32

3.3K 171 117
                                    

Raina menahan mati matian kekesalannya kepada Zevan. Semakin hari Raina merasa jengkel dengan tingkah Zevan yang seenaknya. Pria itu dengan santainya memaklumi perbuatannya dan malah menyuruhnya untuk menuruti alur gila yang di ciptakannya.

Sedangkan Zevan justru menyeringai menatap Raina. Ia senang bisa membuat perempuannya menunjukkan raut kekesalan padanya. Saat ini Raina sedang emosional, dan Zevan tahu akan hal itu. Tetapi pria itu malah menikmati kekesalan Raina dan pemberontakan gadis itu yang sia-sia pada akhirnya.

Raina pergi kearah pintu kamar, gadis itu ingin cepat cepat pergi dari kamarnya daripada ia harus berhadapan dengan jelmaan setan seperti Zevan. Tak akan ada habisnya jika berdebat dengan pria itu dan hanya menguras energinya saja.

Lebih baik Raina pergi menjauh dari pria itu.

Pintu terkunci. Tetapi Raina tetap mencoba membuka pintu itu dengan sekuat tenaga. Suara kunci berada di belakangnya, Raina menoleh dan mendapati kunci kamarnya berada di tangan Zevan. Dengan cepat Raina berusaha merebut kunci itu dari Zevan yang tertawa seolah mengejeknya.

"Berikan kuncinya!!"

Zevan mengangkat kunci itu setinggi tingginya agar Raina kesulitan untuk menggapainya. Raina mencoba berjinjit dan terus berusaha agar kunci itu dapat berada di tangannya.

Raina dengan gigih mencoba untuk menggapai kunci itu terus menerus tetapi Zevan malah dengan sengaja menjauhkan kunci itu dari jangkauannya hingga membuat gadis itu berhenti.

Raina berusaha mengontrol napasnya yang terengah-engah dengan emosinya yang sudah di ujung tanduk. Zevan benar benar berhasil memancing amarahnya. Raina pun yang sudah terbakar emosi langsung memukuli tubuh pria itu.

Bugh

Bugh

Raina memukuli Zevan sekuat tenaga. Menyalurkan kekesalannya pada pria yang kini justru tengah tertawa melihat tangan kecil perempuan yang sangat di cintainya memukuli tubuhnya dengan wajahnya yang merah padam.

Astaga, lucu sekali!

Berhenti sudah Raina memukuli tubuh Zevan. Ia semakin kesal karena apa yang sudah ia lakukan tidak sesuai dengan ekspektasinya. Zevan merespon tindakannya hanya dengan kekehan, tak sesuai dengan ekspektasinya bahwa apa yang di lakukannya juga akan membuat Zevan terpancing amarah.

"Sialan! Dasar pria menyebalkan!!"

Raina mengumpati Zevan tepat di depan pria itu. Gadis itu menepis segala rasa takut atau apapun itu pada Zevan karena pria gila di hadapannya ini dengan sengaja memancing amarahnya.

Dengan wajah tengilnya itu membuat Raina rasanya ingin sekali menghajar pria itu tanpa ampun. Di saat saat seperti ini, pria itu malah tersenyam senyum kepadanya. Raina menggeleng pelan, ia rasa Zevan memang sudah benar benar tidak waras.

Melihat Zevan yang hanya terdiam dengan tangan kanannya yang menggenggam kunci kamarnya, Zevan yang terlihat lengah membuat Raina mengambil kesempatan untuk langsung mengambil kunci itu dengan cepat.

Respon Zevan seolah tak peduli bagaimana Raina yang berhasil mendapatkan kunci itu dari genggamannya. Ia membiarkan Raina melakukan apapun semaunya dan hanya mengamati gadis belahan jiwanya itu.

"Aku suka dengan segala tindakanmu, Raina."

Raina dengan tergesa-gesa mencoba membuka pintu kamarnya. Gadis itu tak peduli dengan Zevan di belakangnya. Hingga pintu itu terbuka, Raina ingin segera berlari dari kamar itu, tetapi sebuah tangan kekar malah menarik piamanya hingga tubuhnya menubruk dada bidang pria di belakangnya itu.

S E L E C T E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang