wajah Raina dari layar ponsel yang berlinang air mata.
Raina menjawab dengan terbata-bata, "Si-siapa kam-kamu sebenanya?"
Pria itu kembali terkekeh, "Mungkin jika kita bertemu secara langsung, kamu akan mengenaliku." ucap pria itu dan Raina spontan menggeleng keras, "Aku nggak akan pernah mau ketemu sama kamu!" ujar Raina lantang.
Raina pun langsung memutuskan panggilan sepihak dari pria itu dan langsung menangis sesegukan. Kehidupan yang awalnya tertata rapih, kini Raina mulai di landa oleh rasa takut dari sang peneror.
Tiba tiba ponselnya kembali berbunyi. Raina memilih untuk tidak mengangkat panggilan tersebut, karena ia menduga bahwa panggilan itu dari si peneror. Tetapi ponselnya terus berbunyi membuat Raina menjadi penasaran.
Raina berfikir, apa mungkin panggilan telfon tersebut dari Vio yang mungkin ingin mengabari dirinya. Raina pun kembali mengambil ponselnya yang ia taruh di atas meja, dan melihat nama dari panggilan tersebut. Benar saja, ternyata Vio yang menelfonnya.
Raina langsung mengangkat panggilan telfon dari Vio. "Halo Vi, kenapa?"
Terdengar suara Vio dari sebrang sana, "Rain, tolong bukain gerbang. Gue udah di depan nih."
Raina pun langsung mengambil kunci gerbang yang ia gantung di dinding dekat pintu dan melesat keluar dari kamar menuju gerbang rumahnya. Sampai di gerbang, Raina melihat wajah Vio yang terlihat kelelahan.
"Lo tadi udah tidur, Rain? Kok gue telfonin lama banget angkatnya."
Raina menyengir malu, "Hehehe, maaf ya Vi. Tadi aku sempet kekamar mandi dulu. Jadi gak kedengeran deh." jawab Raina yang sudah pasti berbohong.
Sampai akhirnya mereka berdua sampai di kamar, dengan Vio yang langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket dan gerah.
Berbeda halnya dengan Raina yang sedang telentang di atas ranjang sambil melamun menatap kearah langit langit kamarnya. Ia masih bingung tentang si pria misterius itu yang bisa ia sebut sebagai stalker.
Raina mulai tidak tenang dengan teror dari orang tersebut. Ia sangat ingin untuk melaporkan kejadian-kejadian teror yang di alaminya kepada polisi.
Raina menghela napas lesu, Ia harus selalu ingat bahwa pria itu mengancamnya akan menyakiti Vio jika ia berani melapor semuanya kepada polisi. Ia harus segera mengambil tindakan kepada pria itu dengan melawannya tanpa takut.
Tetapi tetap saja. Seberani apapun dirinya, Raina tidak akan bisa melawan pria itu. Teringat saat pria itu menelfonnya tadi dan mengeluarkan suaranya saja mampu membuat Raina merinding takut.
•••
Keesokan harinya, Raina sudah bersiap untuk pergi ketempat toko bunga, untuk kembali bekerja. Lain halnya dengan Vio yang masih nyenyak dengan tidurnya.
"Vi, bangun..." ucap Raina sembari menepuk-nepuk pundak Vio agar segera bangun.
Raina berdecak sebal menatap Vio yang masih tertidur pulas, "Ck, Vi ayo dong bangun, aku mau kerja nih." Mendengar suara Raina yang berada di sampingnya, Vio pun mendorongnya, "yaudah sana."
Raina yang sejak tadi memang sudah kesal, akhirnya ia meninggalkan Vio sendiri di rumahnya. "Kunci rumah aku taruh di deket pintu." teriak Raina dan langsung melenggang pergi.
Sesampainya di toko bunga, Raina langsung memarkirkan sepeda motornya di parkiran. Ia langsung bergegas masuk kedalam dan mengganti pakaiannya dengan seragam kerjanya.
Tanpa Raina sadari, di sebrang sana terdapat seorang pria yang sedang duduk sejak tadi dan menatap kearah Raina dengan raut tatapan yang tak terbaca.
Selepas mengganti pakaiannya dengan seragam, Raina mulai berjalan kearah karyawan lain yang sedang serius mengobrol tanpa menyadari jika Raina sudah ikut duduk di samping salah satu karyawan.
"Tumben banget ya, tuh perusahaan pesen bunga di toko kita." celetuk salah satu karyawan.
Raina mengernyit bingung mendengar percakapan beberapa rekan kerjanya yang ia sendiri tidak mengerti. Ia pun menepuk salah satu pundak rekan kerjanya yang berada di sampingnya.
"Ada apa sih, Mbak?"
Wanita itu menoleh kearah Raina dengan ekspresi terkejut. "Yaampun Raina, bikin orang kaget aja deh." ucapnya dengan suara yang lumayan kencang membuat beberapa karyawan menoleh kearah mereka berdua.
"Maaf mbak, aku gak bermaksud bikin mbak kaget kok. Aku cuma penasaran, dari tadi mbak sama yang lain lagi ngobrolin apa sih?" ucap Raina jujur.
Wanita itu mengangguk dan mulai menjelaskan, "ada salah satu perusahaan besar yang pesen bunga di toko kita dan jumlahnya lumayan banyak. Dan tadi orang yang punya perusahaannya itu dateng kesini langsung."
"yang kita obrolin tadi itu karena kita tuh rada penasaran, katanya acaranya itu di adakan rutin setiap satu tahun sekali. Tapi baru tahun ini dia pesen bunga di sini." tambahnya.
Raina mulai mencermati omongan dari teman kerjanya itu, dan mengangguk paham. "Oh mungkin aja mereka baru pesen bunga di sini karena toko bunga langganan perusahaan mereka tutup."
"Bener juga sih."
•••
Sudah pukul 12 siang, Kini Raina masih berada di toko bunga di temani oleh beberapa karyawan lain yang sedang menikmati makan siangnya. Sekitar pukul 10 tadi, Mbak Citra– selaku pemilik toko bunga datang untuk mengecek keadaan toko.
Alasan Mbak Citra datang ke toko adalah untuk mengecek keadaan toko sekaligus memberikan informasi kepada karyawan-karyawannya jika semua karyawan harus datang besok sore untuk mendekor bunga-bunga di sebuah gedung perusahaan yang bernama Xednie's. Yang Raina ketauhi adalah gedung Xednie's adalah sebuah gedung perusahaan ternama yang letaknya tak begitu jauh dari rumahnya.
Raina menghela nafas lesu, jadwal hari esok pasti akan padat.
Di lain tempat, Seorang pria tengah duduk di sebuah sofa sambil menatap datar seorang asistennya yang sedang berdiri di hadapannya. Ia baru saja menyuruh sang bawahan untuk melakukan suatu rencana yang sudah ia rencanakan dari beberapa hari lalu.
"Bagaimana?"
Pria yang sedang berdiri itu pun langsung mendongakkan wajahnya yang sejak tadi menunduk dan melihat ekspresi datar tuannya yang membuat jantungnya berdegup kencang.
"Semua sudah beres, Tuan."
Pria itu mengangguk mendapatkan kode dari sang Tuan untuk pergi dari ruangannya.
Pria yang tadi di panggil dengan sebutan 'Tuan' tersenyum miring memikirkan rencananya untuk bertemu gadis pujaannya besok akan tercapai.
"We will meet, sweetheart."
[bersambung]Hai teman2 maap yak baru up lagi hehee😶😶
Soalnya saya sedang zibukk wkwk, tapi boonkk😝😝Jangan lupa Vote y zhayankk🤩🤩
![](https://img.wattpad.com/cover/307101685-288-k236176.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
S E L E C T E D
Mystery / ThrillerTentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, seorang gadis berusia 19 tahun yang terjebak dengan obsesi seorang laki-laki yang ia tolong. Raina san...