Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya.
----------------------------------------------------
Raina Karlova, seorang gadis berusia 19 tahun yang terjebak dengan obsesi seorang laki-laki yang ia tolong.
Raina san...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalo chapter ini votenya dah 100, aku bakal langsung up chap 29 yaww.
Selamat membaca ~
~•~•~•~
"Tidak ingin memelukku?"
Zevan merentangkan kedua tangannya menghadap Raina yang berjarak hanya beberapa meter di depannya. Zevan mengangkat kedua alisnya, melihat gadis yang ia rindukan itu hanya terdiam di tempat.
Di sore yang indah ini, akhirnya Zevan telah kembali ke mansion bertemu dengan gadis pujaannya yang selalu ia rindukan saat di luar kota kemarin. Akhirnya hari ini ia bisa menghabiskan waktu bersama Raina untuk melepas kerinduannya.
Raina memicingkan matanya menatap Zevan yang berada di depannya. Pria itu merentangkan tangannya, guna menyuruhnya untung menghampiri dan memeluk pria itu.
Tetapi Raina merasa enggan untuk memeluk pria itu. Ia tetap berdiam diri dan tak ada keinginan untuk memeluk Zevan. Raina melihat pria dengan jas hitam itu masih setia merentangkan tangannya, tetapi raut wajah geramnya mulai terlihat.
"Come here, Raina. Aku ingin memelukmu."
"Aku ti—"
Zevan berdecak sebal menatap Raina dengan wajah yang seakan akan menantangnya. Berani sekali Raina menolak permintaannya. Gadis ini mulai berani kepadanya. Padahal baru saja ia meninggalkannya dalam waktu singkat, tetapi gadis itu mulai mengeluarkan pemberontakan kepadanya.
"Jangan melawanku, Raina. Cepat kemari!" Dengan nada tegas pria itu berucap kepada Raina. Alih alih gadis itu menuruti perkataannya, Raina justru menggeleng tegas. Tanda ia memang tak mau memeluk pria yang bernotabene sebagai pelaku yang telah menculiknya.
Zevan menatap Raina nyalang. Ia menghela napas untuk mengontrol emosinya yang bergejolak melihat Raina yang tak mau menuruti ucapannya. Tentunya ia hanya ingin Raina patuh pada ucapannya, mencintainya, sekaligus tergila-gila padanya seperti dirinya yang tergila-gila kepada Raina.
Secepat kilat pria itu menghampiri Raina dan menubruk tubuh gadis itu hingga jatuh ke sebuah sofa yang berada di belakangnya. Zevan segera memeluk Raina dengan erat, yang tentunya membuat Raina terkejut. Raina mencoba sedikit memberontak, tetapi Zevan sama sekali tidak menghiraukannya.
"Hmm .... aku merindukanmu, Raina. Kau juga rindu padaku, kan?" Zevan menikmati pelukan hangatnya bersama Raina yang terus memberontak. Ia justru semakin erat memeluk Raina hingga gadis itu lelah untuk memberontak.
Zevan tertawa melihat Raina yang ketus menatapnya. Gadis itu malah terlihat seperti seekor anak kucing yang mencoba untuk memasang ekspresi galaknya, tetapi malah terlihat menggemaskan di matanya.
Zevan menyentuh dagu Raina lembut, "ayo sayang, katakan padaku jika kamu merindukan ku." Suara Zevan memang terdengar lembut di telinga Raina, tetapi gadis itu bisa merasakan pemaksaan pada kalimat yang di ucapkan si pria sinting itu.