Bulir bulir keringat di wajah gadis itu terus berjatuhan. Seluruh badannya yang gemetar, dengan kedua kakinya yang ia paksakan untuk terus berlari menjauh dari seorang pria yang berada tak jauh di belakangnya.
Nafas gadis itu terengah-engah, sesekali ia menengok kebelakang memastikan bahwa pria itu tidak lagi mengejarnya. Tetapi nyatanya, pria itu berada di belakangnya dan berjalan pelan, seolah menantangnya.
Gadis tanpa alas kaki itu pun, berlari kearah samping kirinya yang terdapat tumpukan sampah. Ia bersembunyi di antara tumpukan sampah yang baunya sangat menyengat untuk menyembunyikan dirinya agar tak tertangkap oleh pria itu.
Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya yang gemetar. Dia terus merapalkan doa agar pria itu tak mengetahui keberadaannya disini. Kakinya sungguh sangat sakit, mengingat jika dirinya tak memakai alas kaki hingga membuat beberapa bagian sisi kakinya menjadi lecet.
Gadis itu semakin tegang ketika mendengar suara pria itu yang memanggilnya dari kejauhan. Ia mencoba untuk mengintip dari celah tumpukan sampah untuk melihat apakah pria itu ada di sekitar sini.
"Raina sayang, ayo pulang."
Suara itu semakin terdengar lebih jelas. Berarti pria itu sudah berada di sekitar sini. Raina semakin menunduk agar pria itu tak melihatnya bersembunyi disini.
Melihat hal itu, Zevan hanya tersenyum ketika suaranya yang menggema, tak ada jawaban dari gadis itu. Ia sangat tau, jika Raina masih berada di sekitar sini. Dapat di pastikan saat ini gadis itu sedang bersembunyi menghindarinya.
Zevan terus berjalan sembari bersiul. Hal itu tentu membuat Raina takut. Rasanya, pria itu seperti seorang monster menakutkan yang ingin menangkap mangsanya. Suara langkah kaki pria itu terdengar jelas di telinganya, hingga Raina harus meredam tangisannya agar pria itu tak curiga jika ia masih berada di sekitar sini.
"Raina, ini sudah malam. Ayo, kembali lah padaku. Aku sudah pernah bilang padamu, bukan? Bahwa di tempat ini banyak sekali hewan buas yang berkeliaran. Apalagi saat malam hari seperti ini."
Air mata Raina luruh begitu saja. Sepertinya gadis itu terpengaruh dengan ucapan Zevan. Raina tak bisa menahan tangisannya, hingga ia sukses menangis. Tak peduli jika Zevan mendengar dan mengetahui keberadaannya.
Raina hanya ingin pergi dari pria itu, mengapa sulit sekali?
Zevan tersenyum miring ketika mendengar suara tangisan seorang perempuan yang sangat ia kenali. Pria itu mulai mendekati sumber suara yang ternyata berada di sebuah tumpukan sampah.
Saat sudah berada tepat di depan tumpukan sampah tersebut, Zevan bersorak dalam hati ketika melihat tubuh seorang perempuan yang meringkuk takut disana. Dengan cepat, pria itu menendang tumpukan sampah hingga membuat perempuan yang tak lain adalah gadisnya menjadi terkejut.
BRAK!!
Tumpukan sampah tiba tiba terjatuh membuat Raina terkejut dan melihat jika Zevan berada tepat di depannya. Sungguh, ia tak menyadari jika pria itu sudah berhasil menemukannya. Raina yang sejak tadi meringkuk, semakin menyembunyikan wajahnya dan tak berani menatap pria itu.
Raina sedikit tersentak ketika Zevan mengambil pergelangan tangannya. Sontak hal itu membuat Raina langsung menepisnya dengan kasar. Hal itu tak membuat Zevan menjauhinya, tangannya mengusap kedua pipi Raina yang basah terkena air mata.
Perlakuan Zevan justru semakin membuat Raina takut. Aura laki laki itu terasa sangat menakutkan hingga membuatnya perlahan-lahan mundur menjauhi pria itu hingga tubuhnya menempel pada dinding kumuh di belakangnya.
"Kau belum makan malam, Raina. Bahkan sejak pagi kau belum menyentuh makanan sedikitpun."
Dengan lancang, Zevan memeluknya dari depan, membuat Raina terus mencoba memberontak untuk melepaskan pelukan pria itu. Tetapi hal itu sama sekali tak membuat Zevan melepaskannya. Justru pria itu semakin memeluknya erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
S E L E C T E D
Misteri / ThrillerTentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, seorang gadis berusia 19 tahun yang terjebak dengan obsesi seorang laki-laki yang ia tolong. Raina san...