25

6.4K 297 314
                                    

"Aku tidak menculikmu. Aku hanya mengambil dan membawa milikku yang hilang dari jangkauan ku bertahun tahun lamanya..."

"Sama saja"

Zevan terkekeh, "Tentu berbeda sweetheart" Raina memutar bola matanya malas menanggapi pria keras kepala seperti Zevan.

"Dia membiusku dan membawa ku secara paksa. Lalu itu bukan di sebut penculikkan?" gerutu Raina.

Zevan tiba tiba tertawa terbahak bahak. Dia mendekat kearah Raina dan memainkan pipi gadis itu. "Oh tuhan, mengapa gadis ini cantik sekali apalagi jika sedang menggerutu seperti tadi." Raina menepis tangan Zevan dengan wajahnya yang masam.

Zevan tak merasa tersinggung dengan penolakan Raina, dia akhirnya membawa Raina masuk kembali kedalam mansion. Selesai sudah room tour yang di lakukan mereka berdua yang menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam dengan 90 persen Zevan lakukan untuk menggoda Raina hingga berujung gadis itu marah.

Zevan mengantar Raina kedepan pintu kamarnya. Dia sedikit mendorong bahu Raina agar gadis itu masuk kedalam kamar dan diikuti dirinya yang ikut masuk bersama Raina. "Kenapa kamu ikut masuk?" Raina menoleh kebelakang menatap Zevan dengan raut wajahnya yang masih masam.

"Ini kamarku. Jadi aku bebas untuk masuk ke kamar tanpa seizin mu." Raina hanya menghela napas kasar dan langsung menuju ranjang. Zevan hanya menggeleng pelan melihat tingkah Raina layaknya seperti anak kecil yang sedang merajuk.

Raina mengambil novel yang berada di atas nakas dan mulai membacanya. Dia mengabaikan Zevan yang duduk di samping ranjangnya dengan kursi yang biasa dia pakai untuk melihat pemandangan dari depan jendela. Raina mengintip dari sedikit celah buku novel untuk melihat Zevan.

Pria itu hanya asyik menatap seluruh kamar ini lalu menatap Raina terus menerus. "Jika kau hanya diam tak jelas seperti itu mending keluar lah. Aku sedang ingin sendiri." Raina menunggu jawaban Zevan yang di mana pria itu masih terdiam.

"Akh"

Raina reflek berteriak dengan novelnya yang jatuh ke lantai. Tiba tiba pria itu berdiri dan langsung membanting tubuhnya ke ranjang sambil memeluk Raina erat. Dia terus memeluk Raina erat dan membuat gadis itu menggeram marah.

"Ishh, pergi pria tua. Aku menyuruh mu keluar. Kenapa kau malah memelukku." Raina berusaha melepaskan tangan Zevan yang melingkari tubuhnya. Ia berusaha mengeluarkan tenaganya, tetapi tetap saja tenaganya tak sebanding tenaga pria itu yang kini dengan lancang mengendus lehernya.

Zevan mengangkat kepalanya yang tadi berada di dekat leher Raina, "Kau bilang apa? Aku pria tua? umur ku baru saja menginjak 24 tahun. Aku masih terbilang cukup muda, my Raina." ucap Zevan kepada Raina.

Yang benar saja! Umurnya masih sekitar 20 an dan Raina dengan mudahnya mengatakan jika ia adalah pria tua. Raina tak peduli dengan klarifikasi Zevan, dia memukul bahkan mencubit tangan Zevan yang masih memeluk badannya yang mungil.

"Ck, lepaskan. Aku sesak napas!" Zevan akhirnya melepaskan lilitan tangannya dari badan Raina karena mendengar kata sesak napas dari gadis itu. Tetapi Zevan tak kunjung bangun dari ranjang yang ditempati Raina, pria itu hanya melepaskan tangannya tanpa berniat bangun dan keluar dari kamar.

Raina menghirup pasokan udara setelah tubuhnya bebas dari lilitan tangan besar Zevan. Astaga, pria itu baru berumur 24 tahun tetapi postur badannya seperti pria berusia 34 tahun. Raina melirik kesamping, dan melihat Zevan yang malah sedang memejamkan matanya.

"Kenapa masih disini? Keluar Zevan! Aku tak nyaman berada di satu kamar yang sama bersama mu" Zevan tak menghiraukan ucapan Raina. Dia malah asyik memejamkan matanya dan menarik badan Raina mendekat kearahnya. Tentunya gadis itu memberontak, tetapi Zevan si pria keras kepala itu tentu tidak peduli.

S E L E C T E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang